Chapter 68 : Stay With Me

Start from the beginning
                                    

"Selamat, Angel. Aku yakin kau dan Axel akan menjadi orang tua yang baik." Ujarnya, begitu hati-hati. Sama seperti ketakutan yang nampak di wajahnya. "Aku tahu kau membenciku. Aku bukan sahabat yang baik. Aku sudah berkhiatan. Ampuni aku. Aku sangat menyesal. Maaf, Angel. Maaf."

"Katakan apa alasanmu melakukan semua itu padaku, Lili." Pinta Angel, tegas.

Liliana terkejut. Tidak menyangka Angel memberinya ruang untuk berbicara alih-alih mengusirnya.

"Aku diancam oleh Darrel. Dia bilang tidak akan meluluskanku jika aku tidak memberikan bukti bahwa kau adalah Miss A. Darrel bilang, dia mengetahui identitas lainmu dari sepupunya yang juga pernah menjadi klien Miss A. Samuel Winston, namanya. Hanya saja Darrel tidak punya cukup bukti untuk membenarkan. Maka dari itu dia mengancamku tepat dihari sidang penentu kelulusan. Aku tidak punya pilihan lain. Selama ini nilaiku tidak cukup bagus dan aku bukan orang tajir yang bisa membeli kelulusan dengan uang. Aku hanya tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku yang sudah berusaha membiayai kuliahku dengan maksud agar aku punya masa depan yang lebih baik dari mereka. Seharusnya aku berpikir dua kali sebelum bertidak. Aku benar-benar bodoh!"

Liliana menunduk, membiarkan tangisannya pecah. Rasa bersalah menggerogotinya begitu dalam.

"Aku tahu tidak seharusnya aku menukar persahabatan kita dengan cara seperti ini, membongkar aib sahabat yang selama ini sudah sangat baik padaku. Kau berhak marah dan membenciku, aku tidak pantas di—"

"Lili." Angel mengulurkan tangan, menarik Liliana yang terisak hebat ke dalam pelukannya. "Aku mengerti. Kau memang salah dan aku sangat marah padamu. Sama seperti orang-orang baik yang mau mengampuni kesalahanku, aku juga tidak mungkin membencimu selamanya. Kau sudah tersiksa akibat rasa bersalah dan aku rasa itu sudah cukup. Aku memaafkanmu."

Pelukan Liliana terasa semakin erat. Bahkan tangisannya juga tak kunjung reda. Angel menghusap punggung Liliana mencoba untuk menenangkannya.

"Sahabatku tidak boleh menangis. Besok aku belikan tas Hermes keluaran terbaru. Mau?" Tawarnya seperti menggoda anak kecil yang akan berhenti menangis jika dibelikan balon atau permen.

Liliana menghusap air matanya lalu terkekeh akibat candaan Angel. "Terimakasih masih sudi mamanggilku sahabat. Aku menyayangimu, Angel!"

***

Langkah terburu-buru Axel harus terhenti saat dia bertemu dengan Bryan di koridor rumah sakit yang nampak sepi. Waktu menunjukan hampir tengah malam dan Axel datang untuk mencari Angel.

"Bryan, dimana Angel?"

Bryan tidak mejawab. Dia malah menempelkan punggungnya di dinding dengan tangan terlipat di depan dada. Tampak diam dengan kerutan di dahinya, mengartikan jika dia sedang memikirkan sesuatu. Axel berjalan lebih dekat namun sebuah tinjuan berhasil mendarat pada wajahnya.

"Kau apa-apaan, Bryan?!" Tanya Axel tidak terima. Dia menyeka darah di sudut bibirnya yang sobek.

"Itu pukulan karena kau sudah menghamili adikku sebelum menikahinya."

"Kau bicara apa?" Axel benar-benar tidak mengerti apa yang Bryan bicarakan. Awalnya dia sempat berpikir jika Bryan mabuk tapi melihat keseriusan dimatanya, Axel jadi ragu. Hamil. Adiknya. Menikahinya. Axel mencerna ulang apa yang Bryan katakan hingga otaknya menemukan titik terang. "Maksudmu Angel hamil?"

"Dan kau bahkan tidak tahu jika dia hamil? Oh, sialan! Seharusnya sejak awal aku tidak memberikan kepercayaan lebih padamu."

"Dimana Angel sekarang?" Axel meremas kerah jaket kulit Bryan. "Katakan dimana, Bryan!"

Don't Call Me AngelWhere stories live. Discover now