LEONA 🌻 5

238 62 85
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak kalian sebelum membaca.

Kalo ada yang typo/kesalahan dalam penulisan, langsung komen aja ya.

° • ° • ° • ° • ° •

° • ° • ° • ° • ° •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Assalamu'alaikum." Aku mendengar suara pintu terbuka dan ada seseorang yang mengucapkan salam. Aku segera lari dari arah dapur menuju ruang tamu untuk melihat siapa yang datang.

Setelah ku lihat, ternyata Papa yang baru saja pulang dari kantor. "Papa udah pulang?" tanyaku sambil menyalami tangannya.

"Udah, Mama mana?"

"Mama keluar, katanya ada perlu."

Setelah itu Papa langsung berlalu pergi menuju kamarnya. Sedangkan aku, kembali lagi menuju dapur untuk memastikan ada persediaan makan atau tidak. Aku membuka tudung saji di meja makan, dan beruntung bahwa masih ada makanan yang bisa di makan. Lalu aku melihat nasi yang baru saja matang.

Dengan cepat, aku segera berjalan menuju kamar Papa untuk mengingatkan waktu makan. Sebelum aku mengetuk pintu kamar, Papa sudah terlebih dahulu keluar dari kamarnya.

"Gimana hasil kamu? Nilai tertinggi kan?"

Aku mendadak bisu, aku terlalu takut untuk mengatakannya. Bagaimana ini? Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya? Kalau iya, apa reaksi Papa akan sama dengan Mama? Tidak! Itu tidak boleh terjadi.

"Alhamdulillah bagus Pa." Aku menjawab tanpa memberitahu yang sebenarnya. Aku ... terlalu takut.

"Bagus tuh bagus gimana? Mana hasilnya?"

"A-ada di kamar."

Setelah itu Papa langsung berlalu pergi menuju kamarku. Dengan cepat, aku segera menahan lengan Papa dan mengatakan, "Bi-biar Melati aja Pa," Kataku terbata-bata.

Papa menepis tanganku dan langsung berjalan dengan langkah yang lebih cepat. Aku tak dapat menahannya, sebab kini Papa sudah ada di dalam kamarku dengan selembar kertas yang ada di tangan kanannya.

"Ini apa?!" Bentaknya.

"Ha-hasil ujian."

"Terus ini kenapa kamarmu berantakan?! Kamu apain buku-bukumu itu hah?!"

"Tadi ... Mama yang ru-rusakin buku Melati, Pa."

"Kenapa dirusak?! Kamu ga tau beli buku itu pake uang hah?!"

Aku takut, jantungku berdegup dengan kencang. Amarah Mama baru saja terlampiaskan padaku, mengapa Papa melakukan hal yang sama?

"Jawab Melati!" Bentaknya.

"Mama marah karena hasil ujian Melati di peringkat kedua." Hah, dengan sekali tarikan nafas aku mampu menyelesaikan satu kalimat tanpa terbata-bata. Meskipun aku mengatakannya dengan kepala menunduk sambil memejamkan mata.

L E O N A [TAMAT]Where stories live. Discover now