49.

7.7K 528 49
                                    

Happy Reading😊

*****

Kaki jenjang gadis itu membawa dirinya kearah dimana letak ruangan osis berada. Hari ini SMA Angkasa akan diisi dengan jam kosong mengingat besok, perlombaan tahunan yang sangat rutin dilaksanakan setiap tahunnya resmi dibuka.

Reytina selaku ketua osis dan panitia didalam perlombaan tersebut harus mempersiapkan segala keperluan perlombaan dengan sangat baik, agar tidak ada kendala saat dipertengahan acara nantinya. Mengingat akan ada banyak sekali sekolah yang berdatangan ke SMA Angkasa.

Reytina duduk dibangku miliknya, terlihat sudah banyak sekali laporan diatas mejanya yang harus ia periksa dan tanda tangani hari ini juga. Reytina melepaskan ransel hitam miliknya, lalu mulai memeriksa setumpuk laporan itu satu-persatu. Sebelum nantinya akan disetorkan kepada Pak Herman.

Setelah beberapa menit berkutat dengan setumpuk laporan didepannya, Reytina menyenderkan tubuhnya pada senderan bangku yang ia duduki. Melepas jaket kulit hitam miliknya, dan menyisakan kaos osis yang ia pakai.

Reytina membuka ponselnya, memberi kabar pada kedua sahabatnya untuk tidak menunggunya dijam istirahat nanti. Karena masih banyak pekerjaan yang harus ia lakukan, setelah nanti selesai menyetorkan setumpuk laporan itu kepada Pak Herman. Bibirnya tertarik keatas saat matanya terpaku pada foto di lookscreen ponselnya, dimana memperlihatkan foto candit Bara yang dirinya ambil secara diam-diam saat dikedai ice cream beberapa waktu yang lalu. Foto itu menjadi salah satu kenangan manis yang ia punya.

Reytina mengetuk-ngetukan tangannya diatas meja saat kegundahan dan rasa takut menghampiri hatinya. Rasa takut akan usahanya selama sebulan ini gagal, mengingat sikap benci dan dingin dari lelaki itu semakin hari semakin meningkat kepadanya.

Reytina menghela nafas panjang sambil mengucapkan "Never give up, I can do it."
Sebelum akhirnya bangkit dan membereskan beberapa laporan yang hari ini akan ia setorkan kepada Pak Herman.

Ditengah perjalanan menuju kelasnya setelah kembali dari ruangan Pak Herman, dirinya berpapasan dengan seorang lelaki yang entah mengapa hari ini ketampanannya bertambah berkali-kali lipat saat memakai kaos basket SMA Angkasa dengan tas olahraga yang tersampir dibahu kirinya.

Reytina dengan senyum manisnya berjalan berbalik arah menghampiri lelaki itu. "Hai, lo mau latihan?" Tanya Reytina. Karena yang ia ketahui Bara dan kedua sahabatnya selama sebulan ini rutin melakukan latihan untuk pertandingan basket yang tepat adakan diadakan besok.

"Gak usah basa-basi, gue muak." Ucap Albara yang kini sudah menghentikan langkahnya dan menatap dingin kearah gadis itu.

"Kenapa—kenapa lo selalu menghindar dari gue?" Tanya Reytina sambil meraih tangan Bara dan menggenggamnya dengan sangat erat.

Bara yang mendengar itu segera mengalihkan pandangannya. Entah mengapa setiap menatap gadis itu jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, ada sesuatu didalam dirinya yang bangkit setiap berada didekat Reytina. Mengatakan bahwa gadis itu tidak pernah berbohong kepadanya.

Bara bukanlah orang yang bodoh, selama ini ia juga berusaha untuk mencari kebenaran yang sebenarnya. Ia sudah mengumpulkan beberapa bukti, tetapi lagi-lagi bukti yang sudah ia dapatkan belum sepenuhnya dapat mengungkap segalanya.

"Jika lo hanya ingin mengatakan hal itu, gue pergi." Ucap Albara yang kini sudah melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Tapi baru dua langkah, Bara seakan ingat dengan sesuatu. Ia berbalik dan berjalan kembali mendekat kearah Reytina. Membuka tas olahraganya dan mengeluarkan sebuah totebag berwarna hitam dari dalam tas tersebut.

ALBARA [ON GOING]Where stories live. Discover now