57.

7.2K 592 148
                                    


"Aku mencintaimu."

Deg.

Tubuh Bara menegang sempurna dengan detak jantung yang berpacu dua kali lipat lebih cepat. Tidak—tidak mungkin Alexa tidak mungkin mencintainya. Jika pun benar, ia tidak pernah sekalipun menyangka bahwa perempuan itu akan mencintainya.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Alexa hanya tersenyum tipis didalam pelukan Bara—merasakan tubuh lelaki itu yang menegang karena pengakuan dari perasaannya yang berhasil ia ungkapkan. "Maaf, aku tau perasaan cintaku untukmu itu salah dan tidak seharusnya ada. Tapi itu lah kenyataannya, aku mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu. Aku selalu merasa nyaman berada didekapan mu, dan selalu merasa aman saat berada disisimu."

"Aku tidak berharap kau membalas perasaan cintaku—aku tau aku adalah perempuan kotor yang tidak pantas bersama dengan lelaki baik sepertimu Bara. Seharusnya aku sadar san cukup tau diri, seharusnya aku tidak hadir di kehidupanmu. Maka semuanya akan baik-baik saja, dan tidak ada yang akan tersakiti."

"Maaf—maafkan aku." Ucap Alexa dengan wajah yang mulai memanas dan bibir yang bergetar. Ia segera melepaskan pelukan Bara ditubuhnya dan menundukan kepalanya.

"Alexa, what are you saying? You are not a dirty girl and you deserve a good man."

"Everyone says I'm a dirty girl, so don't comfort me for that Bara!"

"Berhenti mempedulikan apa yang orang katakan! Gue gak pernah menyesal bertemu dengan lo, dan berhenti menyalahkan diri lo atas apa yang telah terjadi!" Ucap Albara dengan kedua tangan yang terulur untuk memegang bahu Alexa. Meyakinkan perempuan itu bahwa apa yang telah terjadi dengan Reytina kemarin bukanlah kesalahannya. Dirinya lah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Reytina, bukan Alexa.

Bara mengacak rambutnya frustasi. Bingung. Itulah yang mengambarkan perasaannya saat ini. Disatu sisi perasaan nyaman timbul disaat bersama dengan Alexa. Namun di sisi lain—saat dirinya ingin mencoba membuka hati untuk seseorang, ia selalu merasakan seperti adanya benteng yang sangat kokoh membatasi perasaannya.

Lalu sekarang, apa yang harus ia lakukan? Ia tidak ingin Alexa merasa sedih—dan menanggap bahwa dirinya adalah perempuan kotor yang tidak pantas untuk dimiliki oleh siapapun.

Tapi ia juga tidak ingin memberikan harapan palsu kepada Alexa.

Reytina, hanya nama gadis itu yang akan selalu memenuhi pikiran dan hatinya. Ia tidak ingin membohongi dirinya lagi—ia sangat mengharapkan Reytina dan menginginkan gadis itu.

"Kak Al!" Teriak Alea berlari menghampiri Bara yang masih dilanda oleh rasa bimbang.

"Baju Lea basah kena air—Lea mau pulang." Ucap Alea sambil menunjukan bagian depan dress nya yang basah akibat terkena cipratan air saat ingin menyalakan kran di kamar mandi.

Bara menatap kearah Alexa sejenak, seolah meminta persetujuan dari perempuan itu.

Alexa mengerjapkan matanya berulang kali, sebelum akhirnya menganggukan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"It's oke. Kamu bisa bawa Lea pulang—lagian gadis itu terlihat tidak nyaman berada disini."

"Gue akan segera kembali. Jangan pernah melakukan apapun yang bisa menyakiti diri lo sendiri." Peringat Albara.

"Kamu gak usah khawatir, waktu itu pikiranku terlalu buntu hingga ingin melenyapkan nyawaku sendiri dan nyawa bayi yang tidak berdosa ini."

Bara melangkahkan kakinya mendekat kearah Alexa dan mengecup puncak kepala perempuan itu. "Maafkan sikap Lea."

"Aku mengerti." Ucap Alexa.

Setelah mendengar jawaban dari Alexa, baru lah Bara mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat inap tersebut—dengan Lea yang berada digandengannya. Tapi baru selangkah, suara Alexa mengistrupsinya dan langkahnya pun otomatis terhenti.

ALBARA [ON GOING]Where stories live. Discover now