CHAPTER 36 - By Your Side

Magsimula sa umpisa
                                    

"Oh maafkan aku Brenda, sungguh kau tidak perlu keluar." ujarku berusaha menahan tawaku, tapi sungguh aku jadi merasa bersalah padanya.

"Ya, kau lebih baik keluar, Bren." tukas Brad. Brenda membelalakan kedua matanya dan detik itu juga aku mencubit perut Brad dan kontan ia mengaduh kesakitan.

"Tidak, tidak Bren, jangan dengarkan Brad. Tetaplah disini." pintaku.

"Aku masih ada pekerjaan, Summer, jadi kurasa aku harus pergi sekarang. Lagipula aku tidak tahan berlama-lama dengan bocah itu." ujar Brenda seraya melirik ke arah Brad, lantas ia bangkit dari kursinya dan menaruh tasnya di pundak kirinya.

"Oh baiklah kalau begitu." ujarku. Aku tidak bisa berbuat banyak untuk menahan Brenda agar tetap disini jika memang ia sedang ada pekerjaan. Walaupun aku sangat berharap agar Brenda tetap disini, karena aku sangat ingin berbincang banyak dengannya mengingat kami jarang sekali bertemu.

Brenda memelukku dengan singkat lalu beralih ke Brad dan mengacak rambutnya dengan kasar. Brad menepis tangan Brenda dengan gerakan cepat dan berdecak kesal.

"Jaga dirimu baik-baik, pecundang." ujar Brenda pada Brad.

"Tentu." balas Brad singkat. Sungguh sikap dua kakak beradik ini membuatku geli.

"Dan, Summer terima kasih sudah menjaga pecundang ini dengan baik." aku mengangguk sebagai respon, "Well, aku pergi dulu, daah." Brenda memutar tumitnya, dan berjalan menuju pintu.

"Bren." Brad memanggil Brenda sesaat setelah tangan Brenda berhasil meraih knop pintu. Dengan begitu Brenda memutar tubuhnya, mengurungkan niatnya untuk menarik pintu. "Terima kasih." kata itu terlontar dari mulut Brad. Dalam hati aku terkesima dan tidak percaya. Seorang Brad, adik yang sangat besar ego setiap kali berhadapan dengan Brenda, baru saja melontarkan kata terima kasih pada saudara perempuannya sendiri.

"Ya, whatever Brad." balas Brenda tidak tertarik, dengan begitu ia menarik knop pintu dan keluar dari bangsal Brad.

"Asshole." gerutu Brad, "Kau lihat?! Aku sudah berusaha bersikap baik padanya, dan kau lihat balasannya?"

"Lain kali kalau kau ingin mengucapkan terima kasih harus benar-benar dari dalam hatimu paling dalam." ujarku.

"Oh apa peduliku." tukasnya.

Aku terkekeh geli. Sejenak, pikiranku kembali dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dengan jelas mengenai apa yang terjadi pada Brad. Maksudku, Brad mengatakan bahwa ia hanya mengalami kecelakaan ringan, tetapi dokter tadi mengatakan bahwa Brad harus segera mengatur pertemuan dengan Dr. Herrin. Siapa itu Dr. Herrin? Kenapa Brad harus menemui Dr. Herrin?

Apakah Brad mengalami cidera yang cukup parah? Maksudku—cidera yang tidak terlihat oleh penglihatan secara langsung. Oleh karena itu Brad harus menemui dokter lain? Tidak, tidak. Aku tidak boleh berspekulasi terlebih dahulu.

"Summer." suara Brad membuyarkan lamunanku.

"Ada apa?" jawabku.

"Bagaimana wawancaramu?" tiba-tiba ia menanyakan perihal itu. Sejenak aku kembali bergulat dengan isi kepalaku. Bukan mengenai Brad, tetapi wawancara yang terpaksa aku tinggalkan tadi. Aku tidak boleh menggerutu dan menyesalinnya berlarut-larut. Magang ini memang impianku tapi semua yang kulakukan saat ini semata-mata demi kondisi Brad. Magangku tidak berarti apa-apa jika tidak ada Brad disampingku. "Summer?" Brad kembali membuyarkan lamunanku.

"Uh—ya um—aku tidak jadi mengikuti wawancaranya." astaga, kenapa aku menjadi terbata-bata?

"Apa?" suaranya mendadak meninggi.

Just You (Bradley Simpson)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon