LEONA 🌻 19

98 28 41
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak kalian sebelum membaca.

Kalo ada yang typo/kesalahan dalam penulisan, langsung komen aja ya.

° • ° • ° • ° • ° •

Kepalaku terasa berat, seperti ada beban di atasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepalaku terasa berat, seperti ada beban di atasnya. Tubuhku rasanya remuk, pangkal hidungku terasa ngilu, dan tanganku pun terasa perih. Bagaimana caranya aku membereskan semua ini?

Ini sudah malam, dan aku benar-benar tidak diperbolehkan untuk keluar kamar. Mama, atau Papa pun tidak memberiku makan. Perutku perih, rasanya ada hawa panas yang mulai menjalar hingga ke dada. Pusing dan mual terus menggangguku.

Banyak sisa-sisa darah yang menempel pada seragamku, begitu juga dengan bau busuk dari sampah yang masih melekat pada tas. Waktu menunjukan pukul 8 malam, dan aku masih saja menangis sambil memeluk lutut.

Duduk di depan meja belajar, beberapa buku hanya di buka begitu saja tanpa dipelajari, bahkan ponselku pun sudah tidak aktif sejak tadi siang.

"A-aku harus gimana ... hiks."

Aku terus bertanya pada diriku sendiri, apa yang harus ku lakukan untuk mengakhiri semua ini? Darimana semua ini bermula? Apa kesalahanku pada mereka?

Aku memutuskan untuk solat terlebih dahulu, setelahnya aku mengaji. Bersyukur, karena tuhan selalu bersamaku. Serendah apa pun posisiku saat ini dan suatu saat nanti, tuhan tak akan pernah meninggalkanku.

Setelah selesai, hatiku benar-benar merasa tenang. Aku mulai melipat dan merapikan alat solat, kemudian merebahkan diri di atas kasur tanpa merapikan buku yang ada di meja belajar.

Mataku terus menatap langit kamar, dan pikiranku mulai berkeliaran. Suasana malam hari yang sunyi seperti ini cukup membuat diriku tenang. Akan tetapi, tidur dalam posisi terlentang seperti ini membuat perutku semakin perih.

Aku sontak terduduk sambil meremas guling hingga terlihat kusut. Rasanya sangat perih, seperti ada yang berjalan di dalam sana. Dan hawa panas yang ada di dalam perut, seperti berusaha bergerak ke atas sehingga membuat dadaku terasa sesak.

Mengapa ini sakit sekali? Perih, panas, dan mual menjadi satu. Satu yang ada di dalam pikiranku, jangan sampai aku terkena penyakit lambung. Sungguh, aku benci dengan penyakit itu. Terlihat sepele, namun rasanya luar biasa.

Aku segera mencari di atas nakas, dan beberapa laci untuk menemukan obat berwarna hijau kecil beraroma mint itu. Namun sayang, aku tidak pernah membeli obat seperti itu. Dengan terpaksa, aku mulai beranjak dan berusaha untuk berdiri dengan tegak.

"Aah!" Aku meringis kesakitan ketika aku tak mampu untu berdiri tegak. Sehingga aku memutuskan untuk sedikit membungkuk dan mulai menggedor pintu dengan keras, agar Mama dan Papa mendengar suaraku.

L E O N A [TAMAT]Where stories live. Discover now