"Modelan bidadari gini lo katain pelacur?!" Mata lo di dengkul, ya?!"

Ezra tertawa remeh, lalu mengangkat satu alisnya. "Mana ada bidadari mukanya burik kayak cabe-cabean di pangkalan tiga,"

Wajah Ayyara semakin memerah, ia mengeram marah. "Bacoooot cowok lemes!!"
Ia meniup kencang wajah Ezra, lalu satu tangannya turun ke leher untuk mencengkram nya.

Tangan kiri Ayyara mencengkram rambut Ezra, sedangkan tangan kanannya mencengkram separuh leher Ezra dengan jari kukunya yang panjang.

Ezra meringis merasakan ada yang menanjap di daerah lehernya. "Lo pilih mana? Mau gue karetin mulut lo atau gue ancurin pita suara lo?" Gertak Ayyara sembari menekan kuat jari kukunya di leher Ezra.

Ezra yang tadinya melihat ke bawah, seketika langsung menatap bola mata Ayyara yang jaraknya hanya beberapa cm darinya.

"Karetin aja.. tapi pake bibir lo," Ezra tersenyum kecil lalu sedetik kemudian tanpa aba-aba Ayyara mendorong lalu menendang perut Ezra dengan keras hingga tersungkur ke bawah.

"Najis!"

Ayyara bergidik ngeri, lalu dengan ekspresi jijiknya Ayyara masuk begitu saja ke dalam kelas meninggalkan Ezra yang terduduk dilantai memegangi perutnya.

________

"Anak-anak! dikarenakan bapak ada urusan mendadak, kalian boleh olahraga bebas, terserah mau apa, sampai jam pelajaran bapak selesai."

"Baik pak,"

"Oke, sekian. Selamat pagi,"

"Pagi pak!" Ucap mereka serempak.

Kasyapi menepuk pelan bahu Ayyara yang berada di depannya. "Kil," Ayyara menoleh, lalu membalasnya dengan deheman.

"Main basket, yuk," Ucap Kasyapi sembari menunjukkan bola basket yang berada di salah satu tangannya.

Ayyara menatap malas bola basketnya, "ga dulu, deh. Gue mager." Ucap Ayyara lesu dengan memelaskan wajahnya.

Kasyapi memegang telapak tangan Ayyara dengan wajah memohon. "Ayo, lah... Sekali aja. Please!" Kasyapi menunjukkan puppy eyes andalannya.

Ayyara mendengus, "ya udah ayo,"

"Yes!"

Ayyara membenarkan kuncirannya. Dirinya menguncir rambutnya disaat-saat tertentu saja seperti saat olahraga atau pun disaat kegerahan. Rambut yang dulunya pendek sekarang sudah mulai memanjang. "Tapi gue ga jago main basket,"

"Gapapa santai aja, nanti gue ajarin." Katanya sambil menarik Ayyara ke tengah lapangan.

Saat sudah sampai di tengah lapangan, "gini caranya dribble," Kasyapi mendribble bolanya di hadapan Ayyara.

Ayyara menatap Kasyapi malas, "gue bilang gue ga jago main basket, bukannya ga bisa main basket."

Kasyapi terdiam sebentar, lalu menatap Ayyara dengan cengiran polosnya, "eh iya-ya, maaf."

Ayyara mendengus lelah, lalu tangannya mengambil bola basket dari tangan Kasyapi kemudian mendribble nya.

"Satu lawan satu nih?" Kasyapi mengangguk sembari menatap bola basket yang dimainkan Ayyara.

Ayyara menatap Kasyapi sebentar, lalu kembali menatap bola basket. "Ga seru kalo ga ada hadiahnya,"

"Satu permintaan,"

Butterfly EffectWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu