25. Pandu berulah

Start from the beginning
                                    

Satu tamparan dari Aleta mendarat di pipi Thania membuat ciuman Thania dan Daru begitu saja. "Hei, bitch!"

Sapaan itu mampu membuat bulu kuduk Thania merinding seketika.

"Lo pengganggu, pelacur! Lo mau jadi orang ketiga di hubungan Aleta sama Daru, iya?" Pertanyaan dari Alvaro mampu membuat atensi orang-orang yang disini menatap Thania hina.

"Kalian tahu? Dia, Thania Varasya Cecilia adalah salah satu jalang di Arasya'Club!" teriak Alvaro.

Abian dan Alana ternyata sudah sampai, mereka dengan cepat mengambil Thania yang hendak menampar Alvaro. "Lo jangan coba-coba lari, bitch!" bisik Abian.

Pandu ada disana, masing ingat? Dia adalah ketua geng Star Light, rival terbesar Sea Lingga. Dengan seringai dibibirnya, ia mengarahkan tembakan itu tepat di jantung Alvaro. "Bajingan lo, Alvaro. Lo udah permaluin sepupu gue, di depan banyak orang. Lo juga udah siksa dia..."

"Dan lo udah ngehasut temen lo buat benci Thania, padahal Thania itu sepupunya,"

"Ini buat lo karena udah buat sepupu gue malu. Dan untuk Aleta, gue bisa ambil kehormatan dia nanti, terus gue bunuh Aleta. Abis itu, Sea Lingga bakal bubar. Binggo!"

Ginjar sempat melihat keberadaan Pandu sekilas, saat mendengar suara tembakan, ia dengan cepat menendang Alvaro sampai Alvaro jatuh, sehingga peluru tembakan itu mengenai perut Ginjar.

DORR!!

"Ginjar!"

Semuanya terpekik histeris ketika melihat tubuh Ginjar dipenuhi oleh darah. Alana dan Abian sudah membawa Thania pergi dari sini.

DORR!!

Tembakan kedua sudah Pandu berikan khusus untuk Alvaro, ia tersenyum miring.

"Ginjar, lo kenapa si-argh!" Pandu menembak perut Alvaro, ia melirik sinis.

"Alva!"

"Neng, tenang, ya? Kita udah telpon ambulance, sebentar lagi dateng." Salah satu ibu-ibu itu menenangkan Aleta yang menangis, ia membawa kepala Ginjar dan Alvaro dipangkuannya.

"Bertahan demi gue, ya? Bentar lagi ambulance nya dateng," lirih Aleta.

"Sakit, Ta..."

"Ale... sakit..."

Isakkan tangis Aleta semakin jelas terdengar membuat orang-orang yang berada di sana menatapnya iba. "Ini ambulance nya masih lama, gak, sih?!"

"Itu ambulance-nya!" Salah satu bocah memekik ketika melihat mobil ambulance berhenti didepan restoran ini.

"Ada dua?" Aleta bingung.

"Tadi saya menghubungi dua ambulance sekaligus," jelas si ibu tadi.

"Makasi, Ibu." Ibu tadi tersenyum.

Beberapa perawat turun dari ambulance lalu membawa Ginjar ke dalam ambulance.

"Ta..." Ginjar menatap Aleta penuh harap.

Gadis ini menggeleng pelan. "Lo sama mereka, ya? Gue mau temenin Alva," pinta Aleta.

Ginjar menatapnya sendu, kemudian mengangguk lemah.

Aleta berada dimobil ambulance satu lagi, sambil tangan yang mengusap rambut Alvaro pelan. "Alva... Please, jangan merem!" pinta Aleta, ia menangis kencang.

Aleta seperti merasakan luka tembak dibahunya seperti apa yang dirasakan oleh Alvaro saat ini.

Alvaro mengusap bahu Aleta lembut. "Sakit, ya? Itu yang gue rasain pas lo lagi Kenapa-kenapa." Alvaro terkekeh pelan, sesekali ia meringis kesakitan. "Udah, gak usah nangis,"

"Jangan tinggalin Ale, ya? Alva udah janji gak boleh tinggalin Ale... dan sekarang, Ale tagih janji itu!" Aleta menangis kencang melihat kondisi sepupunya yang seperti ini.

***

Star Light bekerja sama dengan Black Eagle.
Dengan Pandu sebagai ketua SL dan Alvarez menjabat sebagai ketua BE sedangkan Arya orang kepercayaan Alvarez di black eagle.

"Paling dikit lagi menemui ajalnya tuh anak," dengus Pandu.

"Main cepet juga lo," kekeh Arya.

Alvarez sebagai inti Star Light terdiam.

"Rez, gak terima lo Alvaro gue tembak?"

Alvarez menggeleng. "Mau ungkap kapan pengkhiat Sea Lingga?" Alvarez mengalihkan pembicaraan.

"Lusa," jawab Pandu.

"Tunggu kejutan dari kami yang akan menghancurkan kalian."

"Gila lo semua, bajingan banget!" umpat Alena kesal.

"Lo juga bajingan sih Len, karena pro ke kita dan justru malah kontra ke Aleta." balas Arya.

"Pandu!"

"Arya," tegur Pandu.

"Dan cewek itu sekalian ungkap aja kebusukannya, muak gue lama-lama." Alvarez menyahut.

"Alena..."

"Thania, lo kenapa?!" Alena buru-buru memeluk Thania yang datang-datang sudah menangis deras.

"G-gue...

"Lo apa anjir?"

"Gue hamil, anak Daru." Isak Thania.

Wajah mereka menegang seketika lalu merubah raut wajahnya menjadi amarah yang membuncah.

RATSELWhere stories live. Discover now