Bab 23: Anemon laut dan Ikan Badut

44 7 0
                                    

Ryu terjaga, dia merasa kedinginan. Semalam, dia ingat untuk memakai selimut, tetapi, kini, tak ada selimut yang menempel di tubuhnya. Ryu duduk dan melihat sebuah sushi rol besar berwarna putih. Dia mengecek isi dari selimut itu. Ada Aira yang  tidur dengan damai di dalam selimut.

Ryu terkekeh melihat Aira, "apa udara dingin membuatmu seperti ini, Ay?" gumamnya pelan. Ryu menarik pelan ujung selimutnya dan masuk ke dalam selimut itu. Dia memandangi wajah Aira lekat-lekat, pandangan turun ke bibir. Ryu menggigit bibir bawahnya. Dia lalu menoleh, mencoba melupakan kejadian semalam.

Namun, setan tak akan membiarkan dirinya kali ini lepas begitu saja. Ryu mengelus kepala Aira lembut. Dia terus memperhatikan setiap lekuk pada wajah Aira.

"Alismu rupanya asli ya, bulu matanya juga cantik sekali. Rupanya, dari dekat begini dia cantik sekali," gumam Ryu pelan. Dia menarik senyumannya, tangannya mengelus pipi lembut Aira.

Aira mengerang lembut, Ryu tersenyum kecil. Dia memberanikan diri mengecup kening Aira. Sesuatu yang enggan dia lakukan tadi siang. Dia malu mengakui perbuatannya tadi malam. Aira juga terlihat seperti orang yang ingin memakannya. Kalau bisa dia ingin menghindari dahulu. Namun, apalah daya, dia malah resmi menjadi suami untuk Aira.

Mata Aira terbuka sedikit, Ryu mengelus kepala Aira sampai dia kembali terlelap. Dia pun kembali memejamkan mata. Lelah sudah menguasai dirinya hari ini sangat berat untuknya. Sangat melelahkan.
...
Suara alarm dari ponselnya berbunyi nyaring sekali. Ryu malas mematikan ponselnya. Dia membuka matanya lebar-lebar. Ada seorang yang memeluk tubuhnya erat sekali. Ryu diam sebentar, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam.

Ryu mencoba meraih ponselnya yang ada di meja nakas dan mematikannya. Aira mengeratkan pelukannya. Ryu menahan napasnya sebentar, jantungnya perlahan mulai terpacu. Nalurinya sebagai laki-laki normal tak bisa dikendalikan.

Dia membuang muka, mengembuskan napasnya pelan. "Plis, Ra, jangan gerak."
Aira kini menaikkan kakinya di kaki Ryu. Gesekan lembut di kakinya membuat darahnya berdesir. Ryu menahan hasratnya sekuat yang dia bisa. Namun, pertahanannya akhirnya jebol juga.

Dia mengecup puncak kepala Aira. Gadis itu mengerang. Ryu makin semangat untuk memadu kasih. Tangannya tiba-tiba tak bisa dikendalikan. Pelan dan lembut membeli punggung Aira.

Aira terjaga, dia membuka matanya. Wajah Ryu sudah semakin merah. Dia diam, Aira juga diam dan mencoba mengumpulkan nyawanya. Mata Aira mengerjap beberapa kali.

"Pagi, sayang," kata Ryu setengah berbisik.

"Kita? Tidur berdua?" tanya Aira polos.

Ryu dan wajahnya yang merah hanya mengangguk sambil tersenyum manis.

"Heeeeeeeeeeeeeeeee!!" pekik Aira.

Ryu langsung menarik Aira dalam dekapnya, dia tak mau suara keras Aira terdengar sampai luar. "Diem, ah!" katanya sambil membekap mulut Aira.

"Lepasin! Lepasin! Aku adukan kamu ke kakekmu!"

"Kakek? Memangnya sekarang kau sudah dekat dengan kakekku?" tanya Ryu melonggarkan pelukannya.

"Iya, tentu saja!"

"Heeeeeee!" pekik Ryu.

Aira membekap mulut Ryu kuat-kuat. Mereka saling mendorong muka dengan tangan. Ryu mengunci tubuh mungil Aira dengan kakinya. Dia memeluk erat Aira selayaknya guling. "Kau tahu, orang mungkin saja mendengar kita."

"Mana mungkin! Dinding hotel ini pasti kedap udara."

"Bagaimana jika ada yang memasang penyadap di dalam ruangan ini?"

Proposal Cinta (Revisi)Where stories live. Discover now