Chapter 65 : Not Okay

Mulai dari awal
                                    

Abraham tidak gentar, dia membungkuk di depan Angel dan menarik wajahnya agar mendongak. Ditatapnya wajah Angel yang basah akibat air mata. Dia iba namun amarah di dalam dirinya tidak bisa membuatnya menggerakan jemari untuk menghusap air mata putrinya.

"Berani kau berbicara seperti itu kepadaku setelah aku bekerja mati-matian untuk membuat kau dan Bryan tetap tumbuh hingga kini?" Abraham berdecak sebelum menampar wajah Angel. "Kau bukan putriku lagi! Kau tidak lebih dari seorang gadis murahan! Kau pelacur, Angel! Pelacur!"

"Papa, cukup!" Bryan yang semula hanya menjadi penonton kini turun tangan untuk menahan Abraham yang ingin kembali menampar Angel. "Ini bukan seutuhnya salah Angel."

Abraham menoleh pada Bryan, tatapannya semakin gelap. Dengan napas tersengal, dia menyeka peluh dipelipisnya dan menyeringai. "Lalu siapa yang salah? Aku? Oh Bryan, derajatmu sudah naik karena aku mulai mengakuimu sebagai putraku. Jangan berulah dengan membela Si Pelacur ini!"

"Angel bukan pelacur, dia adik kesayanganku. Tutup mulutmu!"

"Aku bilang jangan membelanya. Dia bukan adikmu lagi, dia bukan..—Ouch!" Abraham mengiris keras sambil memegangi dada bagian kirinya. Tubuh itu mendadak kaku, nyaris terjatuh jika Bryan tidak menahannya dari belakang. Penyakit jantungnya kembali kambuh.

Angel bangkit dengan cepat, membantu Bryan merebahkan Abraham di atas sofa. Sekujur tubuh Abraham mulai dingin dan kedua matanya tertutup pelan-pelan. "Telepon ambulan. Cepat, Bryan!"

Angel mengecup tangan Abraham sembari mengucapkan kata maaf terus menerus. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Papanya, Angel tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Semua ini salahnya.

"Kita tidak bisa memanggil ambulan. Pusat kota sangat jauh dari tempat kita dan Papa akan terlambat mendapatkan penanganan jika kita menunggu lebih lama." Bryan merogoh kunci mobilnya di dalam laci meja. "Aku akan langsung membawa Papa ke rumah sakit."

"Aku ikut!"

"Tidak!" Bantah Bryan, "Kondisi sedang tidak aman jika kau berkeliaran di luar. Amankan dirimu disini sampai keadaan mulai membaik. Tolong menurut, aku begini karena aku menyayangimu, Angel."

Akhirnya Angel menganggukan kepala. Setidaknya dalam kondisi seperti ini Bryan tidak membencinya. Angel tahu hanya Bryan yang selalu bertahan menjadi pahlawannya. Bukan Abraham, bukan Axel, atau pun yang lain.

***

Tangan Axel terulur, meraba segala sesuatu pada nakas yang berada di samping tempat tidurnya untuk meraih ponsel miliknya yang terus berbunyi. Matanya sedikit terbuka dan menemukan Haida mencoba menganggu tidurnya pada pagi-pagi buta.

"Kau sudah melihat berita hari ini?" Pertanyaan itu langsung menuntut bahkan saat Axel belum mengucapkan kalimat sapaan. Axel mengerang pelan, rasa kantuk membuatnya sulit mencerna maksud dari ucapan Haida. "Apa benar Angel adalah seorang pelacur?"

Sontak saat itu juga kedua mata Axel terbuka. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan bingung. "Apa yang kau bicarakan, Ma?"

"Kau bisa menemukan berita itu diinternet, dimajalah, bahkan dikoran harian dunia hari ini. Berita itu tidak hanya menggemparkan Amerika. Jadi apa benar calon menantu idamanku adalah seorang pelacur?"

"Maaf, Ma. Aku tutup."

Dengan itu Axel langsung melarikan jemarinya pada layar ponsel untuk melihat berita harian dihalaman internet. Sebuah judul berita nyaris menjatuhkan rahangnya. Identitas Miss A sudah terbongkar dan itu artinya..—Sial! Bagaimana bisa dia berdiam diri dan tidur dengan tenang tanpa tahu apa yang Angel rasakan saat ini?

Don't Call Me AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang