Breastfeeding Prince✓

By _sheyiu

1M 153K 35.2K

Park Jay, cowok bengis yang dijuluki Pangeran oleh seantero sekolah karena parasnya yang memukau. Sikapnya an... More

⁰⁰. prolog
BACA✔️
⁰¹. satu
⁰³. tiga
⁰⁴. empat
⁰⁵. lima
⁰⁶. enam
⁰⁷. tujuh
⁰⁸. delapan
⁰⁹. sembilan
¹⁰. sepuluh
¹¹. sebelas
¹². duabelas
¹³. tigabelas
¹⁴. empatbelas
¹⁵. limabelas
¹⁶. enambelas
¹⁷. tujuhbelas
¹⁸. delapanbelas
¹⁹. sembilanbelas
²⁰. duapuluh
²¹. duapuluh satu
²². duapuluh dua
²³. duapuluh tiga
chat
²⁴. duapuluh empat
²⁵. duapuluh lima
iklan
²⁶. duapuluh enam
²⁷. duapuluh tujuh
²⁸. duapuluh delapan
²⁹. duapuluh sembilan
³⁰. tigapuluh
³¹. tigapuluh satu
³². tigapuluh dua
penting
³³. tigapuluh tiga
³⁴. tigapuluh empat
³⁵. tigapuluh lima
³⁶. tigapuluh enam
³⁷. tigapuluh tujuh
³⁸. tigapuluh delapan
³⁹. tigapuluh sembilan
⁴⁰. empatpuluh
QnA
⁴¹. empatpuluh satu
⁴². empatpuluh dua
⁴³. empatpuluh tiga
⁴⁴. empatpuluh empat
⁴⁵. empatpuluh lima
⁴⁶. empatpuluh enam
⁴⁷. empatpuluh tujuh
⁴⁸. empatpuluh delapan
⁴⁹. empatpuluh sembilan
⁵⁰. limapuluh (END)
OPEN PO H-2
OPEN PRE-ORDER
open po kedua

⁰². dua

35.3K 4K 441
By _sheyiu

"Ma, haus." Jay melempar ranselnya asal. Menghempaskan tubuh ke sofa dengan menyandarkan kepala.

Sang Mama—Aera—datang membawa secangkir susu yang jelas bukan susu sapi. Cowok itu mengambil dan segera mendekatkan cangkir ke bibir. Baru mencecap di lidah, dia langsung melempar susu itu ke lantai sambil melepeh.

"Jangan ngasal dong, Ma! Kalau Jay sakit, gimana?!" tukasnya dengan alis tertekuk.

"Itu masih seger, gadis usia dua puluh tahun yang baru melahirkan. Harus dimana lagi Mama cari yang sesuai lidah kamu?"

"Pokoknya Jay nggak mau tau, Jay kehausan, Ma! Laper! Kalau gini terus, Jay bisa mati!" Dia menatap Aera nyalang.

"Semuanya kamu tolak, Mama harus gimana lagi, sayang?"

Cowok itu mengusap wajah gusar.

Sejak lahir hanya mengonsumsi asi, itulah dirinya. Tidak bisa menerima makanan normal seperti manusia biasanya.

"Mama bakal cari lagi. Tapi sekarang sebagai gantinya, kamu minum jus buah dulu, ya?" Aera memberikan jus wortel yang langsung dibuang Jay.

"Nggak bisa! Jay nggak mau makan selain asi!" Tanpa berkata-kata lagi, cowok berperawakan tinggi itu beranjak menuju kamarnya di lantai dua. Meninggalkan Aera yang dibuat pusing harus mencari kemana lagi. Selama 15 tahun dia bertahan memberi makan putra tunggalnya itu. Masih lebih baik memberi nasi, malangnya dia harus menyediakan hal yang sulit untuk dicari.

°°°

"Park Hana."

Baru saja namanya disebut, dengan senyum tawar dia berjalan ke depan mengambil surat ulangannya.

"Seperti biasa, kamu yang tertinggi," ujar Bu Rose, guru biologi yang terkenal paling tegas.

Hana menerbitkan senyum tipis, berbalik ke kursinya lagi.

Kertas ulangan dibagikan ke setiap murid. Hingga selesai, dan pelajaran kembali dimulai.

"Na, susu lo kok tambah gede, sih?"

"Eh!" Dengan melotot Hana membekap bibir Jeslyn rapat-rapat. Temannya itu berceletuk di tengah keheningan, murid sekitar pasti dapat mendengar. Rona yang duduk dibelakang berpindah ke depan, menelisik yang dikatakan Jeslyn, membuat Hana menutupi bagian dadanya menggunakan ransel. "Kalian apaan, sih!"

"Bener, tambah gede, Na," ucap Rona.

"Ish!" Hana berdelik tajam, melirik ke papan tulis dimana Bu Rose sedang menggambar susunan sel.

"Cerita ke kita! Ada apa?" Jeslyn bertanya usai menepis lengan Hana yang membekap bibirnya.

"Nggak ada apa-apa."

"Pasti ada sesuatu. Tuh, telinga lo merah."

Sontak Hana menutup kedua telinganya. Ketika sedang gelisah, daun telinganya sangat tau bereaksi, memerah.

"Ayo cerita, Na! Lo nyembunyiin sesuatu, kan? Apa? Ayo, cerita!" Mereka terus mendesak, membuat Hana kelabakan, spontan dia bangkit dan meminta ijin ke toilet.

Dia berlari terbirit-birit, dadanya kembali terasa berat. Sebelum koridor ramai karena bel istirahat baru berbunyi, lekas dia berlari menuju toilet. Sangat disayangkan, setiba di toilet, tidak ada bilik yang kosong. Menunggu sejenak, namun yang ditunggu belum juga keluar, kedengarannya mereka anak cheers yang sedang mandi. Tidak ada waktu untuk menunggu lagi. Oleh sebab itu Hana memilih keluar mencari toilet lain.

Selama limabelas menit berkelintaran mencari toilet, selalu saja ada perkara, misalnya toilet rusak sehingga dikunci, penuh, atau keramaian. Yang membuat Hana panik karena dadanya menjadi lebih berat. Merasa tidak kuasa menahan sesak, dia berlari ke gudang ujung yang jarang dilalui orang.

Di sana dia melepaskan seragam, membuka kaos dan menurunkan bra. Untungnya dia membawa tisu, dia gunakan untuk mengusap dan membersihkan setiap tetes susunya yang berlinang.

Tak!

Hana melotot ketika pintu gudang dibuka. Buru-buru dia bersembunyi di balik tumpukan kursi bekas. Bagaimana bisa ada orang?! Setahunya gudang itu adalah tempat paling jarang dikunjungi. Dalam hati dia berteriak saking tidak mau ketahuan. Betapa tidak? Dia tidak mengenakan baju. Hanya berandalkan seragam dan tanktop dia menutupi bagian dadanya sambil terus merapalkan doa.

"Ngapain lo di situ?"

Deg

Jantung Hana layaknya bom bunuh diri yang siap meledak. Pacuannya sangat kencang, seluruh indranya juga melemas yang membuatnya tidak kuat menopang tubuh.

Hana tambah melotot saat cowok itu mendekat dan melihat kondisinya secara langsung! Cowok itu mematung saat melihat Hana, begitu juga Hana yang mematung memikirkan seorang cowok sedang menatapnya yang setengah bugil.

Derap kaki dari luar terdengar mendekati gudang. Lagi dan lagi Hana melotot tambah lebar. Tanpa aba-aba lengan Hana ditarik, dipepetkan ke tembok di sebelah pintu. Yang menjadi masalah, cowok itu ikut menghimpitnya.

"Tahan napas," bisik Jay, membekap bibir Hana menggunakan telapak tangannya.

Tak!

Pintu gudang dibuka. Memang agak rusak sehingga ketika knopnya dibuka menimbulkan bunyi gaung.

"Nggak ada, kemana sih bos kabur."

"Cari ke lobi coba."

Pintu gudang kembali ditutup, derap kaki itu pun semakin menjauh.

Hana mendorong Jay dengan tubuh bergetar, wajahnya pucat pasi seperti ikan mati.

"Bego! Ganti baju di gudang," tukas cowok berpakaian basket itu. Tak sengaja dia melihat banyak tisu berceceran. Tidak banyak bicara dia mengambil salah satunya. Mata Hana membulat, sontak merebut tisu dari tangan Jay dan mengumpulkan tisu-tisu lain dengan gelagapan.

Namun sangat disayangkan, Jay sudah lebih dulu memegang tisu itu. Jarinya sudah menyentuh tekstur basah dari tisu tersebut. Dan tentu saja dia mengenalnya.

"Lo...." Tatapan mata Jay menajam. Sedangkan Hana semakin memucat, dia mengeratkan kain yang menutupi dadanya agar tidak terjatuh.

Mereka saling tatap menatap dalam beberapa detik, sampai Hana merasa cukup lelah dengan situasi. Dengan wajah penuh permohonan Hana melontarkan satu kalimat.

"Gue mau pake baju, gue mohon lo keluar, ya?"

"Berapa bulan?" Dia malah bertanya hal tak masuk akal.

"B-berapa bulan apanya?"

"Anak lo, usianya berapa bulan?"

Hana membatu, menjadi gagap, sesak napas lalu membatu lagi. Terlalu membuatnya kaget luar biasa.

Perhatian Hana tercuri pada seragam di lengannya. Basah lagi! Itu artinya air susunya keluar lagi!

"Netes."

Lagi dan lagi Hana dibuat sesak napas. Pasalnya cowok itu dengan sangat gampang menunjuk lantai dimana asi Hana bercucuran. Benar-benar memalukan! Bahkan Hana tidak tahu mau diletak dimana lagi wajahnya.

"G-gue mohon, lo keluar dari sini."

Dia bergeming, fokus menatap lantai yang meneteskan banyak air. Kemudian bergumam lirih. "Haus."

H-haus?

Harusnya dia keluar untuk membeli minum, nyatanya dia masih berdiri di pijakan tanpa bergerak sedikit pun. Hana kalang kabut, dia tidak bisa keluar dengan kondisi tidak memakai baju, dia juga tidak bisa mengenakannya di sini. Lantas, apa yang bisa dia lakukan?!

"Haus," katanya lagi, kali ini berjalan mendekati Hana.

Pupil Hana membesar. "L-lo mau ngapain?"

"Gue laper," tegas cowok itu.

"K-kalau laper ke kantin! Ngapain deket-deket, ha!" Hana berniat kabur, namun tangannya lebih dulu dicegat dan tubuhnya dihempaskan ke dinding. Ada rasa ngilu karena pinggangnya menubruk besi baja, tapi perhatiannya kembali tertuju pada cowok berwajah tajam di hadapannya. Hana mengeratkan seragam yang menutupi dadanya. "G-gue mohon jangan." Perlahan Hana menangis. Seluruh tubuhnya berguncang hebat.

Pada saat itu Jay menghentikan langkah untuk mendekat.

"Jangan apa-apain gue, gue nggak bersalah apapun." Hana meringkuk jatuh, menangis terisak dengan bahu bergetar.

Perlu beberapa menit gudang diisi oleh tangisan Hana, sampai Jay menghela napas berat kemudian pergi begitu saja meninggalkan dirinya.

Di saat itulah Hana menghentikan tangis. Mendengar derap kaki mulai menjauh, buru-buru Hana memakai bra, tanktop dan juga seragamnya yang sudah basah total. Tidak apa, yang penting dia sudah menggunakan pakaian lagi.

°°°

Vote juseyo~


Continue Reading

You'll Also Like

7.7K 432 24
Jadi, saya diterima di perusahaan ini? Terus siapa yang bakal jadi bos saya? - Keisya Kalau tidak bisa, saya akan membuat kamu jatuh ke pelukan saya...
129K 11K 57
"Tangan lo lucu ya Na, kek jelly" -Jihoon "Apaan sih anjir, udah ah lepasin, ntar ada yang liat" -Naara "Ada yang liat juga mereka bakal langsung tau...
523K 49.7K 62
Boyfriend Series #2 "Tapi sama kakak ya?" "Apanya?" "Tidurnya" "Cari mati ya?" Start: 8 Desember 2019 End : 8 Juni 2020 Copyright ©2019 by ApriLyraa
523K 66.8K 59
[SUDAH TERBIT] "Jake! Bawa ini anak kamu!" "Tapi Jake mau sekolah mah..." "Resiko kamu! Siapa suruh bikin kecepetan?" Buat yang suka cerita ringan, b...