PART 22: RAGA YANG TAK BEBAS

Start from the beginning
                                    

***

Kak Daffa

Kamu di mana?

Kamila

La

Kamila

Kamu di mana?

Masih di kampus?

Angkat telponnya

Kamila! Angkat telponnya

Kamu di mana?

Berikut 12 panggilan video yang tak terjawab. Perempuan muda itu pikir harinya bisa tenang karena tak bertatap muka dengan sang suami dalam beberapa hari ke depan. Namun, Daffa akan menodongnya dengan banyak pesan di whatsApp dan panggilan video, setiap pagi, siang, sore dan malam. Kamila yang merasa risih sering terbangun saat tidur siang dan hari ini dia membiarkan ponselnya dalam mode hening. Saat dia bangun, dia mendesah keras karena kesal. Jawaban apa yang diinginkan Daffa? rutinitas Kamila berjalan normal meski ruang geraknya dibatasi. Selesai agenda di kampus, ya dia langsung pulang ke rumah. Rumah dan kampus, ya itu saja. Meskipun dia ingin bergabung dengan teman-temannya selesai kelas terakhir, dia mengurungkan niat itu karena pak Anwar selalu datang lebih cepat menjemput dirinya.

Daffa menyerahkan tugas mengantar dan menjemput Kamila pada pria itu. Kamila masih punya sopan santun sehingga tak berani kabur saat di depan gerbang kampus sudah ada pak Anwar yang menunggunya.

Kamila menghubungi balik Daffa, pada dering ketiga pria itu pun mengangkatnya.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, kamu dari mana?" Terdengar nada gusar diseberang sana.

"Gak ke mana-mana, Cuma di rumah."

"Tapi kenapa gak balas pesanku? telponku juga kamu abaikan!" Sahut Daffa dengan agak keras.

"Tidur kak, kenapa sih? Aku gak dari mana-mana kok." Kamila merotasikan mata, merasa jengah. Kamila pun mengalihkan panggilan biasa ke panggilan video, tetapi sebelum dia menyentuh ikon itu dia mendengar suara seorang wanita di seberang sana.

"Kalau gitu, aku balik ya Fa. Assalamualaikum." Kata wanita itu pelan. Suara yang pernah Kamila dengar malam itu, suara yang sama.

"Walaikumsalam, hati-hati ya." Kata Daffa.

"Udah ya kak, aku mau mandi. Mau salat asar juga." Panggilan itu pun terputus secara sepihak.

Cewek itu siapa sih? Hm kak Daffa punya cewek? Eh simpanan? Katanya mau ninjau kafe di sana. Tapi malah ketemuan ama cewek, cih!

Kamila melempar asal ponselnya ke ranjang dan bergerak bangkit. Namun, sebelum dia berdiri sempurna ada panggilan yang kembali masuk ke ponselnya. Kali ini bukan datang dari Daffa, tetapi mama. Kamila langsung kembali menggapai ponselnya.

"Halo, assalamualaikum ma."

"Walaikumsalam, kaki kamu gimana La?"

"Alhamdulillah udah sehat kok dari beberapa hari yang lalu."

"Syukurlah. Daffa masih di luar kota kan? Kamu jangan kelayapan kalau suami gak ada di rumah."

"Iya ma." Jawab Kamila lelah. Mama mengalihkan panggilan itu menjadi panggilan video. Mama apa tidak percaya padanya? ya ampun. Kamar yang berantakan semenjak Daffa pergi pun memenuhi layar.

"Oh kamu di kamar." Untuk kesekian kali, Kamila merotasikan matanya lagi.

"Kamila."

"Iya ma?" balas Kamila.

"Kalau teman-teman kamu ngajak keluar malam, kamu gak usah ikutan. Apa-apa tuh lapor ke suami. Biar suami gak cemas, harus selalu izin. Kalau berteman pilih-pilih orangnya jangan sampe kamu mau aja diajak main ke kosan temenmu apalagi bermalam."

"Apa salahnya main ke kosan temen ma? Kami cuma ngerjain tugas kelompok ya mesti bareng-bareng. Kami ngumpul pun bukan buat 'ngumpul kebo'."

"Mulutmu itu! Pokoknya mama gak mau kamu asal masuk dan diajak ke kosan temenmu. Di sana tuh kota besar. Bahaya!" terserah mama mau mengatakan apa, toh dia lebih sering bersua dengan teman-temannya di kafe. Mama tak perlu tahu dirinya yang mungkin beberapa kali menghabiskan waktu di kosan temannya untuk masak bersama atau bermain dan berbincang, karena mama akan mendadak cemas untuk hal yang sebenarnya baik-baik saja.

"Iya ma, iya...." jawab Kamila lelah. Asal mama tahu saja, dia di rumah itu dikurung seperti hewan liar di kebun binatang.

Setelah kejadian Kamila yang kabur, Daffa memanggil tukang esok harinya untuk memasang terali besi pada setiap jendela. Pagar pun dikunci, Kamila tak bebas karena ada pak Anwar yang memantau. Pria itu akan melapor ke Daffa jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

Usai panggilan itu terputus, Kamila mengusap wajahnya kasar. Ternyata mematuhi suami itu tak enak. Entah sampai kapan dia akan bertahan dikeadaan ini.

***

Bersambung


DIDEKAP KALA ITU (TAMAT)Where stories live. Discover now