Ablaze 17 - Beautiful View

Start from the beginning
                                    

Lucius menengok ke dalam mobil. "Apa yang kau tunggu? Cepat keluar!"

Alicia lalu membuka pintu. "Apa yang kita lakukan di sini?" dia bertanya.

Lucius menunjuk dengan dagunya ke arah semak-semak belukar di pinggir jalan.

Alicia berkedip, menatap tanpa kata pada tempat yang pria itu tunjuk. Lalu akhirnya dia paham dan matanya sontak terbelalak, pipinya ditutupi semburat merah yang tampak sangat jelas.

"Kau ...!" Alicia kehabisan kata-kata saat menatap Lucius yang hanya membalas tatapannya dengan datar.

"Apa? Kau bilang ingin buang air kecil, bukan? WC umum masih jauh, pergilah ke sana!" tukas pria itu seraya menunjuk ke arah semak-semak sekali lagi.

Alicia menghela napas sembari menunduk, lalu berbalik dan melangkah ke mobil tanpa sepatah kata pun. Tapi tiba-tiba saja Lucius menarik tangannya dan memaksa Alicia untuk mengikuti pria itu.

"Jangan membantah! Kau akan menyulitkanku nanti."

"Aku tidak mau! Bahkan jika aku harus menahannya sampai malam, aku tidak akan buang air kecil di tempat seperti ini! Lepaskan aku!" seru Alicia seraya memberontak.

Lucius membawanya masuk ke dalam hutan belantara itu dan berhenti di bawah sebuah pohon besar. Tanpa melepaskan gandengan tangannya dari Alicia, dia mengambil kayu untuk membersihkan semak-semak dan dedaunan kering sampai yang terlihat hanya tanah basah berwarna cokelat.

"Ah, tidak! Tidak! Aku tidak mau!" Alicia semakin memberontak seperti anak kucing.

"Cepat selesaikan urusanmu! Aku akan menunggu di sana," kata Lucius, sama sekali tidak menggubris ucapan Alicia. "Gunakan ini!" katanya lagi, menyodorkan beberapa lembar tisu.

Cerobong asap sepertinya mengebul di kepala Alicia sekarang karena saking malunya dia dengan seluruh situasi ini. Tapi panggilan alam itu meminta untuk segera dituntaskan. Menahan rasa malunya, Alicia pun mengambil tisu itu dan berbalik, pergi ke tempat yang tadi telah Lucius bersihkan.

Dia menatap ke sekitarnya dan merasa ngeri. Bagaimana kalau ternyata ada orang di sini? Atau hewan?

Bagaimana kalau seekor tupai mengintipnya dari balik daun-daun di pohon itu?

Alicia mengucapkan permisi sebelum menyelesaikan apa yang harus dia selesaikan.

"Lu-Lucius?" panggilnya saat dia tidak mendengar apa pun di belakang.

"Hm," sahut pria itu, suaranya terdengar tidak jauh.

Wajah Alicia jadi semakin memerah. Dia segera merapikan pakaiannya dan berdiri.

"A-aku ... aku sudah selesai," ucapnya terbata.

"Hm. Ayo kembali ke mobil!" sahut Lucius tanpa melirik ke arah Alicia lagi.

Saat dia masuk ke dalam mobil, Alicia merasakan dorongan yang sangat besar untuk menangis karena tidak tahan dengan rasa malu yang ditanggungnya. Dan tanpa sadar dia sudah terisak-isak.

Lucius meliriknya, melajukan mobil. "Katakan, apa lagi sekarang?" tanya pria itu dengan nada datar.

"Lucius bodoh!" rutuk Alicia.

Lucius sontak tertegun mendengarnya. "Apa katamu?"

"K-kau! Bagaimana bisa kau memaksaku melakukan hal semacam itu? Kau sangat ... sangat tidak bermoral!"

Lucius kini kehilangan kata-kata. Dia telah melakukan banyak hal yang sama sekali jauh dari kata bermoral, tapi baru kali ini seseorang melempar fakta itu ke hadapannya dan bahkan mengatainya bodoh karena suatu hal yang sangat sepele.

"Aku membantumu menyelesaikan urusanmu, bagian mana dari itu yang tidak bermoral?" sahut Lucius balik.

Tapi itu sama sekali tidak membuat Alicia merasa lebih baik, itu malah membuatnya menangis lebih kencang sampai membuat Lucius menatapnya panik.

"Bagaimana aku bisa menatapmu sekarang? Aku bahkan tidak punya muka lagi untuk ditampilkan di hadapanmu!" Alicia mengoceh di antara tangisannya.

"Kau berlebihan. Itu adalah hal yang biasa. Semua orang mengalami proses yang sama pada tubuh mereka, bahkan hewan," sahut Lucius.

"Itu dia! Aku bukan hewan atau tumbuhan! Aku manusia berakal! T-tapi ... tapi kau ...."

Setelah itu, Lucius memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun lagi dan hanya membiarkan Alicia menangis sampai wanita itu merasa lega.

Tidak lama kemudian, akhirnya senyap. Lucius menoleh ke samping dan menemukan wanita itu tertidur di tempat duduknya dengan sangat pulas. Matanya tampak sembab, hidungnya memerah, dan bibir ranumnya merekah terbuka. Sinar matahari sore yang berwarna oranye menerpa wajahnya membentuk gradasi keemasan yang cantik di kulit pucatnya.

Lucius mendapati dirinya tersenyum melihat pemandangan itu.

- To Be Continued

Kelakuannya Alicia kadang memang absurd yah! 🥲

Oh, kalo hari ini votes-nya sampai 150, Asia lanjut update nanti malem. 🥰👍

Btw, di bab 29, Lucius jadi buaya darat banget gemesh! 🥲❤


Sudah update di Karyakarsa! 🥰

Thanks for reading~ ❤

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now