Part 69 Kamu ada di mana?

23 2 0
                                    

[Ryu, kamu di mana?]

Notifikasi yang Ryu tunggu akhirnya berbunyi. Dia buru-buru membuka ponselnya. Wajahnya yang tadinya tersenyum semringah mendadak kusut. "Bukan ini yang aku mau!" desisnya.

Dia menggulir layar ponselnya, membaca tiap kata yang ada di sana. "Amel?" gumamnya. Ryu berdiri, dia meraih jaketnya dan berlari ke luar kamarnya. Dia mencoba menghubungi Amel, dia ingin tahu, di mana Amel saat ini.

[Kau tahu, apa hal paling lucu di muka bumi ini? Menikah tanpa cinta. Lalu jatuh cinta dan patah hati setelahnya. Kebodohan apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku malah meninggalkan kamu dan memilih belajar mencintai dia? Aku lelah dengan semua ini, Ryu.]

Pesan penuh keputusasaan itu membuat jantung Ryu terpacu. Dia segera berlari menemui Amel. Wanita itu pasti sedang berada di sebuah gedung yang tinggi dan memutuskan untuk mati, pikirnya. Dia mengenal Amelia dengan baik. Jika Amel mencarinya, mungkin sesuatu yang buruk sedang terjadi pada Amel.

Ryu membelah kota dengan sepeda motor yang dia temukan di parkiran. Dia menuju Taman Sari, cukup lurus saja sampai di bawah jembatan Pasopati. Berbelok sedikit ke jalan Pelesiran, memasuki gang kecil sampai di sebuah kosan yang bertengger di atas rumah induk semangnya. Amel tinggal di sana, di kawasan padat penduduk di jalan Kebun Bibit Utara.

Ryu mengetuk pintu rumah Amel, tak ada jawaban. Lampu rumahnya mati, hanya lampu teras saja yang masih menyala. Ryu menempelkan wajahnya di kaca nako, mencoba mengintip ke dalam. Percuma, dua lapis tirai menutupi jendela itu dengan sempurna.

Amel tak ada di rumah, Ryu ragu ingin pergi ke rumah Hans. Dia takut, Hans malah menghajarnya seperti yang sudah-sudah.
Dia memacu sepeda motornya pelan sekali, melintasi taman-taman kota yang sangat sepi. Bahkan, setan saja tak kelihatan sangking sepinya.

Sampai dia menemukan seorang wanita berjalan sendirian di bawah jembatan Pasopati sambil menyeret tas tangannya. Dia berjalan sambil menunduk, rambut panjangnya terurai ke depan. Setan saja akan lari melihat makhluk seperti itu. Ryu terdiam sebentar, dia memicingkan matanya, melihat sosok itu dengan teliti. 

Lampu jalan yang temaram menjadi latar tempat yang paling pas untuk para setan penggoda bersemayam. Wanita itu mengangkat wajahnya, dia melirik ke arah Ryu dari balik rambutnya yang menutupi wajahnya.

"Ryu?" ucapnya lirih

Ryu terperanjat, hampir saja dia loncat dari motornya saat mendengar namanya di sebut. 

"Kau bahkan lebih menakutkan dari virus yang sedang viral saat ini, Mel. Apa yang kau lakukan di sini?" Ryu mengelus dadanya. 

Amel menyingkirkan rambut dari wajahnya dia memegang spidometer sepeda motor Ryu. Sosoknya yang hanya memakai kemeja lengan panjang dan rok span pendek yang menutupi separuh pahanya itu akhirnya terlihat juga. 

"Ryu, aku ingin bercerai dengan Hans. Aku bosan dengan keangkuhannya. Aku bosan dengan semua bacotnya itu. Aku bosaaaaan mendengar rengekannya!!"

"Kau mabuk? Mulutmu bau sekali."

Amel masih berpegangan pada spidometer, dia memiringkan kepalanya dan mulai meracau. Ryu menariknya dan mendudukkannya di jok motor. 

"Ayo pegangan! Aku antar kamu pulang ke rumah Hans!"

"Jangan, kita ke kosanku aja."

Ryu menghela napas, dia sedikit kesal dengan bau napas Amel, tetapi harus tetap membantu Amel. Wanita itu, sebatang kara di kota besar ini. Dia tak memiliki orang lain untuk diandalkan, selain dirinya sendiri. Ryu masih tak habis pikir, mengapa Amel sampai harus menenggak miras, dia gadis polos yang meminum kola saja bisa kembung beberapa hari.

Proposal Cinta (Revisi)Where stories live. Discover now