Ablaze 10 - First Moment

Start from the beginning
                                    

Seringai penuh kemenangan terbit di bibir Alarick. "Hanya untuk berjaga-jaga, bawa Alexander Gregory ke hadapanku. Aku yakin dia bukan hanya sekadar pengusaha biasa, pria itu pasti berhubungan langsung dengan keluarga Denovan."

Mendengar perintah tuannya, sang anak buah langsung mengangguk patuh. "Kami akan membawanya segera ke hadapan Anda, Tuan!"

"Kali ini, jangan sampai gagal!"

***

Alicia terbangun di sebuah kamar yang lagi-lagi terasa asing baginya. Dia mengerjapkan mata saat merasakan wajahnya memanas; perasaan seperti ditatap oleh seseorang dengan begitu intens. Mata Alicia pun terbuka lebar, menemukan Lucius berdiri tidak jauh darinya, bersandar di dinding dengan tangan terlipat di dada, dengan mata merahnya yang tertuju ke arah Alicia. Kali ini, rambut panjang pria itu diikat ke belakang, mengurangi kesan urakan dari penampilannya sebelumnya.

Setelah beberapa detik tatapan mereka bertemu, Alicia menyadari bahwa dia tidak sedang berada di kamarnya, melainkan kamar Lucius.

Pantas saja!

"K-kau tahu, menatap orang tertidur secara diam-diam seperti itu sangat ... sangat tidak sopan!" ucap Alicia dengan gugup, sembari beringsut bangun dan menahan selimut di dadanya. Wajahnya memerah padam dan baru pertama kali dia mengalihkan pandangnya, tidak berani menatap pria itu karena merasa terlalu malu.

"Kau berbicara tentang kesopanan saat kau sendiri tidur di ranjang seorang pria asing tanpa sepengetahuannya."

"...!" Alicia menggigit bibirnya kuat, berharap dia bisa menghilang saat itu juga dari rasa malu yang dirasakannya.

Apa tadi dia menampilkan ekspresi aneh saat tertidur? Oh, bagaimana penampilannya? Dan bagaimana dia bisa berada di kamar ini dan tidur begitu saja, bahkan sangat mudah tanpa menyadari di ranjang siapa dia berbaring?

"A-aku tidak sengaja," kata Alicia.

Mata Lucius menyipit curiga. "Tidak sengaja?" ulangnya.

Alicia mengangguk. "Ini bawaan hamil," dia mencoba menjelaskan. "Aku dengan mudah merasa lelah atau mengantuk dan bisa tidur dengan mudah di mana pun aku berbaring. Maafkan aku."

"...."

Keterdiaman Lucius terasa semakin mencekam. Alicia mencuri pandang ke arahnya, hanya untuk mendapati bahwa pria itu masih menatapnya dengan tajam.

Kenapa dia jadi segugup ini? Perutnya juga mendadak jadi sakit seperti dijungkirbalikkan.

"...!" Alicia tertegun. Dia menepis selimut dan menatap perutnya yang bergerak-gerak.

Awalnya terasa tidak nyata, itu membuatnya mengangkat sweater yang ia kenakan untuk menatap perutnya sendiri dan melihat langsung bahwa di dalam sana, bayinya bergerak-gerak.

Keterkejutan dan perasaan haru itu menjadi satu membuat mata Alicia berkaca-kaca. Dia mendongak, menatap Lucius yang sepertinya juga tampak terkejut dengan apa yang Alicia tunjukkan di hadapannya.

"Sepertinya dia mengenalimu," kata Alicia, yang berdiri dari posisinya lalu berhambur untuk memeluk Lucius, melingkarkan tangannya di leher pria itu.

Lucius tidak sempat merespon saat Alicia mulai terisak. Perutnya menekan perut Lucius yang keras, dan saat itulah Lucius merasakan sesuatu yang bergerak di sana, mengejutkannya lagi sekaligus menyadarkannya. Dia mendorong Alicia.

"Akh—!"

Alicia terhuyung ke belakang dan hampir terbentur ke lantai, namun Lucius kembali menariknya.

Keduanya sama-sama tertegun, terutama Lucius sendiri. Dia yang mendorong Alicia, dia juga yang menangkapnya dengan refleks. Tapi tampaknya, Lucius sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan. Setelah tersedar, dengan cepat dia melepaskan Alicia seolah merasa jijik. Kemudian melangkah pergi tanpa mengatakan apa pun lagi.

"Lu-Lucius ...!" panggil Alicia, masih bingung akan apa yang baru saja terjadi.

Pintu kayu tua itu telah tertutup rapat, keheningan menyelimuti ruangan. Rasa dari pelukan dan perasaan bahagia sebelumnya masih tertinggal, tapi nyaris terasa seperti mimpi.

Cahaya matahari yang menembus masuk melalui jendela perlahan meredup, ditutup oleh awan kelabu. Alicia berpikir, sembari melamun; mungkinkah Lucius masih mencintainya? Seperti yang dulu pria itu katakan dalam bisikan-bisikan mesra pada momen yang mereka bagi bersama?

Alicia merindukannya. Amat sangat merindukannya.

Dan sepertinya bukan hanya dirinya seorang yang merasa demikian. Anak mereka pun merasakannya.

Tapi untuk saat ini, begini pun sudah cukup bagi Alicia; melihat Lucius bernapas dan berbicara padanya.

Alicia tersenyum, lalu menyusul Lucius keluar.

***

Lucius salting hihi 🤭

Bab 14 juga sudah update di Karyakarsa. 🥰

Dan oh, bagi yang belum tahu, ada ABLAZE Hidden Chapter lho yang cuma ada di Karyakarsa, bagi yang penasaran bisa ke sana ya, cari aja @asiajuly

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan oh, bagi yang belum tahu, ada ABLAZE Hidden Chapter lho yang cuma ada di Karyakarsa, bagi yang penasaran bisa ke sana ya, cari aja @asiajuly. 😘


Thanks for reading~ ❤

LIVING WITH THE DEVILWhere stories live. Discover now