Ablaze 31 - The Way To Protect Her

Start from the beginning
                                    

"Sshhh! Itu hanya mimpi. Kau aman bersamaku." Lucius memeluknya semakin erat, berupaya untuk menenangkannya.

Alicia tidak mengatakan apa pun lagi. Dan beberapa saat kemudian, setelah lelah menangis dan menemukan ketenangan yang dicarinya, dia pun kembali jatuh tertidur.

***

Alicia terbangun untuk kedua kalinya hari itu dan mendapati dirinya terbaring di ranjang yang empuk. Dia membuka mata dan melamun sebentar, berpikir bahwa sudah lama sekali rasanya dia mendapatkan tidur senyenyak dan senyaman ini. Selama dia menunggu Lucius siuman, dia hanya sempat tidur di sofa, dan kerap terbangun oleh mimpi buruk yang sama.

Kemudian Alicia tersadar sesuatu. "Lucius!" kesiapnya, refleks bangkit dari posisi berbaringnya. Dia mengedarkan pandang, dan matanya berhenti pada jendela. Lucius ada di sana, berdiri kokoh dengan kedua kakinya dan sebelah tangan memegang tiang infus.

Alicia semakin terkejut. Dia sama sekali belum ingat dengan kejadian sebelumnya, termasuk mimpi buruk itu, semuanya seolah melebur ke dalam alam bawah sadarnya.

Alicia turun dari ranjang dan mendekati Lucius. "Apa yang kau lakukan, Lucius?!" serunya khawatir.

Lucius menoleh, lalu mengulurkan tangannya meminta Alicia untuk mendekat.

Dengan jantung yang mulai berdebar lebih kencang, Alicia membiarkan Lucius menariknya dan merengkuhnya dengan sebelah tangan pria itu yang kokoh. Lucius lalu membungkuk, menyandarkan dagunya ke bahu Alicia, lalu menghela napas panjang. "Aku benci berada di ruangan ini lebih lama lagi," keluhnya.

"...." Alicia memilih untuk bungkam, karena Lucius mulai menciumi tulang selangkanya, lalu bibir panas pria itu bergesekan lembut dengan cuping telinganya. Alicia refleks memejamkan mata dan menggigit bibirnya kuat. Terlebih ketika Lucius menggerakkan telapak tangannya mengusap perut Alicia, lalu semakin naik ke atas.

Alicia tahu bahwa dia harus menghentikan ini.

"Lucius!" panggilnya dengan napas yang hampir tercekat.

Lucius menyahut dengan gumaman parau, "Hm?"

"Ba-bagaimana ... bagaimana kau mengangkatku ke atas ranjang saat bahu dan perutmu terluka?"

"Dengan sebelah tanganku yang lain," jawab Lucius singkat.

Alicia mengernyitkan dahi. "Memangnya bisa?" Karena Alicia yakin, bahwa itu sangat mustahil dilakukan.

"Tentu saja bisa." Lucius terkekeh. "Aku tidak selemah itu."

Alicia kemudian tersenyum. Dia menatap ke luar pada salju yang beterbangan di udara. "Tapi tidak cukup kuat untuk menahan diri berada di ruangan ini lebih lama," sahutnya dengan tawa kecil yang renyah.

"Itu lain cerita." Lucius menunduk lagi, memberikan kecupan di tengkuk Alicia. Rambut pendek wanita itu terasa menggelitik hidungnya. Dia pun bertanya-tanya apa alasan Alicia memotong rambut panjangnya yang indah dulu.

"Aku sebenarnya harus mandi, tubuhku terasa lengket seolah habis berkeringat berat. Padahal tidurku tadi sangat nyenyak," kata Alicia, mengurai pelukan mereka lalu berbalik menatap pria itu.

"...." Lucius balas menatapnya dalam, seolah menunggu sesuatu.

Dan itu membuat Alicia canggung. Karena dia tidak tahu apa yang pria ini tunggu.

"Kau tidak ingat kenapa tadi kau terbangun?" tanya Lucius dengan kernyitan heran.

"Hm? Maksudmu?"

"...."

"Aku bangun dengan nyaman. Sebenarnya, itu tidur terbaikku setelah sekian lama!" ungkap Alicia dengan wajah berbinar senang.

Lucius seperti hendak mengatakan sesuatu lagi, tapi mengurungkan niatnya. Setelah diam cukup lama, dia pun berkata, "Nanti setelah kau selesai, bantu aku mengelap tubuhku. Aku juga butuh mandi."

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now