Bab 31: Sit in di kelas Mertua

31 6 0
                                    

Aira memeluk erat pinggang Ryu, sejujurnya, dia takut naik skuter. Trauma masa kecil membuatnya tak pernah berani duduk di jok motor lagi. Namun, kali ini, Ryu memaksanya. Hanya itu satu-satunya kendaraan yang bisa dia pakai untuk membeli seblak di gang depan. "Bagaimana mungkin kita beli seblak doang pake mobil, Cantik?" Omelan Ryu mengaung di telinga Aira. Dia pasrah, terpaksa menuruti keinginan Tuan Anemon.

Ryu tertawa sepanjang jalan, dia dengan sengaja mengerem agar Aira semakin erat berpegangan padanya. Aira tak berdaya, berkali-kali dia menjerit karena kaget. Dia mencubit pinggang Ryu gemas. Memukul pundaknya beringas. Alih-alih kesakitan, Ryu malah makin iseng memainkan rem tangan.

"Berhentiiii!"

Aira langsung loncat dari motor dan melipat tangannya kesal. "Ryuuuuu!"

"Ha-ha-ha."

"Jahaaaat, ih!"

"Ah, si Cantik malah ngambek. Jangan ngambek dong, Cantik!"

Aira hanya bisa menghela napasnya kasar, pasalnya dia memang tak bisa marah pada semua tingkah laku Ryu yang menyebalkan sekaligus membuat hatinya berdebar tak karuan. Rasa yang sama, saat dia pertama kali bertemu Ryu.

Aira berjongkok di pinggir jalan, kakinya lemas, dia memeluk kakinya sendiri. Dia ingin menangis, sekuat tenaga ditahannya air mata itu. "Dia memang nyebelin dari dulu, Ra," desisnya.

Ryu masih saja tertawa dari atas motornya, "yuk, ah, katanya mau jajan seblak?"

Aira menarik senyumannya lagi, dia berdiri, menahan kakinya yang sejujurnya tak kuat lagi melangkah. Ryu menepuk jok motornya, "ayo, Cantik."

Setiap kata 'cantik' yang Aira dengar, membuatnya menjadi kembali bersemangat dan menepis tingkah laku kekanak-kanakan Ryu. Aira tahu, setelah semua kekacauan yang mereka timbulkan, akhirnya bisa keluar hanya berdua seperti ini adalah anugerah tersendiri. Sepanjang sandiwara menjadi calon istri sampai menjadi istri siri Ryu, Aira belum pernah berjalan berdua saja. Semua akan melibatkan bodyguard yang sengaja mengikuti semua gerak gerik keduanya.

Dia naik ke motornya, memeluk pinggang Ryu lagi. Dia menempelkan kepalanya di bahu Ryu, berharap kali ini tak akan ada kejadian yang membuatnya takut setengah mati.

"Kita berangkat ya, Nona ikan badut."

Aira memukul punggung Ryu kuat, lagi-lagi lelaki itu tak marah, hanya meringis tanpa bersuara.

"Iya, bentar lagi sampai, semoga aja tukang seblaknya jualan."

Aira tersenyum kecil, dia mengeratkan pegangannya. Motor itu kembali melaju membelah jalanan, menurun tajam melintasi jembatan besar dengan sungai besar yang airnya terlihat garang. Ryu berhenti sebentar, sebelum menanjak.

Sebuah mobil sedan berhenti tepat di depan mereka. Seorang pria berkemeja hitam keluar dari dalamnya. Dia berjalan ke arah Ryu, berhenti tepat di depannya sambil menunduk sangat dalam. Sato melambaikan tangan dari dalam sedan.

"Ryu-sama, saya Samuel, mulai saat ini, kami akan mengawal dan mengurus semua keperluan Tuan."

"Ah! Berhenti menjadikan aku anak kecil, Sato!" teriaknya.

Sato segera keluar dari dalam mobil, "maafkan kami, Tuan muda, Kakek Anda yang meminta kami mengawal dan melaporkan semua hal yang terjadi."

"Ah, yang benar saja! Aniki, ke mana?"

"Yuu-sama sudah kembali ke Surabaya," jawab Samuel.

"Astaga! Aku cuma mau beli seblak di sana, harus dikawal, juga?" tanya Ryu geram.

"Ya, Tuan, kami hanya mengikuti perintah."

Ryu melipat tangannya di dada. Samuel memegangi stang motor dan meminta Ryu turun dan naik mobil yang sudah disiapkan. Keduanya tak bisa lagi mengelak, Ryu menarik tangan Aira lembut menuju mobil yang sudah disediakan.

Proposal Cinta (Revisi)Where stories live. Discover now