28

5.5K 675 9
                                    

"Waw banyak sekali rempah-rempah disini!"

"Bahkan rempah langka juga ada!"

"Bibi aku ingin kencur, bawang putih, cabe rawit, cabe merah, cabe kering juga"

"Apa lagi yaa"

"Segini dulu deh"

Ucapan-ucapan Chasania membuat para bibi dan Chyna menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Aku ambil ini semua" ucap Chasania. Dia mengambil satu guci untuk setiap barang.

Chasania melihat sekeliling banyak sekali peti berisi rempah-rempah.

"Sebanyak ini?" tanya bibi Ferra pada Chasania. Tapi Chasania diam tidak merespon.

"Kalau dibuat jamu pasti untungnya besar" gumam Chasania pelan.

"Kau berbicara sesuatu?" tanya bibi Ferra melihat Chasania bergumam.

"Apakah bibi ingin mendapatkan banyak keuntungan dari rempah-rempah ini?" tanya Chasania membuat bibi Ferra mengerutkan keningnya heran. Sejak dahulu penjualan rempah miliknya selalu tetap tanpa kemajuan bahkan sekarang mengalami penurunan karena para bangsawan mulai menanam tanaman rempah sendiri.

"Bagaimana caranya?" tanya bibi Ferra penasaran.

"Kita buat ramuan herbal. Ramuan herbal bisa mengobati sakit ringan hingga berat tergantung pada takaran dan khasiat masing-masing rempah"

"Ramuan herbal?" tanya bibi Vio. Dia bersama Chyna dan yang lainnya menghampiri Chasania dan bibi Ferra.

"Apa itu ramuan herbal?" Lanjut bibi Vio.

"Ramuan herbal itu ramuan yang terbuat dari rempah-rempah dan bermanfaat untuk kesehatan tubuh kita. Rempah-rempah diolah dengan cara dihaluskan kemudian direbus kemudian diminum" jawab Chasania membuat Chyna dan para bibi mengangguk mengerti.

"Aku mengerti. Kita membuat ramuan yang  akan kita jual. Keuntungan dari ramuan herbal akan jauh lebih besar karena kita menjualnya keuntungan yang lebih besar dari menjual tanah liatnya saja"  Chasania tersenyum mendengar perkataan bibi Sofia.

"Aku tidak menyangka ternyata kau pintar Avie" ucap bibi Hana yang membuat bibi Avie mendelik tajam kepadanya.

"Aku mengerti karena menjual tanah liat saja hanya mendapatkan sedikit keuntungan. Tapi berbeda dengan menjual tanah liat yang diproses menjadi pot, guci, peralatan lainnya. Keuntungannya yang didapatkan lebih besar daripada menjual tanah liat saja" lanjut bibi Avie. Chasania mengangguk setuju dengan perkataan itu.

"Apakah bibi tahu nama-nama dari rempah-rempah ini dan jenisnya?" tanya Chasania kepada bibi Ferra.

"Aku hanya tahu bawang-bawang saja" bibi Ferra meringis mengucapkannya.

"Emm bibi berapa koin semuanya?" tanya Chasania.

"Tidak perlu memberikan koin. Tapi ajarkan aku membuat ramuan yang kau maksud" ujar bibi Ferra membuat Chasania tersenyum bangga. Bibi-bibi ini semangat mendapatkan pengetahuan baru.

"Nah langkah awalnya kita harus mengetahui nama dari rempah-rempah ini" ujar Chasania kemudian menunjuk satu rempah dengan menyebutkan namanya. Kemudian Chyna dan para bibi ikut menyebutkan nama rempah itu.




"Sekarang apa yang akan kita lakukan kakak?" tanya Chyna setelah mereka semua keluar dari gudang rempah bibi Ferra.

"Aku ingin teh bunga" jawab Chasania membuat bibi Hana tersenyum.

"Mari ke rumahku!" ajaknya.

'Bibi-bibi ini cepat peka ternyata' batin Chasania

"Ayok!" balas Chasania. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke rumah bibi Hana.

Rumah di daerah ini berjauhan karena setiap rumah mempunyai banyak ladang dan juga penduduknya yang sedikit. Meskipun begitu daerah ini memiliki jarak yang dekat dengan pasar. Hanya terdapat 4 pasar dalam masing-masing kerajaan. Satu pasar pusat kota berdekatan dengan kerajaan dan tiga pasar daerah yang berada di arah timur, selatan serta barat.

Sedangkan arah utara hanya hutan gelap yang tidak pernah dilewati siapapun. Sebenarnya markas pasukan Phlox berada di awal masuk hutan sehingga orang-orang tidak mengetahuinya.

"Bunga apa yang kau inginkan?" tanya bibi Hana pada Chasania.

Mereka semua telah sampai di ladang bunga bibi Hana yang berada di belakang rumah. Sepanjang mata memandang terlihat banyak bunga-bunga berwarna warni yang memanjakan mata.

"Melati, chamomile, rosella, mawar, lavender, dandelion, chrysant, hibiskus, dan bunga telang" ujar Chasania kemudian bibi Hana berjalan ke arah bunga melati. Lalu ke tempat bunga-bunga lain. Dia memilih bunga yang paling bagus dan segar dan memasukkan kedalam keranjang besar yang tersedia di kebunnya.

Sementara itu Chasania dan yang lainnya menunggu di meja bulat diawal masuk ladang bunga sembari menikmati jagung meledak yang Chasania bawa dalam cincin ruangnya.

Tak perlu waktu lama keranjang bunga itu terisi banyak bunga yang Chasania inginkan kecuali bunga telang.

"Aku tidak tahu seperti apa bunga telang itu" ujar bibi Hana menyodorkan keranjang berisi bunga-bunga.

"Terima kasih banyak bibi" ucap Chasania tersenyum pada bibi Hana.

Chasania menatap sekeliling dan tatapannya berhenti di sekumpulan tanaman bunga rambat yang berwarna biru tua tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Aku yakin itu bunga telang" gumam Chasania.

"Bibi bolehkah aku memetik bunga itu" tunjuk Chasania ke arah tanaman rambat berbunga biru.

"Silahkan dan ambil ini" ujar bibi Hana menyodorkan keranjang bunga pada Chasania.

"Terima kasih bibi" ucap Chasania kemudian menghampiri tanaman bunga yang dia yakin itu bunga telang.

"Ini benar bunga telang. Aku tidak menyangka dunia ini begitu banyak hal yang sama dengan di bumi" monolog Chasania sembari memetik bunga-bunga telang.

"Ini bibi. Berapa koin untuk semuanya?" tanya Chasania kepada bibi Hana.

"Tidak usah. Aku hanya penasaran apa yang akan kau lakukan dengan bunga-bunga ini. Anggap saja memenuhi rasa penasaranku sebagai bayarannya" ucap bibi Hana.

"Dan juga bunga telang yang kau maksud itu memiliki harga yang sangatlah murah bahkan tidak laku" lanjut bibi Hana.

"Baiklah terima kasih banyak bibi" ujar Chasania.

"Sekarang kita akan kemana kakak?" tanya Chyna.

"Kakak menginginkan ayam"

Avoid DeathWhere stories live. Discover now