Bab 54 Sepi

27 6 0
                                    

Usaha pencarian Aika masih terus dilanjutkan. Semua orang yang mungkin saja mengetahui keberadaan Aika sudah ditemui. Mereka juga mengunjungi kantor polisi untuk melihat bukti CCTV di sekitar rumah sakit. Sayangnya, hanya rekaman saat Aika dan Ryu turun dari kamar ayahnya sampai menjelang menghilang di depan rumah sakit.

Arbie mengunci mulutnya sepanjang jalan. Mario juga sudah merasa lelah menjelajahi kota Bandung sejak semalam. Dia memilih kembali ke café Arbie untuk sekedar menenggak air dingin.

Arbie tak menolak saat mobil yang mereka tumpangi sampai di café miliknya. Semua pegawai berdiri di depan café, mereka menanti bosnya berbicara sesuatu. Namun, lelaki tinggi itu tetap bungkam. Dia bahkan, tak melirik ke arah Guntur yang sudah seperti orang gila karena cemas menanti kabar.

"Bie?" panggilnya hati-hati.

Arbie bergeming, dia sudah tak mampu berjalan, dia menyeret kakinya dengan berat. Tak ada senyuman di wajahnya. Hilangnya Aika merenggut senyumannya, juga semangat di dalam hatinya. Arbie sudah sangat frustrasi. Dia tak ingin melakukan sesuatu lagi kini.

"Adikku sudah seperti zombie, sebaiknya kalian semua jangan ganggu dia," kata Mario.Dia merebahkan dirinya di sofa yang ada di pojok ruangan. Tubuhnya juga harus dimanjakan sekarang.

Ryu ikut duduk di dekat Mario. Dia menenggak minuman dingin yang dihidangkan Guntur.

"Makasih," ucapnya sopan.

"Kamu siapa? Aku tak pernah melihatmu?" kata Guntur pada Ryu.

"Ah, dia tidak penting, abaikan saja dia. Jangan hiraukan, kalian kembali saja bekerja seperti biasa. Bukan begitu, Tuan Muda?" Mario tersenyum kecil, dia

Ryu tersenyum nanggung, dia meletakkan kembali gelas yang dipegangnya. Lelaki itu berdiri dan mencari kamar mandi.

"Kau jangan berpikir untuk lari. Tak ada jalan yang bisa kau cari di belakang sana."

"Yang mau kabur juga siapa? Aku berlari ke mana pun, tak akan ada gunanya sekarang," jawabnya sengit.

Mario mencebik, dia melirik ke adiknya yang kini berdiri di samping meja kasir cukup lama. Pandangan matanya terpaku pada kursi di depannya. Dia memasuki ruangan tersembunyi di sebelah meja kasir. Di ruangan itu ada kamar yang biasa dia gunakan untuk istirahat saat lelah memasak di dapur.

Matanya memindai setiap inci ruangan. Ruangan bercat putih itu terasa begitu sepi dan dingin. Arbie berjalan ke arah tempat tidur yang ada di tengah ruangan. Dia meletakkan semua barang-barangnya di atas meja.

Mata Arbie tertuju pada sebuah jaket hoodie merah yang tergantung di dinding. Dia berdiri, diambilnya jaket itu. Dia menghirup aroma jaket itu dalam-dalam. Bayangan wajah Aika muncul di hadapannya, tersenyum dengan seringai usilnya.

"Aika, apa kamu baik-baik saja sekarang?" bisiknya lirih.

Pintu kamarnya diketuk, Guntur membuka pintu, dia hanya berdiri tanpa berbicara. Dari wajah Arbie, dia tahu, jika Aika belum ditemukan. Guntur datang mendekati sahabat karibnya itu. Ditepuknya pundak Arbie tanpa berbicara.

"Aku mau masak, istirahat saja dulu."

Guntur keluar dari kamar itu, dia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan hidangan. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat sekumpulan orang berkemeja hitam datang. Seorang pria tampan dan seorang laki-laki berbaju hitam berjalan di belakangnya.

Kehadiran mereka tentu saja membuat orang-orang yang ada di cafe menjadi khawatir. Guntur ikut mengintip dan mengamati orang-orang itu. Rupanya, kehadiran mereka di sana untuk menemui laki-laki blonde berkulit pucat yang tadi meminum minuman buatannya.

Proposal Cinta (Revisi)Where stories live. Discover now