6

11K 1.3K 7
                                    

"Adik tidak perlu khawatir. Sekarang kita bersama-sama untuk menjaga apa yang jadi milik kita. Bukannya mereka orang asing yang menghitung pada kita?"

Chyna mengangguk, "jadi kita tidak perlu takut?" ucap Chyna.

Chasania merasa kesal Lovela yang polos malah diceritakan sebagai antagonis, sementara Unna yang sebenarnya serakah diceritakan sebagai antagonis. Ternyata cerita aslinya sangat berbanding terbalik dengan cerita dalam novel.

"Baiklah lupakan itu dan ayok membuat selai!"

Chasania memasukkan apel yang telah dipotong kecil-kecil ke dalam panci yang telah diisi sedikit air. Memasaknya sampai buah bertekstur lunak lalu menambahkan gula dan air lemon. Aduk hingga mengental dan kadar airnya berkurang agar bisa tahan lama.

"Bagaimana jika nanti sore kita ke ladang?" tanya Chasania kembali ke meja makan dengan panci selai.

"Boleh kakak"

"Sudah memotong buahnya kita makan dulu. Kita belum sarapan kan"

Chasania mengiris roti gandum lalu mengoleskan selai apel yang telah ia buat dan memberikannya pada Chyna.

Chyna menerimanya dengan antusias. Ia tidak sabar memakan makanan yang baru.

"Emm sangat lezat. Roti yang tawar ditemani selai apel adalah kombinasi yang sempurna. Aku sangat menyukainya! Terima kasih kakak"

"Apapun untuk adikku yang manis!"

"Terima kasih kakak. Bolehkah kita makan daging?"

"Daging panggang itu?" tunjuk Chasania pada daging panggang pemberian bibi tadi.

"Boleh"

Mendengar itu Chyna segera mengambil pisau dan mengiris daging panggang lalu meletakkan nya dalam dua piring dari tanah liat.

"Terima kasih adik"

"Sama-sama kakak"

"Apakah disini ada wadah dari kaca?"

"Ada kak. Aku pernah melihatnya di kamar ibu dan ayah"

"Baiklah setelah makan kita cari"


Mereka melanjutkan makan dengan tenang. Meskipun mereka bukan bangsawan tapi mereka diajarkan sopan santun oleh kedua orangtuanya.

"Apakah ini yang kakak maksud?" tanya Chyna saat membuka lemari kayu besar dalam kamar ibu dan ayah mereka.

"Wah benar ini cocok untuk selai. Dan ini sangat banyak"

Terlihat banyak toples kaca dari ukuran terbesar hingga terkecil. Chasania mengambil satu yang ia kira cocok untuk wadah selai.

"Baiklah ayok ambil beberapa toples seperi yang kakak ambil"

"Baik kakak"

Setelah mereka mengambil beberapa toples kaca dan menutup pintu lemari. Tanpa diketahui mereka tampak kilatan cahaya dalam lemari dan tempat yang kosong kembali terisi.

Chasania kembali membuat selai berbagi macam buah. Sementara Chyna membersihkan toples kaca serta mengeringkannya dengan lap.

"Adik ada selai apa saja yang sudah jadi?" tanya Chasania yang mengaduk panci buah.

"Strawberry, blueberry, peach, apel, anggur sudah ada. Hanya tinggal selai jeruk yang belum ada kak"

"Baiklah tunggu sebentar lagi selai jeruk mengental dan siap. Jangan dulu ditutup ya toplesnya"

"Iya kakak"

"Selesai!" seru Chasania lalu menyodorkan panci selai pada Chyna untuk dimasukan dalam toples.

"Ah rasanya aku lapar lagi" ucap Chasania yang baru saja duduk.

"Aku juga lapar kakak"

Bagaimana tidak lapar kembali mereka membuat selai yang menggugah selera selama berjam-jam lamanya.

"Baiklah ayok makan roti dan selai lagi!"

"Aku tidak sabar mencoba berbagai selai"

"Selai blueberry seperti enak"

"Apapun yang kakak buat pasti enak!" ujar Chyna bersemangat.

"Baiklah adik ingin selai apa?"

"Aku ingin mencoba selai peach"

Chasania memakan beberapa iris  roti dengan selai blueberry saja. Sementara Chyna tampak bersemangat mencoba berbagai selai diatas irisan roti miliknya.

Avoid DeathWhere stories live. Discover now