Bagian 47

132 59 891
                                    

                                        🌽•🌽•🌽

Sekitar pukul enam pagi, Andira menyipitkan matanya sembari mengusap pelipisnya yang terasa sedikit pusing.

Kejadian semalam benar-benar bukan mimpi padahal ia berharap itu adalah sebuah mimpi nyatanya ia harus menerima fakta pahit jika ia dan Deandra sudah benar-benar berpisah.

Tok... tok... tok

"Dira sayang, udah bangun gak?" Teriak Sinta dari luar untuk memastikan apakah anak gadisnya itu sudah bangun.

"Udah mah." Jawab Andira dengan suara khas bangun tidur.

"Mandi abis tu turun kebawah buat sarapan ya sayang."

"Iya mah."

"Mamah tunggu sayang." 

Dengan malas ia menyingkap selimutnya yang bermotif beruang tersebut, lalu segera bergegas untuk mandi.

Air pagi memang benar-benar sangat segar membuat badan Andira menjadi lebih seger.

Selesai mandi Andira keluar dari kamar mandi sudah lengkap dengan pakaian seragamnya kemudian ia duduk dimeja rias, matanya terlihat membengkak akibat satu malam tadi ia habiskan untuk menangis saja.

"Dir, semangat ya!" Kata Andira menyemangati dirinya.

Andira menuruni satu persatu tangga rumahnya, dibawah sudah terlihat kedua orang tuanya tengah sibuk didapur bukan keduanya, hanya saja mamah ia tengah sibuk menyiapkan sarapan sedangkan papah Andira sibuk membaca koran.

"Selamat pagi sayang, duduk dulu sini nak, kamu mau makan apa?" Tanya Marcel menyambut kedatangan sang anak.

"Pagi juga pah, hari ini aku gak ikut sarapan dulu deh, soalnya takut telat."

"Iyaudah boleh deh, tapi mamah bakal tetap bawaiin kamu bekal ya?" Kata Sinta

"Nggak usah deh mah, nanti kan aku bisa sarapan dikantin."

"Ih gapapa nak, mamah bawaiin banyak biar sekalian ajak Deandra sarapan bareng ya."

Mendengar itu seketika wajah Andira berubah menjadi masam, padahal ia keluar dari kamar dengan perasaan sedikit tenang karena bertekad tidak akan mendengar nama laki-laki itu tapi, nyatanya, huh! Andira malas sekali.

                                         🌽•🌽•🌽

Andira berjalan menyusuri koridor sambil mendengarkan lagu, sepasang earphone terpasang ditelinganya, ia tidak peduli pasang mata para murid yang menatapnya dengan tatapan sinis, entahlah ia tidak tau sebenarnya para murid Taruna Jaya disini memiliki masalah apa dengan ia, sampai-sampai menatapnya dengan tatapan seperti itu.

Saking asiknya mendengar musik Andira sampai tidak menyadari jalan dan berakhir dengan tidak sengaja menabrak seseorang.

Brak~~~

"MATA LO DIMANA BANGSAT?"

Teriakkan keras itu membuat ia sedikit terkejut dengan cepat Andira mematikan musiknya, lalu menatap kearah lawan bicaranya, ternyata ia menabrak Lauren, baguslah ia bertemu disini karna tadinya ia ingin menghampiri gadis itu kekelas.

"ANDIRA? LO SENGAJA NABRAK GUE?" Bentak Lauren dengan nada tinggi.

"Gue gak sengaja!"

"Apa kata lo? gak sengaja? makanya kalo jalan itu pake mata gausah pake dengkul. Sialan juga lo!"

"Siapa yang lo bilang sialan hah? lo ngataiin diri lo sendiri hah?"

"Telinga lo masi aman kan? gue bilang lo, lo yang sialan bukan gue!"

ANDIRA IS MINE [Complete + Proses Revisi]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن