Tidak Aman - 30

62 6 0
                                    

Pukul 22.00, Alvin baru bisa merebahkan raganya di kasur empuk yang sudah empat bulan lamanya ia tinggal. Nuansa kamarnya masih tetap sama seperti terakhir kali ia tempati. Farah pasti selalu menjaga kamarnya dengan baik. Meskipun, mau tak mau, sekarang ini Alvin harus merelakan setengah bagian kamarnya untuk ranah bermain game-nya Arsen.

"Masih harus tetap bersyukur. Gimana pun, gue di sini cuma numpang. Segini aja udah cukup buat merem mah," gumam Alvin sembari menatap langit-langit kamarnya.

Sebelum Alvin ketiduran di atas ranjang, ia pun lekas membersihkan dirinya terlebih dahulu. Membuang keringat-keringat yang terasa lengket di badannya.

Setelah Alvin mengganti pakaiannya menjadi piyama, ia tertarik memainkan gawainya yang sudah lama ia simpan di dalam lemari baju. Empat bulan tidak memegang gawai, rasanya Alvin rindu. Apalagi, dengan game yang terpasang di gawainya.

"Vin, lo pernah coba saran gue?"

"Saran lo yang mana, Ghan?"

"Searching nama bokap lo di gugel."

"Ada-ada aja, lo."

"Ih, gue serius. Gue pernah coba searching lho, bokap lo pengusaha. Lo coba aja cari sendiri."

Namun, sebelum Alvin memencet ikon game yang akan ia mainkan, percakapannya dengan Ghani kala itu, setelah mereka akur, terngiang. Ia pikir, tidak ada salahnya jika ia mencoba. Barang kali ia bisa mengetahui sosok ayah yang enggan mamah tunjukkan kepadanya selama ini.

Maaf, Mah. Alvin mau mencari tahunya. Alvin benar-benar penasaran dengan sosok ayah.

Googling : Denian Farel Dinata

Denian Farel Dinata merupakan pewaris tunggal keluarga Dinata. Setelah Surya Dinata pensiun di usianya yang ke-50 tahun, Denian-lah yang memegang PT. Surya Dinata. Seperti kita ketahui, produk-produknya, mulai dari tepung dan bumbu-bumbu instan sangat digemari oleh masyarakat.

"PT. Surya Dinata? Ah, produknya kalau gak salah, 'Tepungku' terus 'si Bumbu'," ujar Alvin mengingat produk-produk yang sering ia jumpai di toko grosir, kalau sedang kebagian jadwal belanja keperluan pesantren.

Alvin pun memencet bagian gambar. Bagian paling mendebarkan di dalam hidupnya, setelah 15 tahun, ia akan tahu bagaimana sosoknya.

Foto pertama yang ia lihat, adalah sosok ayahnya yang terlihat berkharisma selaku pemegang perusahaan. Rambut ikal Alvin, ternyata turunan dari ayahnya. Selain itu, tubuh ayahnya cukup berisi, tapi tidak gemuk. Kulitnya sawo matang, alisnya tidak terlalu tipis dan tebal, seperti halnya Alvin. Hidung Alvin pun mirip dengan ayahnya yang agak mancung.

"Banyak kesamaan di antara gue sama ayah," gumam Alvin bahagia karena bisa memandangi wajah ayahnya yang belum pernah ia lihat.

Kemudian, Alvin beralih ke foto yang lain. Foto yang kedua itu adalah foto ayahnya bersama dengan seorang perempuan. Mungkin, itu istrinya. Kekasih ayahnya sejak SMA dan sempat menjadi madu Farah.

"Perempuan ini ternyata," gerutu Alvin agak kesal melihatnya.

Dari gambar tersebut, ia menemukan akun Instagram istri dari ayahnya tersebut. Karena rasa penasarannya belum habis, ia pun mencari tahu lebih banyak lewat akun instagram. Ia ingin mengetahui, siapa saja yang menjadi saudara sebapaknya. 15 tahun berlalu, Alvin pasti memiliki adik dari pernikahan ayahnya dengan perempuan itu.

@vna.dinata_

Akun Instagram perempuan tersebut terlihat di layar ponselnya. Foto profilnya  adalah gambarnya bersama ayahnya di sebuah cafe. Terlihat jelas sekali, perempuan itu sangat bucin kepada ayahnya. Postingan-postingannya pun tak berbeda jauh, perempuan itu selalu nempel dengan ayahnya.

Saat Alvin melihat-lihat foto yang terposting di akun instagram tersebut, Alvin pun menemukan sebuah foto keluarga. Ada ayahnya, perempuan itu, dan tiga anak laki-laki. Ada yang seumuran dengan Arsen dan Naya, dan ...

Deg!

Jantung Alvin semakin berdebar saat ini. Matanya membulat sempurna. Ia terperengah sampai bibirnya menganga lebar. Tepat setelah ia melihat sosok laki-laki yang tak asing lagi di matanya.

"I-ini ... bukannya Bryan?"

Alvin mengusap wajahnya, napasnya terembus dengan berat. Lalu, diusapnya rambut ikal miliknya. Rambut ikal, yang tak dapat disangkal, serupa dengan ketiga saudara sebapaknya.

"Aliya ...," lirihnya.

...

Bismillahir-rahmaanir-rahiim

Dari Alvin,
Untuk Aliya.

Aliya Syakira, satu kerudung cantik yang akan menjuntai panjang menutupi auratmu, telah sampai di tanganmu. Ibu yang jualnya bilang, warna itu cocok dipakai anak muda sekarang. Aku harap, kamu suka, ya.

Aliya Syakira, apa kabar? Aku harap, kamu baik-baik saja.
Tapi, perlu kamu ketahui, Al. Di sini, aku tidak baik-baik saja.

Aliya Syakira, ada apa gerangan?
Apa salah temanmu ini sampai kamu terlihat menjauh dan marah padaku?

Aliya Syakira, jika aku ada salah, mohon dimaafkan, ya. Lebih bagus lagi, jika kesalahanku disampaikan saja, agar aku bisa introspeksi diri.

Aliya Syakira, maaf aku tidak bisa merangkai kata yang indah. Tapi, jujur saja, sepenuh hati aku ingin pertemanan kita baik-baik saja.

"Apa ini?" tanya Ustazah Rara yang baru saja melakukan penggeledahan dadakan di asrama putri.

Sementara itu, di tengah santriwati yang sedang asik mengobrol di masjid, Aliya justru sedang asik menghapal ayat-ayat Al-Qur'an, sembari menunggu kegiatan penggeledahan dadakan selesai. Namun, tiba-tiba saja hatinya terasa tidak enak. Ia pun mencoba memikirkan kembali, apa yang sudah ia lupakan.

"Astagfirullah," ucap Aliya setelah mengingat, kalau surat dari Alvin belum ia sobek dan buang ke tempat sampah.

Setelah Aliya membaca surat itu tadi siang, Teh Anis dan Teh Hasna tiba-tiba datang ke kamar. Sehingga, Aliya pun buru-buru menyimpannya di bawah bantal. Namun sialnya, setelah beres kegiatan eskul, Aliya tidak ingat telah menyimpannya di sana.

"Nitip, ya!" Aliya langsung menitipkan Al-Qur'annya kepada Rahma yang ada di di sampingnya.

"Mau ke mana, Al?" tanya Rahma heran, karena nada bicara Aliya terdengar panik.

"Nitip pokoknya," balas Aliya.

"Aliya kenapa?" tanya Sabila yang sama herannya.

Aliya tidak menggubris, ia langsung keluar masjid dengan terburu-buru. Ia berniat untuk pergi ke lingkungan asrama putri. Meskipun, ia sendiri tidak yakin, kalau surat itu masih tersimpan di bawah bantal.

Perasaan Aliya tidak enak.

Setibanya di sana, raut wajah Ustazah Rara yang galak langsung menyambut kedatangan Aliya. Jika sudah begitu, sudah dapat dipastikan, posisi Aliya sekarang tidaklah aman!

***

Bukan Pesantren Biasa✓Where stories live. Discover now