LEONA 🌻 18

110 27 41
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak kalian sebelum membaca.

Kalo ada yang typo/kesalahan dalam penulisan, langsung komen aja ya.

° • ° • ° • ° • ° •

Aku berjalan memasuki rumah dengan langkah gontai, kemudian menutup pintu rumah secara kasar, dan langsung berlari masuk ke dalam kamar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berjalan memasuki rumah dengan langkah gontai, kemudian menutup pintu rumah secara kasar, dan langsung berlari masuk ke dalam kamar.

"Hiks hiks ... ke-kenapa sih? Emang aku ada salah apa sama mereka?"

Aku melempar tas ke sembarang arah dan langsung terduduk di lantai kamar yang begitu dingin. Aku menangis sambil memeluk kedua lutut. Tidak peduli bahwa Diara sudah menelponku berkali-kali.

"Salah aku a-pa? Hiks ..."

Beberapa saat sebelum pulang ...

"Lo musiman banget ya jadi orang?!" Bentak Sera dengan keras tepat di depan wajahku. Aku hanya mampu memejamkan mata sambil merapalkan doa, semoga Sera tak berbuat macam-macam.

"Ra, udah lah. Ini masih di sekolah," ucap Renata seraya menarik tangan Sera untuk menjauh dariku. "Gue gak peduli meskipun ini masih di area sekolah! Gue benci ya, sama cara lo natap mata gue! Emang kenapa? Lo udah ngerasa paling hebat, bisa gonta ganti teman, iya?! Sok iye banget lo! Miskin aja bangga!"

"Lo salah cari lawan, Leona," timpal Rita dengan nada dingin. Aku pun memberanikan diri untuk menjawab sambil menatap mata mereka satu persatu. "Salah aku apa? Kenapa kalian sebegitu bencinya sama aku?"

"Karena lo, suka ngatur hidup orang! Lo pencuri! Lo songong! Padahal, lo itu miskin! Dan yang paling gue benci, lo selalu jadi nomor satu di dalam kelas! Lo itu perfect di mata guru, lo selalu dapet pujian, lo selalu mewakili sekolah dan blablabla. Lo tau? Gue sumpek denger nama lo yang selalu disebut sama banyak orang!" Gertak Sera dengan sekali tarikan napas.

Kini aku pun mencoba untuk berdiri dengan tegap walau aslinya merasa gemetar, aku mulai menatap matanya dengan tatapan dingin, dan mencoba membalas perkataannya dengan suara yang lantang.

"Salahkan diri kamu sendiri. Aku gak pernah menuntut ini dan itu, apalagi untuk terlihat sempurna di mata semua orang. Dan kamu memang benar, aku ini miskin. Tapi, walaupun aku miskin, seenggaknya sopan santun yang ku miliki jauh lebih mahal dibandingkan harta yang kalian punya. Dan kalian, gak akan pernah mampu untuk membelinya."

Ketika aku mulai melangkah pergi dari lingkaran yang telah dibuat oleh mereka, tiba-tiba saja Renata menarik tanganku dan langsung menampar pipiku hingga berubah warna menjadi merah.

plak

"Berani ngerendahin kita?" Aku kembali menatap matanya dengan tajam dan menjawab, "Kenapa tidak?"

L E O N A [TAMAT]Where stories live. Discover now