61.

5.6K 457 31
                                    

"Reytina."

Tubuh Reytina menegang sempurna, saat sebuah suara yang sangat familiar untuknya—memanggil namanya dari arah belakang. Reytina pun membalikan tubuhnya perlahan, merutuki dalam hati kehadiran lelaki itu disaat yang tidak tepat.

"Arka." Cicit Reytina pelan.

"Lo ngapain disini? Dan lo—," Ucapan Arka terhenti, saat matanya menangkap keberadaan sebuah pistol yang menyembul di balik saku celana hitam yang tengah Reytina gunakan.

"Reytina, apakah lo yang menembak seluruh pengawal yang tengah berjaga di sekitaran markas ini?" Tanya Arka kembali, dengan tatapan tidak percaya. Walaupun Arka telah mengetahui sejak awal bahwa Reytina adalah bagian dari sebuah geng—tapi baru kali ini Arka menyaksikan secara langsung, bagaimana sangar dan brutalnya gadis itu dalam melumpuhkan lawannya.

"Itu semua gak benar, Arka. Gue—gue datang kesini, hanya ingin memastikan bahwa lelaki ini tidak akan bisa kabur dari ruangan ini." Ucap Reytina dengan sedikit terbata. Ia tidak tau harus menjawab apa untuk menutupi kebohongannya, disaat Arka telah melihat pistol didalam saku celananya. Kehadiran Arka terlalu cepat, dan terbilang mendadak.

"Jika bukan lo pelakunya, lalu siapa lagi yang melumpuhkan semua pengawal itu, Reytina? Pistol di saku celana lo sudah cukup untuk menjawab semuanya." Ucap Arka, dengan tatapan penuh intimidasi. Arka memang diperintahkan oleh Bara, untuk berjaga di markas Xarvanos malam ini. Berjaga-jaga apabila, orang yang menyuruh Evan akan datang dan membebaskan lelaki itu.

Bibir Reytina terkatup rapat. Ia kini sudah kalah telak—mengelak pun rasanya tidak akan ada gunanya. Karena semakin ia mencoba untuk mengelak, maka kebohongannya akan semakin tercium. Dan itu hanya akan semakin membuatnya tidak berdaya.

"Katakan saja yang sejujurnya Reytina, gue gak akan marah. Lelaki itu adalah bagian dari Delvago, sama seperti lo kan?" Tanya Arka sambil menunjuk kearah Evan.

Pertanyaan yang kembali keluar bibir Arka, mampu membuat Reytina semakin bungkam. Selama itu tidak ada seorang pun, kecuali kedua sahabat dan keluarganya—yang mengetahui bahwa dirinya pernah bergabung ke dalam perkumpulan sebuah geng motor besar pada masanya.

Lalu kenapa Arka bisa mengetahui identitasnya di masa lalu?

Reytina terkekeh pelan menanggapi pertanyaan Arka. Mencoba untuk tenang, dan terlihat biasa saja. "Ngaco lo, mana mungkin gue adalah anggota dari sebuah geng. Lagian Delvago? Gue gak pernah tuh, denger nama geng seperti itu."

"Tapi lelaki itu, memiliki sebuah tatto yang sama seperti tatto yang ada di punggung lo." Ucap Arka yang mencoba memancing kembali kejujuran Reytina.

Arka tau bahwa tidak sembarang orang—anggota Delvago yang bisa memiliki tatto seperti yang ada di punggung Evan dan juga Reytina. Tatto yang bertulisan Delvago dibagian atasnya, dengan dihiasi lambang singa yang mengaum—semakin mempertegaskan kekuasaan geng tersebut, sebagai raja dalam menaklukan apapun disekitar mereka.

Orang yang bisa memiliki tatto tersebut, hanyalah orang yang terpilih menjadi anggota inti serta orang kepercayaan dari Delvago. Reytina dan Evan menjadi salah satu dari bagian tersebut.

"Calm down, Reytina. Gue udah mengetahui identitas lo sejak lama, dan lo gak perlu khawatir—karena gue gak akan mengatakan kepada siapapun tentang identitas lo yang sebenarnya."

"Jadi gue mohon lo jujur kali ini. Apakah lo terlibat dengan pemanahan yang terjadi malam ini?" Tanya Arka curiga. Walaupun Reytina tidak terbukti bersalah dalam kasus kecelakaan Bara—namun apapun bisa terjadi mengingat gadis itu adalah bagian dari Delvago.

"Sebaiknya kita bicarakan masalah ini diluar saja, Arka." Ucap Reytina, sambil melirik kearah Evan.

Reytina harus terus waspada pada lelaki itu—jangan sampai nantinya Evan memanfaatkan keadaan untuk mengambil beberapa informasi darinya tentang Xarvanos.

ALBARA [ON GOING]Where stories live. Discover now