LEONA 🌻 7

187 55 105
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak kalian sebelum membaca.

Kalo ada yang typo/kesalahan dalam penulisan, langsung komen aja ya.

° • ° • ° • ° • ° •

Akhirnya aku dan keluargaku pun sampai di Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya aku dan keluargaku pun sampai di Bandung. Lebih tepatnya rumah Nenek dan Kakek dari keluarga Papa. Aku segera menyalami tangan Nenek, kemudian Kakek. Setelah itu membantu Papa membawa beberapa koper untuk dipindahkan ke dalam rumah.

Setelah semua koper dibawa, Papa dan Mama membawa masing-masing koper ke dalam kamar. Begitu juga dengan aku yang kini tengah merapikan beberapa pakaian untuk dimasukkan ke dalam lemari.

"Beres!" Aku berseru senang dan segera pergi ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudu dan menunaikan salat zuhur.

Setelah salat, aku segera menghampiri keluargaku. Aku menemukan mereka yang sedang duduk bersama di ruang keluarga.

"Melatiku sudah besar rupanya." Nenek memanggil diriku lalu memeluknya dengan erat. Aku membalas pelukan Nenek tak kalah erat.

"Nenek gimana kabarnya? Sehat kan?" tanyaku. Lalu Nenek menjawab dengan anggukan kepala. Lalu aku melakukan hal yang sama pada Kakek.

"Hasil ujiannya gimana? Bagus nggak?" tanya Nenek.

Aku menjawab, "Alhamdulillah, ba-"

"Kurang, dia bukan peringkat pertama." Papa tiba-tiba memotong pembicaraanku. Hal itu membuat diriku menunduk lesu, takut kena marah lagi.

"Tuh, ya iya, yang didik aja gak bener kok." Aku mengangkat kepalaku dan menoleh ke arah Kakek dengan tatapan terkejut.

'kok Kakek bilang gitu?' tanyaku dalam hati.

"Maksud Bapak apa?" Papa tiba-tiba bertanya dengan intonasi yang mulai tinggi. Ku lihat Kakek memasang wajah angkuh dan duduk bersandar pada sofa.

"Istrimu gak bisa didik anak! Mana cucu hanya satu, apa cucu satu begitu merepotkan?!"

'tunggu ... ini ada apa sebenarnya? kenapa Kakek bicara seperti itu?' Aku menatap Kakek dengan wajah bingung. Sedangkan Nenek, raut wajahnya berubah menjadi datar. Kemudian aku melihat ke arah Mama, ia ... menunduk lesu.

"Pa ... ini ada apa?" Aku bertanya tanpa melihat situasi. Aku benar-benar dibuat bingung oleh keadaan ini.

"Diam kamu! Semua ini gara-gara kamu!" Papa membentak sambil menunjuk diriku. Aku yang merasa terkejut pun hanya menunduk, tak mampu menatap wajah Papa yang kian memerah.

"Jangan kamu bentak cucuku!" Tiba-tiba Nenek membelaku dan menarik dirikku ke dalam pelukannya.

"Jangan salahkan Melati! Tapi salahkan istrimu. Perempuan yang tidak berpendidikan, tidak mampu mengurus anak satu, cih ... dasar wan-" Perkataan Kakek terpotong tiba-tiba sebab Papa.

L E O N A [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang