Bab 57 Semua mencemaskan Aika

46 7 0
                                    

"Ari, Kak Arbie ke mana?" tanya Aika lirih.

"Oh, ada, kok. Nanti juga ke sini."

"Jangan kebiasaan suka bohong gitu, ah! Kakak tahu kamu pasti bohong! Jawab aja, Kak Arbie ke mana?"

Ari diam saja, dia menekuk wajahnya, usahanya untuk menutupi kondisi Arbie gagal begitu saja. Tak mudah memang, berbohong di hadapan Aika. Ari tak tega jika harus mengatakan kondisi Arbie yang sedang berada di ruang operasi saat ini.

Aika berusaha untuk menegakkan badannya, dia ingin duduk. Ari menahannya, "plis, Kak. Lukanya masih belum sembuh banget. Kakak jangan gerak-gerak dulu. Sukur pisaunya kecil, jadi Kakak gak terlalu banyak keluarin darah. Coba kalau parah, aku 'kan gak bisa membelah diri, mana yang harus aku jaga? Mana Umi juga sakit di rumah. Plis, setidaknya, Kakak sehat dulu," omelnya panjang lebar. Ari mengambil napas panjang setelahnya.

"Udah, merepetnya? Panjang banget dah mirip kereta Mutiara Selatan!"

Ari kembali menekuk wajahnya.

Pintu kamar dibuka tanpa aba-aba, seorang dokter residen berbaju biru-biru masuk. Dia berlari ke arah Aika. Dokter muda itu memeluk Aika erat sekali. Dia melepas pelukannya, lalu menangkup dua pipi Aika dengan telapak tangannya.

"Rara!! Apa yang terjadi padamu?"

"Siapa kau! Singkirkan tanganmu dari wajahku!" teriaknya dengan suara serak.

"Sukurlah, wajahku baik-baik saja, aku sangat khawatir wajahmu mendapat luka goresan. Aku akan menawarkan bedah estetika untuk bekas lukamu agar terlihat kembali cantik, bagaimana?" katanya lagi masih dengan tangan yang ada di pipi Aika.

Ari menarik tubuh Kevin sampai dia limbung. Laki-laki itu tentu saja berontak. Mereka berakhir dengan saling dorong.

"Ari, hentikan!" kata Aika pelan.

"Ari? Kau adiknya Rara?" Kevin kini mencengkeram kerah baju Ari lalu merapikannya lagi.

"Dia bukan Rara, itu Kak Aika!"

Kevin menoleh, dia mengamati wajah wanita yang berbaring di atas tempat tidur. Dia mendekat, lagi-lagi menangkap pipi Aika, menariknya ke luar dan ke dalam.

"Cukup! Hentikan!" bentaknya. "Aku bukan Rara! Aaaa..." Aika meringis, dia memegangi perutnya yang masih terluka.

"Apa! Apa? Apa yang sakit?!" Kevin menjadi gelagapan. Dia ingin melihat luka di perut Aika, tapi wajah menyeramkan Aika membuatnya kecut.

Ryu mendobrak pintu, dia melihat Aika yang meringis kesakitan. Dia langsung mendekat, "apa kau baik-baik saja?"

"Kalian berdua aneh sekali! Singkirkan tanganmu dari tubuhku!" ulang Aika dengan wajah serius.

Kevin mengangkat tangannya, dia mundur selangkah. Ryu juga berdiri tak jauh dari Kevin.

"Apa yang membawa kalian berdua ke mari? Mana Arbie!? Ryuuu mana Arbie!!" cecar Aika.

Ari menggelengkan kepalanya, dia berharap Ryu tak memberitahu kondisi Arbie.

"Alhamdulillah kondisinya stabil, operasinya baru saja selesai, ada luka jahitan di kepalanya. Ya agak kurang ganteng dikitlah, suamimu karena pitak," kata Ryu ringan. "Aku mengatakan ini, karena aku pikir kau butuh mengetahui kondisi suamimu itu. Aku akan membawanya ke mari setelah dia sadar nanti."

"Aku ingin melihatnya, apa boleh?" tanya Aika penuh harap. 

"Kalau kau sudah bisa duduk, ya Ayok!" ajaknya santai.

Ryu memberi kode pada Kevin untuk mencari kursi roda. Namun, belum sempat Ryu mengangkat Aika. Arbie sudah diantar ke kamar Aika.

Patah hati wanita cantik itu melihat kondisi suaminya yang masih belum sadarkan diri..

Proposal Cinta (Revisi)Where stories live. Discover now