44

1.9K 214 4
                                    


"Bagaimana bisa ras Orc begitu cepat sampai?"

"Bukankah seharusnya 2 bulan lagi?"

"Ini terlalu cepat! Kita belum memiliki persiapan yang matang!"

"Bagaimana jika ras Orc menghabisi kita semua?"

Semua pasukan Phlox tengah berkumpul di halaman belakang markas dikarenakan ada informasi dari pasukan penjaga pantai yang melihat ras Orc dari kejauhan. Perkiraan ras Orc akan sampai di pesisir pantai pada tiga hari lagi.

Pasukan Phlox baru memberitahu pasukan kerajaan-kerajaan, mereka menunggu keputusan dari para ketua dan ketiga pemimpin mereka untuk langkah selanjutnya. Ya, para pasukan Phlox telah mengetahui bahwa ketiga gadis itu adalah keturunan dari pemimpin mereka terdahulu meskipun tidak mengetahui tentang elemen langka mereka.

"Jumlah ras Orc hanya seperlima dari jumlah  seluruh pasukan manusia. Setidaknya kita menang jumlah, tetapi untuk kekuatan kita tidak tahu pastinya" ujar Glenn yang berjalan menuju halaman belakang dengan keempat temannya.

"Mereka sangat ganas. Aku takut kita tidak bisa mengalahkannya" ucap Florine pelan tapi didengar teman-temannya.

"Kita harus semangat" Evan berkata sambil merangkul pundak Flo yang dibalas anggukan Flo.

"Aku ingin seperti Flo, Glenn rangkul aku" ujar Agatha mendekati Glenn.

"Tidak!" tegas Glenn menjauhi Agatha. Dia berjalan lebih dulu dari yang lainnya.

"Selalu saja seperti itu, kau tidak akan aku bagi permen dari nona Lovela!" ujar Agatha kesal. Dia memberikan Gerri bungkusan permen, Flo juga memberikan bungkusan pada Evan.

"Permen? Kopi? Aku selalu menyukai apapun buatan nona" ujar Gerri tersenyum menawan.

"AKU SETUJU!" balas yang lainnya setuju.

"Kalian kenapa?" tanya Glenn yang jauh di depan.

"Aku bilang Gerri tampan!" ucap Agatha yang membuat Glenn kesal lalu kembaliq mendekatinya.

"Apa itu?" tanya Glenn saat melihat temannya memakan sesuatu. Kekesalannya seolah hilang berganti dengan rasa penasaran.

"Permen kopi dari nona, bagianmu ada di Agatha" jawab Flo yang menyuapkan permen ke mulut Evan.

"Aku minta bagian ku" Glenn menadahkan tangan pada Agatha.

"Bilang dulu Agatha cantik" Agatha menggoyangkan bungkusan permen kopi menggoda Glenn. Glenn yang melihatnya merasa sangat penasaran dengan sesuatu di tangan Agatha itu.

"Agatha cantik"

"Terimakasih Glenn! Tapi aku tidak akan memberikannya"

Agatha berlari menjauhi Glenn yang mengejarnya.

"Glenn terlalu acuh tak acuh pada Agatha padahal keduanya saling menyukai" ujar Evan diangguki kedua temannya. Mereka berjalan ke arah kerumunan dan melihat Agatha yang bersembunyi dari kejaran Glenn.

"Dimana nona Lovela dan lainnya?" tanya bibi Tere mendatangi mereka.

"Kami tidak mengetahuinya Tetua" jawab Flo, Evan Gerri dan Agatha yang berada di balik bibi Tere.

"Astaga Agatha kau! Coba kau temui nona-nona di kamarnya"

Agatha segera menarik tangan Flo menjauhi kerumunan dan tanpa sengaja menyenggol Glenn sampai terjatuh.

"Aura nona Chyna tidak terasa disini" ujar Bimasena.

"Aku merasakan aura nona Lovela ada di dalam" balas Barata.

"Nona Savana juga ada di dalam, dapat aku rasakan auranya"

Ketiga pria tampan jelmaan kucing itu merasa heran kenapa nona-nona nya belum keluar kamar padahal ini sudah pagi. Bimasena bahkan merasa cemas karena tidak merasakan aura nona nya. Padahal ketiganya dapat merasakan aura pemilik mereka meskipun dalam jarak jauh.

"Sepertinya nona belum bangun" ucap Agatha pelan.

"Bagaimana jika kita akan bertanya pada tuan B?" tanya Flo yang ikut bersembunyi. Agatha menggeleng menanggapi.

"Agatha, kau takut?" ucap Flo terkekeh. Jarang sekali Agatha bertingkah seperti ini.

"Tidak!"

Keduanya mendatangi ketiga pemuda yang berjaga itu dengan Agatha yang berdiri di belakang tubuh Flo. Flo dengan keberaniannya menanyakan keberadaan para nona pada ketiga pemuda itu meskipun dia juga sedikit takut. Ketiga pemuda itu mengatakan jika nona mereka belum keluar kamar sejak matahari terbit lalu mempersilahkan Agatha dan Flo masuk ke dalam.

"Leganya" Agatha berkata setelah masuk ke ruangan berisi tiga kamar.

"Ayok kita ketuk pintu coklat itu, aku yakin itu kamar nona Lovela. Aku sedikit segan pada nona Savana dan juga nona Chyna tidak ada di kamar menurut tuan Bimasena"

Agatha setuju dengan ucapan Flo kemudian mengetuk pintu berwarna coklat. Tak lama pemilik kamar keluar dengan mata terpejam.

"Nona?" panggil Flo membuat Chasania membuka matanya sedikit.

"Masih terlalu pagi dan biarkan aku tidur sebentar lagi" balas Chasania tersenyum lalu menutup pintu.

"Ini sudah hampir tengah hari nona" ujar Agatha membuat Chasania kembali membuka pintu.

"Benarkah?" tanya Chasania yang dijawab anggukan Flo dan Agatha.

Chasania kembali menutup pintu dan tak lama kemudian keluar dengan keadaan segar dan gaun coklat sederhana juga jubah hijau miliknya.

"Apakah Chyna dan Savana sudah bangun?" tanya Chasania.

"Nona Chyna tidak ada di kamarnya, kami juga tidak berani membangunkan nona Savana" jawab Flo.

Chasania mengangguk kemudian menuju kamar Savana. Terlihat Savana masih tertidur nyenyak dalam posisi tengkurap.

"Vana bangun, sudah siang" Chasania menepuk tangan Savana beberapa kali.

Tidak ada reaksi apapun dari Savana. Chasania mengeluarkan es melon dan menyebarkan bau melon dengan elemen miliknya.

"Melon?"

Seketika Savana bangun berusaha meraih es melon dalam genggaman Chasania.

"Mandi dan berganti pakaian dalam dua menit atau es melon ini aku buang"

Savana dengan cepat menuju kamar mandi setelah mendengar perkataan Chasania. Dan dalam waktu semenit dia kembali dengan gaun merah serta jubah merah maroon nya. Savana, Chasania serta Chyna memang bisa melakukan kegiatan mereka dengan cepat karena bantuan elemen mereka.

"Kemarin es melon nya"

Chasania memberikan es melon lalu kedua keluar dan bertemu Flo Agatha.

"Kita akan kemana?" tanya Chasania.

"Halaman belakang nona, ada perkumpulan" jawab Agatha.

"Dimana Chyna?" tanya Savana yang tidak melihat keberadaan Chyna, biasanya anak itu selalu bersama Chasania.

"Adikku tidak ada. Aku tidak dia tau kemana, Sekarang ayo ke markas belakang dulu"

"Aku masih mengantuk"

"Aku juga"

Agatha dan Flo memperhatikan kedua nona yang saling merangkul dengan kepala saling bersandar.

"Selamat pagi nona!"

"Apakah nona membutuhkan kami?" tanya Barata yang melihat nona nya berjalan sambil menutup mata.

"Kami mengantuk Barata. Bisakah kau berubah menjadi kucing besar? Aku malas berjalan" ucap Chasania yang dituruti ketiga pemuda itu.

Mereka berubah menjadi kucing raksasa, Chasania naik ke punggung Barata dan Savana naik ke punggung Birendra.

"Flo, Agatha ayok!" ujar Chasania melihat ke belakang, kedua gadis itu berpegangan tangan gemetar.


Avoid DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang