Bab 73 Jasa Memutuskan Pacar

19 3 0
                                    

"Aku mau cerai! Aku gak mau hidup sama kamu lagi!! Aku bosan dengan semua rengekkanmu! Pergi dari hadapanku!!" kata Amel dengan napas memburu. Dia sudah muak dengan semua sifat manja Hans yang mendadak depresi karena kehilangan popularitas.

"Oke fine! Kita pisah! sesuai maumu! Tapi, kalau kau angkat kaki dari rumah ini, aku tak akan merenggek untuk memintamu kembali!"

"Kau yang bilang!! Ingat perkataanmu baik-baik!"

Hans pergi membanting pintu kamar, dia diam di depan pintu kamar berharap Amel mengejarnya. Alih-alih mengejar, Amel malah mengeluarkan kopernya dan memunguti barang-barangnya. Dia membuka pintu dengan sekuat tenaga.

"Mel? Kau mau ke mana?"

"Pergi, sesuai maumu!!"

"Mel, kamu gak boleh gini! Kamu mau pergi ninggalin Dinda di sini? Kamu gak kasian ama dia?"

"Bukan urusanmu!" balasnya sengit.

...

Matahari sudah hampir tenggelam, kediaman Ahmad sedang ramai. Dua anak perempuannya sedang sibuk menyiapkan makan malam. Dan, dua menantunya sedang duduk tenang menanti piringnya. Ryu duduk di meja makan sambil memegangi sendok dan garpu. Matanya awas memperhatikan dua makhluk kembar tengah menyiapkan makanan di depannya dengan sangat antusias.

"Memangnya, lehermu gak kaku? Sedari tadi memperhatikan aku sudah seperti kucing kelaparan?" tanya Aika pada Ryu.

Ryu mencebik, dia menyipitkan matanya yang sudah sipit.

"Aku tak melihatmu, Tupai!"

"Hah! Lucu sekali!"

Aira dan Arbie menggelengkan kepala melihat dua insan yang sangat hobi berkelahi itu.

"Tadi main ke mana, sih? Kok nggak bilang? Mas masih penasaran, Ca. Ngomong, dong! Enak banget kamu ajak dia main, Mas kamu tinggalin di rumah!"

Aika mencebik, "ck!"

"Hush gak sopan sama suami kayak gitu, Dek!" tegur Ahmad yang ikut duduk di meja makan. Bau harum masakan Aika membuat perutnya juga ikutan lapar.

Ryu juga sudah tak sabar, dia merasa lapar yang teramat sangat. Dia langsung menyambar ayam goreng yang ada depannya.

"Hush! Gak sopan! Abah duluan!" tegur Aika cepat.

"Iyah, ini juga mau ambilin buat abah! Bawel, aja, sih, Dek!" kata Ryu sambil berdiri menyajikan ayam yang dia ambil pada mertuanya.

"Bah, dia sebut aku tupai!" lapor Aika pada ayahnya.

Alih-alih menjawab, Ahmad terkekeh melihat Aika dan Ryu yang tak berhenti berkelahi. "Sudah ambil saja, Nak. Makanlah, kamu sudah lama gak di sini, lihat kamu semangat makan abah sudah senang. Makanlah!"

"Baik, Bah! Alhamdulillah!"

"Suamimu jadi soleh sekarang, Ra?" tanya Ahmad lembut. Aira hanya tersipu malu, wajahnya sudah merah, malu karena kelakuan Ryu yang luar biasa ajaibnya. Aira menangkap tangan Ryu yang mulai memunguti semua lauk yang ada di atas meja.

"Ryu, pelan-pelan saja."

"Dia 'kan laper, biarkan saja. Kau tahu gak, sih. Dia harus menahan lapar selama berjam-jam kalau lagi jaga?"kata Aika tiba-tiba perhatian.

"Mas kalau lagi masak juga gak sempet makan, Dek."

Aika menoleh ke arah suaminya yang bermuka masam sejak dia kembali. Aika menyikut tangan Arbie pelan. "Apa? Mas mau ajak Aika berantem sekarang?"

"Hah! Cuma main cuma main, beuh!"

Aika mengalihkan pandangannya ke arah Ryu yang masih sibuk mengunyah makanannya. Wajah putih itu memang cukup tirus, hidungnya sedikit terluka karena selalu menempelkan plester di sana. Hatinya tak tega melihatnya.

Proposal Cinta (Revisi)Where stories live. Discover now