Bab 66 Bayi Kita?

56 4 0
                                    

"Mungkin, sebaiknya kita mati saja beramai-ramai. Agar aib itu terpendam seperti keinginan abah tadi." Suara Aika memecah hening yang tiba-tiba menyeruak di dalam mobil. Arbie Masih memegang kemudi dengan napas yang memburu.

"Apa kau benar-benar menginginkan kita semua mati Aika?" lirih Arbie. Dia menempelkan kepalanya di kemudi. Jantungnya berdebar tak karuan, hatinya sakit bukan main. Bagaimana bisa, abangnya sendiri malah mengkhianatinya.

"Andai aku tahu dia memiliki saudari kembar, aku tak akan melakukan itu," aku Mario. Suaranya pelan sekali, berbisik lirih seperti bukan dirinya yang biasa. Ada sedikit sesal di dalam hatinya.

"Lagi-lagi, aku juga yang harus ditarik dalam arus deras hubungan gelapnya. Entah berapa banyak laki-laki yang dia hinggapi sampai semuanya bertekuk lutut dengan mudah di depannya. Luar biasa. Bahkan, laki-laki sesangar Mario juga bisa dia taklukkan dengan mudah?" Aika menggelengkan kepalanya, dia tak percaya ini semua terjadi pada kakaknya.

Aika melepas sabuk pengaman, dia keluar dari mobil. Pengemudi angkot yang hampir menabrak mereka kini berdiri di depan mobil. Bamper mobil Mario tergores minor.

"Bapak, nggak papa?" tanya Aika perhatian.

Arbie melihat sosok istrinya yang kini mulai berjalan menjauhi mobil, dia menarik pengemudi angkot itu ke pinggir jalan. Mereka berteduh di bawah rindangnya pohon mahoni.

"Apa kau juga akan mencuri Aika, jika gadis yang aku kencani itu dia?" tanya Arbie parau.

"Ayah selalu memintaku mengalah darimu. Aku tak terima. Masa, semuanya harus aku relakan. Kau tahu, aku tak sepenuhnya rela saat kau malah bilang kalian sudah berpacaran."

"Kau gila! Kau menodai wanita yang akan menjadi istri adikmu? Bajingan sepertimu jika membuka pendaftaran, akan banyak wanita yang mengantri di bawah kakimu. Kenapa kau harus merebut dia dariku?"

"Aku ingin merebutnya darimu secara paksa, rupanya dia malah berlari ke laki-laki lain. Apa kau yakin, hanya kau seorang yang diakuinya sebagai seorang kekasih? Kudengar, dia dibantu sahabat dekat kalian berdua untuk kabur dari gedung pernikahan. Apa kau tak curiga, kau cuma dimanfaatkan?"

"Lantas? Kenapa tetap merebutnya dariku?"

"Semua yang kaumiliki terlihat indah di mataku, Bie."

Arbie tersenyum nanggung, dia malas melirik abangnya itu.

Seorang petugas polisi lalu lintas datang mengetuk pintu mobil.

"Selamat siang, Pak! Bisa saya lihat sim-nya."

Arbie menurunkan kaca mobil, dia menoleh ke arah petugas. Dengan malas dia menyodorkan sim-nya.

"Dengan bapak Arbie benar? Apakah kalian semua baik-baik saja?"

"Saya sedikit pusing," jawab Arbie pelan. Dia kembali merebahkan kepalanya ke kemudi. Cidera di kepalanya belum sembuh sepenuhnya, kini dia harus merasakan sakit kepala yang cukup mengganggu akibat benturan.

Tak lama, ambulans datang, Arbie harus memakai penyanggah lehernya lagi. Aika masih setia ikut naik ambulans bersamanya. Aira sudah sadar, dia berdiri meninggalkan Mario yang sedang ditanyai polisi.

...

Ryu berjalan keluar dari ruang ICU dengan APD berwarna putih yang menempel melindungi dirinya. Dia membuka pintu menuju ruang sterilisasi. Satu demi satu APD yang menempel padanya dilepas. Boot hitam dia simpan di tempat yang sudah disediakan, Hazmat berwarna putih yang bertuliskan namanya di bagian belakang, face shield, beberapa lapis masker dan beberapa lapis hand Scoon.

Sifnya hari ini sudah selesai. Perutnya lapar, dia menahan lapar lebih dari delapan jam. Tangannya gemetaran meraih botol air mineral. Ryu melihat wajahnya di cermin. Dia mencoba melepaskan plester yang menempel di hidungnya.

Proposal Cinta (Revisi)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora