21 - Drama?

Mulai dari awal
                                    

"Beda kompres, oon," seru Prasetya.

"Dit, lo pasti kebanyakan temenan sama AP," kata Dewa.

Lia langsung memelototkan matanya dan menatap Dewa tajam, "KOK GUE DIBAWA-BAWA?!"

"Yang bawa lo tuh siapa?" tanya Dewa sinis.

"Tadi lo kan bi--"

"Shhuutt, buset. Kalian lama-lama gue jodohin juga disini," kata Bram.

"Ogah," sahut Lia dan Dewa secara bersamaan.

"Makanya diem," ucap Bram dan langsung membuat dua insan tersebut diam.

"Oke, oke. Jadi sekarang apa fix mau pake rapunzel?" Semuanya mengangguk setuju mendengar pertanyaan Bram.

"Walau gue agak yakin bakal dijadiin rapunzel, at least actingnya rapunzel dan lainnya ga susah-susah amat," batin Lia.

"Oke berarti sekarang peran ceweknya cuma Rapunzel sama ibu tirinya ya?" tanya Bram memastikan.

"Iyes berarti," sahut Rio.

"Oke, berarti hm, siapa mau jadi narator? Gue aja ya," kata Bram sambil cengengesan.

"Ya, ya, boleh. Gue juga ga mungkin hapal sama teks sepanjang rel kereta api," jawab Bima.

"Oke, berarti gue narator. Terus yang jadi ibu tiri, Dita?"

Dita memelototkan matanya, "LAH KOK GUE?"

"Ya terus lo mau jadi apa? Rapunzel?" Dita menggeleng mendengar pertanyaan Bram.

"Yaudah lah, ibu tiri aja," jawab Dita.

"Oke, terus siapa lagi ya?" monolog Bram sambil mengingat-ingat film tersebut.

"Kayanya tinggal sisa prajurit, ya?" tanya Bram.

"Kayanya sih iya," jawab Rio ragu.

"Tapi kalau prajuritnya tiga kebanyakan ga sih?" sambung Rio.

"Iya juga," gumam Bram.

"Yaudah, tambah kuda. Si maximus," ujar Dewa.

"Lahiya bener juga," seru Bram dan Lia.

"Oke berarti diantara kalian bertiga siapa yang salah satu mau jadi kuda?" Bram menunjuk Bima, Prasetya, dan Rio.

"Gak, gue prajurit aja," jawab Bima.

"Gue juga prajurit," sahut Rio.

"Yaudah lah, gue jadi kuda aja," jawab Prasetya pasrah namun antusias.

"Ihhihiiik ihhihik," sambungnya sambil meniru suara kuda.

Semua langsung tertawa mendengar itu. "Gila, Set, lo cocok banget," seru Lia sambil menahan tawanya untuk berbicara.

"Oke berarti semua peran udah ditentuin ya," ujar Bram.

Lia langsung mengerutkan dahinya dan menepuk bahu Bram bertubi-tubi, "Oi, oi. Gue belum dapet."

"Lah? Bukannya lo jadi Rapunzel?" tanya Bram. Sedangkan Lia memelototkan matanya, "SEJAK KAPAN?!"

"Ya lo peka dong, yang cocok disini jadi Rapunzel siapa?" tanya Bram.

"Masa iya gue?" lanjutnya.

"Ogeb, gue serius," seru Lia sambil tertawa.

"Ya gue juga serius," sahut Bram.

"Terus yang jadi Flynn siapa?" tanya Lia penasaran.

"Ya Dewa lah, siapalagi?"

Lia menatap kaget ke arah Dewa. Dan raut wajah Dewa juga terlihat sedikit terkejut. Hanya sedikit. Tak sebanyak Lia.

"Kalian mau, kan?"

Lia dan Dewa hanya lanjut bertatapan atas pertanyaan Bram. Mereka seolah bertanya satu sama lain hanya lewat tatapan itu.

Tak lama mereka bertatapan, Lia langsung mengangguk pelan dan pasrah. Mau bagaimana lagi, ternyata ia benar-benar menjadi Rapunzel.

"Oke ayo kita ringkas cerita dulu," ajak Bram. Lia pun mencatat apa yang teman-temannya serukan, dan mengingat bagaimana alur cerita tersebut.

"Scene di akhir-akhir nih kita harus buat sebagus mungkin," saran Bima.

"Biar so sweet nya ngena," lanjutnya dramatis.

"Gue setuju," ujar Dita.

"Apalagi gue, ya setuju banget lah, ihhhihik," ujar Prasetya.

"Gila, lo udah latihan sejak sekarang aja, Set," kekeh Bram.

Semua langsung tertawa.

"Oke, oke. Jadi part so sweet harus kita masukin, oke? Dari mereka yang nerbangin lampion bareng, nari bareng, pelukan, terus sam--" Perkataan Bram terpotong karena Rio yang tiba-tiba berbicara.

"Ciuman!"

Lia langsung menatap tajam Rio, "Gausah ngadi-ngadi ya lo, gue tabok juga ni pake ipad nya Bram."

"Berasa ipad sendiri ya bund," ujar Bram sambil menatap Lia dengan senyuman penuh arti. Sedangkan Lia hanya memberi cengiran khasnya.

"Tapi boleh juga, ini kan cuma drama."

ㅡㅡㅡ

-to be continued-

Hola! Makasih udah mampir💖

Have a great day & night!
Semoga bisa terhibur dan mengisi waktu luang kalian!~

Unspoken FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang