at: 12am

By nambyull

3.8M 361K 48.2K

Dia menolak ku. Satu-satunya pria yang pernah menolakku, satu-satunya pria yang berani mendorongku menjauh... More

Prolog
• T R A I L E R •
am
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13 A
Chapter 13 B
Chapter 14 A
Chapter 14 B
Chapter 14 (Private vers.)
Chapter 15 (Private)
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28 (Private)
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 35 (Private+ vers.)
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40 - the wedding.
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70 [ END ]
Epilogue
Epilogue (Private vers.)
Special Chapter

Chapter 66

42.7K 4K 165
By nambyull

Vote and comment please.
***

"Aku tahu Arghie Trevor itu wanita yang cantik, tapi apa kau akan terus-terusan kesal seperti ini karena dia tidak menghubungimu? Galaksi, she's stranger. Dia tidak punya kewajiban untuk harus menghubungimu." Kata Hera sambil mendengus.

Dia dan Galaksi sedang berada di kawasan umum Villa Borghese gardens, pusat kota Roma, untuk berjalan-jalan sore.

Pada kehamilannya yang ke 34 minggu, dokter Rosella, dokter lanjutan yang menangani kehamilan Hera sekaligus dokter yang akan bertanggung jawab pada persalinan Hera nanti, memberi anjuran agar Hera mulai rutin berjalan-jalan selama 30 menit atau lebih, sejak sekarang.

Dokter wanita yang bekerja di Fate Bene Fratelli Hospital dan merupakan rekomendasi dari dokter Anne itu berkata, selain untuk mempersiapkan kelahiran secara normal, berjalan-jalan akan meringankan stress serta keluhan insomnia Hera yang sampai sekarang belum juga meredah.

"Aku tahu." Jawab Galaksi.

"Karena itu aku kesal. Kami belum berkenalan dengan benar kemarin, dan yang ku lakukan hanya diam saja seperti pecundang."

Mereka baru berjalan lima menit sejak memarkirkan mobil di parkiran khusus pengunjung, dan karena taman ini merupakan taman terdekat dari vila yang dibeli Hera saat mereka sampai di Italia, beberapa hari belakangan mereka jadi rutin datang ke sini untuk berjalan-jalan.

"No you're not. Kau hanya belum beruntung. Kan dunia ini kecil, kita pasti akan bertemu dengannya lagi." ujar Hera.

Dia melirik Galaksi yang wajahnya tampak enggan membahas pembahasan ini sambil menatap ke arah lain dengan kedua tangan berada dalam saku celana.

"Lagipula kenapa tiba-tiba kau jatuh cinta padanya? Pada pandangan pertama pula? Di usia tiga puluh satu tahun? Apa kau yakin kau tidak sedang bergairah saat melihatnya? Cause you know, we're together all the time, kau mungkin sudah merindukan wanita untuk menghangatkan ranjangmu."

Galaksi terperangah, langsung menoleh pada Hera, "Kau pikir aku pria seperti apa?"

"A man who likes spend money to treat his girlfriend well?"

Hera mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum polos, sama sekali tidak merasa bersalah dengan kata-kata yang barusan dia ucapkan.

Galaksi berdecak, "Bitch."

"Hey, anakku bisa mendengar kata-kata kasarmu!" Hera merengut.

Galaksi merotasikan matanya dan mereka telah sampai di salah satu kolam kecil taman Villa Borghese.

Galaksi lantas membantu Hera untuk duduk di bangku taman, berjongkok untuk melonggarkan sepatu wanita itu kemudian memijat-mijat kaki Hera yang sejak memasuki minggu ke 28 sudah bengkak karena kehamilannya, dengan pelan.

"Tapi serius Galaksi, apa yang kau lihat dari Arghie Trevor? Bukankah kau sering berkencan dengan wanita yang lebih cantik? Pertemuan kita kan tidak se-menakjubkan itu untuk bisa kau ingat-ingat terus?" Tanya Hera penasaran.

Sejak pertemuan mereka dengan Arghie Trevor, Galaksi sering kelihatan tidak tenang. Berulang kali melihat ponselnya, selalu membuka emailnya, dan rajin meminta sekretaris pribadinya untuk memeriksa apakah pihak yayasan mendapat email dari mahasiswa luar negri yang ingin mendaftar beasiswa atau tidak.

Hingga tidak sadar sudah satu bulan berlalu, lucu sekali, Galaksi yang tidak pernah memusingkan kekasihnya yang meminta putus, tiba-tiba saja menjadi aneh hanya karena wanita—yang bahkan baru pertama kali mereka temui.

"Aku juga tidak tahu." Jawab Galaksi, dia menghela dan mengalihkan pijatannya ke sebelah kaki Hera yang lain.

"Aku hanya... jatuh cinta pada matanya. Aku belum pernah melihat tatapan seperti itu sebelumnya—seolah-olah dia sedang terjebak, tapi tidak ingin terperangkap? Aku tidak yakin, tapi aku merasa sedang melihat situasiku waktu dulu saat melihatnya."

"Apa?" Hera mengerutkan dahinya benar-benar tidak percaya.

"Apa kau minum wine sebelum kita keluar?"

Galaksi mendongakkan wajahnya, menatap Hera tidak terima, "Aku tidak bercanda, Hera."

"Tapi kau kedengaran mabuk, Galaksi."

"Aku tidak mabuk."

Hera menghembuskan napas, intonasi serius yang diberikan pria itu membuatnya reflek tersenyum tipis.

"Aku tahu." Kata Hera mengalah.

Dia menarik tangannya menuju puncak kepala Galaksi, lalu mengacak-acak rambut pria itu yang baru-baru ini diwarnai menjadi coklat muda dengan gemas.

"Aku hanya mencoba realistis untuk berjaga-jaga jika kita tidak bertemu dengannya lagi, Galaksi. Sakit hati itu sangat tidak enak."

Galaksi tidak menjawab, dia tidak ingin memberi tanggapan apa-apa pada perkataan Hera. Dia hanya berdiri, menegakan tubuhnya, kemudian menoleh pada sekitar taman untuk mencari vending mechine paling dekat dengan lokasi mereka saat ini.

"Aku akan membeli minuman dulu. Kau tunggu disini ya." Ujar Galaksi setelah menemukan vending mechine di ujung jembatan dekat gazebo taman.

Hera mengangguk patuh.

Galaksi lalu berbalik hendak berjalan, namun seorang yang berlari dari arah belakang tiba-tiba menabrak bahu Galaksi. Tidak membuat Galaksi celaka, hanya orang itu saja yang nyaris terjatuh jika saja Galaksi tidak dengan cepat menahan tubuhnya.

"Hey! Be careful." Teriak Hera yang melihat kejadian itu dari bangkunya.

"I-im sorry, I... just—"

"Arghie Trevor?"

Galaksi mengernyitkan dahi melihat orang yang menabraknya, dia terkejut saat orang itu tahu-tahu mengangkat wajah dan melihat Galaksi dengan tatapan takut.

"What the fuck happened to you?" Galaksi tidak sadar meninggikan suaranya.

Dia menatap wajah Arghie Trevor yang lebam-lebam dan sudut bibir serta pipinya yang berdarah dengan tatapan marah.

Arghie Trevor gemetaran, "G-Galaksi... help me—help me please."

Dia menggenggam baju Galaksi kuat, meminta pertolongan dari apapun yang telah menyebakan kondisinya menjadi mengerikan seperti ini.

Galaksi mengangguk, "Kami akan menolongmu, tapi apa yang terjadi?"

"A-ada yang memukulku, dia membenturkan kepalaku ke dinding, dia—"

"Don't run you bitch! Aku bersumpah akan membunuhmu jika kau ku tangkap."

Suara seorang pria yang tengah berlari dari arah Arghie Trevor datang mengintrupsi mereka, membuat Galaksi segera menoleh.

Dia menuntun Arghie Trevor menuju bangku taman, tempat Hera yang juga terkejut dengan kejadian barusan duduk, lalu berdiri menghadap pria itu dengan tatapan tajam.

"Kemari kau wanita jalang aku—"

"Hold on."

Galaksi menahan bahu pria berambut pirang yang hendak menarik lengan Arghie Trevor itu dengan keras, kemudian mendorong tubuhnya menjauh dari bangku taman dan membuat atensi beberapa pengunjung tertarik pada mereka.

"Don't touch me, this's none of your business!" teriak pria itu.

"Apa kau mengenalnya miss Trevor?" Tanya Galaksi, mengabaikan pria itu dan menoleh pada Arghie Trevor yang sedang ditenangkan Hera.

Arghie Trevor dengan takut-takut menggeleng, dia mulai menangis namun tidak berani membuka suara.

"Dia bilang, dia tidak mengenalmu. Jadi kau tidak berhak memaksa untuk bertemu dengannya." Galaksi kembali menghadap pria itu.

"Diam kau. Ini urusanku dengan wanita jalang itu. Aku akan beri dia pelajaran sampai mati!!"

Galaksi tidak merespon, tidak juga beranjak dari tempatnya berdiri, dia hanya menatap pria itu dalam, mencoba menahan emosinya yang sedang memuncak.

"Minggir bajingan!" Perintah pria itu.

Lalu tiba-tiba melayangkan tinjuan pada Galaksi yang dapat begitu cepat menghindarinya.

Galaksi menyandung kaki pria itu, membuatnya terjerebam ke tanah kemudian memelintir tangannya ke belakang tubuh lalu menariknya hingga membuat pria itu meringis kesakitan.

"I warn you." Desis Galaksi tidak senang.

"Jangan temui dia lagi."

Petugas keamanan di teman itu berdatangan beberapa saat berikutnya, mereka dengan segera menahan pria yang membuat keributan itu dan membawanya ke kantor polisi terdekat setelah mendengar kesaksian dari Arghie Trevor.

***

Mereka sampai di Fate Bene Fratelli Hospital satu jam yang lalu dan Arghie Trevor sedang mendapat perawatan di ruang IGD karena luka-lukanya ternyata tidak hanya di wajah.

Dia mengalami kondisi yang serius.

Ada luka besar di lengan atas serta pahanya akibat benda tajam hingga harus di jahit, ada luka lecet di perut dan dadanya, kepala dan punggungnya juga memar, dan ada banyak luka lainnya yang diindentifikasi sebagai luka kekerasan oleh dokter beberapa saat lalu.

Sekarang setelah Arghie Trevor diberikan obat penahan rasa sakit dan penenang ketika perawatan selesai, dokter yang menanganinya mempersilahkan dia untuk segera beristirahat.

"Sementara, saya akan meresepkan obat antibiotik untuk lukanya dan kompres untuk lebam-lebamnya, tapi ada baiknya nona menginap disini malam ini. Hasil CT Scan baru akan keluar besok pagi, jadi kami baru bisa merencanakan perawatan lanjutan lain setelah hasilnya keluar." Kata dokter itu sambil melepaskan handscoon serta maskernya.

Dia berbalik, lalu melihat Hera dan Galaksi yang sejak tadi menunggu proses perawatan Arghie di belakang ranjang rawat kemudian tersenyum sopan.

"Baik dokter, dia akan menginap disini malam ini." Hera yang menjawab.

Dokter itu mengangguk, "Saya akan meminta perawat untuk memindahkan nona ini ke ruang rawat, kalau begitu. Tapi apa nyonya dan tuan ini walinya? Saya membutuhkan anda untuk mengisi data-data administrasi pasien dari nona ini lebih dulu."

"Iya." Kata Hera.

Galaksi hendak beranjak, "Aku saja yang akan—"

"Tidak, aku yang mengurus semuanya. Kau temani Arghie disini saja."

Namun Hera lebih dulu menyela, dia langsung menepuk pundak Galaksi kemudian mengikuti dokter yang menangani Arghie menuju meja registrasi untuk mengisi data administrasi pasien.

"Galaksi."

Arghie memanggil Galaksi setelah para perawat yang membereskan peralatan dokter telah meninggalkan mereka, suaranya serak dan dia menegakan sedikit tubuhnya menghadap Galaksi.

"Hm?"

Galaksi dengan segera membantu Arghie kemudian mengambil bangku dan duduk didekat ranjang rawat.

"Maafkan aku sudah mengejutkan kalian, aku tidak tahu harus—"

"It's okay." Potong Galaksi, dia tersenyum.

"We're okay."

Arghie menunduk, "Aku..."

"Jangan pikirkan apapun miss Trevor. Anda fokus sembuh saja. Saya tidak mau calon mahasiswa pertukaran pelajar di universitas saya tidak sehat dan tidak lolos mendapatkan beasiswa." ujar Galaksi jenaka.

Arghie menarik sedikit bibirnya meski luka di sudut bibirnya masih terasa sakit, "Terima kasih, Galaksi. Kau orang yang sangat baik."

Galaksi tidak menjawab, lalu senyumnya perlahan-lahan turun. Dia menatap wanita bermata biru yang terus dia pikirkan selama ini dengan tatapan hening.

Sebagian besar dari dirinya merasa marah karena begitu tidak terima atas kekacauan yang wanita itu terima dari pria tadi, namun dia terus menahan diri, mencegah agar dia tidak kelepasan untuk menghajar pria itu dan membuat Arghie terlibat dalam masalah lain.

"Apa pria itu akan mendapat hukuman?" Tanya Arghie ragu-ragu.

Dia tidak sadar tubuhnya sedikit gemetaran setelah menanyakan hal itu.

Galaksi kembali tersenyum pelan untuk menenangkan, "Saya akan memastikan dia mendapatkan hukuman berat."

"Scott Woods." Ujar Arghie, lalu menunduk untuk menahan rasa sakit yang selama ini dia sembunyikan.

"Dia ayah tiriku."

Arghie menggigit bibir bawahnya kuat, rasa sakit itu nyaris membuatnya tidak waras dan dia begitu saja merasa dia harus mengatakannya ini—setidaknya sekali saja, seseorang harus mendengarkan luka yang dia miliki, sebelum dia benar-benar menyerah.

"Dia selalu memaksaku menikahi anak temannya setelah ibuku meninggal agar dia mendapat uang pernikahan dari keluarga calon suamiku. Aku terlalu takut padanya dan selalu menghindarinya, tapi sebulan yang lalu dia tahu aku di negara ini, karena itu dia menyusulku."

Arghie meremas tangannya, suaranya tercekat, "Ibuku berpesan sebelum meninggal, aku harus menurutinya karena dia pria baik... tapi pria itu menyakitiku. Dia selalu memukulku dan mengancamku sejak aku berusia sembilan belas tahun."

Arghie mengangkat wajahnya menatap Galaksi yang sama sekali tidak memotong pembicarannya.

"Aku berharap aku bisa kabur, tapi ibuku memintaku untuk terus bersamanya. Apa yang harus aku lakukan, Galaksi?"

Pria itu masih tersenyum, senyum tulus yang membuat rasa tertekan dalam dada Arghie mendadak mereda dengan sendirinya.

"Just run." Kata Galaksi.

"Kau tidak berkewajiban selalu ada disampingnya hanya karena ibumu yang meminta. Kau manusia yang memiliki hak untuk memilih miss Trevor, dan keputusan sepenuhnya ada padamu jika kau ingin bersamanya atau tidak."

Galaksi mengangkat tangannya, kemudian menggenggam tangan Arghie pelan seakan menguatkan.

"Kau tidak harus menuruti orang tuamu jika kau tidak ingin. Orang tua itu hanya orang yang membawamu ke dunia ini. Mereka tidak berhak atas dirimu, karena yang menjalani kehidupan dan yang memutuskan akan seperti apa hidupmu adalah dirimu sendiri."

Arghie diluar kehendaknya menghembuskan napas, lalu tiba-tiba saja tersenyum tipis karena akhirnya bisa merasa lega setelah sekian lama.

"Kau terdengar sangat paham dengan masalah seperti ini." ujar Arghie.

Galaksi tertawa, "We're in the same situation. Orang tuaku juga melakukan hal seperti itu padaku."

"Mereka memaksaku menjadi apa yang mereka inginkan dan menganggap aku adalah milik mereka... but I'm run dan akhirnya aku terbebas dari mereka. Meski aku tetap menjalankan bisnis keluarga karena aku anak sulung, tapi aku senang bisa memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang aku sukai sebelum terlambat."

Galaksi menatap Arghie lebih lekat dari sebelumnya, mencoba memahami lebih banyak hal tentang wanita itu dari balik iris birunya yang menenggelamkan.

"Hera pernah berkata seperti ini padaku; sometimes, we're allowed to be egoist. Jika kau mau lari untuk kebahagiaanmu, tidak apa-apa berlari. Menjadi egois untuk bahagia, bukan sebuah kejahatan." Kata Galaksi.

Tidak sadar, dia telah mengeratkan genggaman tangannya pada Arghie dan dia menjadi mengerti, bahwa kesamaan takdir seperti inilah yang membuatnya selalu memikirkan wanita ini.

"Karena itu... berlarilah Arghie, kau harus meninggalkan semua hal yang menyakitimu untuk bisa berbahagia."

***

With love.
Nambyull

Continue Reading

You'll Also Like

308K 17.2K 27
Should I Say That I Love You again? (Elang Dan Dara series 2 ) 11 years passed... Kadang, tak sepenuhnya kisah berakhir disatu masa. Ada yang ingin...
1.3M 121K 44
VERSI LENGKAP TERSEDIA DALAM BENTUK PDF Tentang Anggara yang meratapi penyesalannya, dan tentang Indira yang berusaha membangun hidup barunya.
2M 119K 18
Saira pernah mencintai Gara dan mereka sempat menjalin hubungan selama kurang lebih satu semester. Lama berpacaran, Saira tak sengaja tahu kalau pera...
946K 46.4K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...