at: 12am

By nambyull

3.8M 361K 48.2K

Dia menolak ku. Satu-satunya pria yang pernah menolakku, satu-satunya pria yang berani mendorongku menjauh... More

Prolog
• T R A I L E R •
am
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13 A
Chapter 13 B
Chapter 14 A
Chapter 14 B
Chapter 14 (Private vers.)
Chapter 15 (Private)
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28 (Private)
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 35 (Private+ vers.)
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40 - the wedding.
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70 [ END ]
Epilogue
Epilogue (Private vers.)
Special Chapter

Chapter 52

41.1K 4.7K 957
By nambyull

Vote and comment please.
***

Hera membawa minuman jus buah mangga yang dia ambil dari meja hidangan beberapa saat lalu, sambil meminum jus yang manis itu, tatapannya terarah ke salah satu standee yang menampilkan penjelasan tentang salah satu program amal yang dibuat oleh dokter Ares.

Programnya terlihat efisien.

Dokter Arest bekerja sama dengan beberapa situs untuk menggalang dana, kemudian mencari volunteer dari tenaga kesehatan atau mahasiswa kesehatan yang berada dekat dengan tempat sasaran program amal, kemudian membangun posko kesehatan sementara untuk membantu program itu terlaksana dalam dua bulan.

Dengan koneksi yang sangat memandai dan mendapat bantuan dari pemerintah daerah, program amal yang akan dilakukan dokter Arest mungkin bisa saja membuat anak-anak di Papua yang sakit dan membutuhkan, menjadi sedikit tertolong.

Hera hendak mengambil selembaran brosur program amal itu untuk dia berikan pada ayahnya, namun ada tangan lain yang menahannya, yang membuat Hera merasa tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa pemilik tangan itu.

"Berhenti menyembunyikannya."

Sean menarik Hera menghadapnya, membuat wanita itu mendongak karena tidak memakai heels tinggi malam ini dan menatapnya dengan bosan seakan sudah sangat terbiasa dengan sikap pemaksa pria ini.

"Pernikahan kita. Apa kau akan mengatakan pada semua orang kalau aku bukan suamimu?" ujar Sean.

Hera mendengar kefrustasian dalam suara pria itu.

Dia menarik pergelangan tangannya, meletakan gelas jus yang masih dipegangnya ke meja dekat standee lalu tersenyum tipis.

"Pernikahan kita? Aneh sekali, bukankah hal semacam itu memang tidak pernah terjadi?" sahut Hera.

Dia melirik wanita yang dibawa Sean, tengah berbicara dengan dokter Arest.

"Kau—"

"Dokter Sean, anda akan membuat kekasih anda marah dengan datang ke sini. Dia akan... mengatakan kau sedang berselingkuh denganku." Sela Hera.

Sudut bibirnya tertarik semakin tinggi, terang-terangan mencemooh Sean yang wajahnya tampak marah, kemudian menyeringai dan hendak berbalik sebelum perkataan pria itu menghentikan langkah Hera.

"Berhenti bicara omong kosong!"

Hera kembali menghadap Sean.

"Kau yang berselingkuh dengan pria lain, kau berciuman dan berpelukan seakan itu tidak masalah. Apa kau pikir, wanita bersuami sepertimu pantas melakukannya?" Tanya Sean.

Dia tiba-tiba kembali merenggut tangan Hera dan dengan kesal meremasnya.

"Jangan mempermainkanku, Hera!" desis Sean.

Hera tersenyum, senyum yang sangat lebar, jenis senyum yang akan dia tunjukan saat mendengar seseorang baru saja mengatakan lelucon bodoh padanya.

"Lucu sekali, kau berkata seolah-olah aku telah mempermainkan mu, dokter. Padahal selama ini kaulah yang terus mempermainkanku dengan menginginkanku sekaligus mendorongku menjauh. Apa kau tidak sadar?" Kata Hera.

"Dan, memang benar." Hera mengangguk.

"Aku berciuman dengan Hardin. Lalu kenapa? Bukankah itu sama saja seperti kau yang setiap malam menginap dan bercinta di rumah wanita itu? Apakah menurutmu kelakuan seperti itu adalah kelakuan pria yang sudah beristri?"

Sean menggeram, "Itu berbeda!"

"Berbeda karena wanita itu lebih dulu mempunyai hubungan denganmu?" Hera mengangkat sebelah alisnya.

"Jangan konyol dokter Sean. Saat perjodohan kita, kau bahkan mengatakan aku telah menjebakmu dan menghancurkan hidupmu? Bukankah itu sudah cukup menandakan bahwa kau juga tidak menginginkan pernikahan ini?"

Sean tidak bisa menjawab, perkataan Hera memberikan pukulan telak padanya hingga dalam sepersekian detik berikutnya ingatan-ingatan tentang penolakan Sean atas pernikahan mereka menghujami kepalanya.

"Aku benar?" Tanya Hera.

Dia menarik tangannya lagi, lalu mundur, mengambil beberapa langkah aman agar Sean tidak bisa menggapainya dan meremas tagannya lagi.

"Dokter Sean, aku benar-benar ingin tahu wanita seperti apa aku dalam kepalamu. Murahan kah? Gampangan kah? Atau wanita yang hanya diinginkan untuk jadi pemuas nafsu?" ujar Hera.

Dia sama sekali tidak memperdulikan beberapa pasang mata yang menatap mereka berdua penasaran.

Mereka memang berdiri agak jauh dari kerumunan, tempat brosur dan standee yang jarang di kunjungi, karena niat awal Hera menuju ke sini adalah untuk menenangkan diri dan emosinya setelah melihat pria itu membawa kekasihnya ke pesta amal dokter Arest.

Hera tidak terkejut.

Dia tahu pria itu bisa saja melakukan hal seperti ini, toh mereka memiliki hubungan jelas yang sudah hampir semua orang tahu.

Kekasih.

Tapi Hera tetap saja tidak bisa menghindari rasa sakit yang semakin hari semakin parah menyerang rongga dadanya sejak pernikahan sialan itu.

Seakan ada lubang yang menganga dalam tubuhnya, besar sekali hingga Hera tidak tahu bagaimana cara dia agar bisa menutupi luka itu dan membuatnya kembali seperti semula.

"Apa kau pernah berpikir bahwa aku bisa saja bosan dengan mu?" kata Hera pelan.

Dia menghela, kemudian mendongak pada mata Sean yang sedang menatapnya dalam.

"Apa maksudmu?"

"Ayo kita bercerai."

Hera mencengkram gaun disisi tubuhnya dengan kuat, dia menanti reaksi seperti apa yang akan Sean perlihatkan pada keputusan yang terus-terusan menghantuinya, membuatnya takut dan gelisah selama hampir dua bulan.

Tapi pria itu diam saja, berdiri dengan wajah dingin yang tidak bisa Hera baca.

Hera jadi bertanya-tanya, apakah vonis yang dia berikan ini cukup kuat untuk mengguncang Sean? Membuatnya merasa remuk dan hancur seperti saat pria itu memutuskan menolong kekasihnya daripada Hera?

"Aku tidak membutuhkanmu sebagai ayah anak ini lagi karena kau juga tidak mau. Jadi daripada kau merasa terus aku permainkan dan terjebak pada pernikahan ini, bagaimana kalau kita berpisah saja? Kau bisa menikahi wanita itu sebagai gantinya."

Hera merasakan ada sesuatu yang meremas kerongkongannya dan membuat pertahanan tubuhnya pelan-pelan terkikis saat membayangkan bagaimana pria di hadapannya ini tersenyum, cemburu, terkejut, terusik dan melakukan semua yang telah dia lakukan pada Hera dengan wanita itu.

Tapi dengan sekuat tenaga dia menahan diri.

"Berhenti menguji kesabaranku." Sean meringis.

Masih tidak bereaksi dan akhirnya membuat Hera mengangkat senyum dan tertawa sinis.

"Aku tidak menguji kesabaranmu dokter Sean. Aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Apa kau ingin aku terus berada di sampingmu bersama wanita itu? Kau menginginkan kami berdua?"

Hera berdecih, "It's selfish as fuck, by the way."

Hera tidak menunggu untuk menambahkan, "And for your information, aku adalah wanita egois yang tidak suka berbagi. Aku tidak bisa diam saja melihat priaku berada di tangan wanita lain."

Sean menegang di tempatnya, "Kau bilang... kita bisa seperti ini saja, bermain api bersama."

"Oh, tentu aku bisa melakukannya." Jawab Hera.

"Tapi kau membuatku ketagihan dokter, dan memikirkan kau melakukan hal intim seperti denganku bersama wanita lain membuatku sangat marah. Aku rasa aku mulai mengerti kenapa kau terus-terusan kesal melihatku berciuman dengan pria lain. Apa menurutmu aku harus lebih sering melakukannya?"

"Jika kau berani aku akan—"

"Lalu kau ingin aku bagaimana? Aku tidak bisa terus-terusan menginginkamu seperti orang gila, dokter." Hera melipat kedua tangannya di depan dada.

Dia ingin segera menyelesaikan ini.

"Pulang." Ujar Sean, sama sekali tidak berpikir.

"Pulanglah bersamaku."

Hera mengerutkan dahi, "Apa kau bisa memilih jika aku pulang bersamamu?"

Sean lagi-lagi tidak menjawab dan membuat Hera menghela frustasi.

"Kau tidak akan sanggup, dokter. Wanita itu lebih penting dariku, kau hanya bisa mencintainya. Jadi ayo kita buat ini semua jadi mudah." Kata Hera.

Dia mendekati Sean dan berdiri tepat satu langkah dihadapan pria itu.

"Kau membenciku, kau membenci anak ini, kau membenciku karena telah merusak hubunganmu dengan wanita itu dan kau membenci anak ini karena menyesal telah meniduriku... sekarang apa yang kita lakukan? Bercerai. Tidak ada jalan keluar yang lebih rasional dari pada itu."

Sean menggeram, "Aku tidak mungkin menceraikanmu, kau sedang mengandung anakku."

"Wow, you really saying that shit? Setelah kau mengatakan anak ini bukan anakmu?" Hera tertawa sambil meringis.

"Tapi tidak perlu khawatir. Aku bisa mengurusnya, lagipula ada Galaksi yang akan dengan senang hati menjadi ayah angkatnya."

Wajah Sean mengeras.

"Hera!"

"Stop saying my name."

"Aku... menginginkamu."

Hera terkejut.

Setiap kali Sean mengatakan keinginannya atas Hera, jantung dan paru-paru Hera terasa kebas, seolah pria itu baru saja memberikannya racun yang terasa manis ke dalam mulutnya, menyenangkana sekaligus membuatnya terbunuh.

Dan itulah yang selalu dilakukan Sean pada Hera.

"So, do I." Kata Hera.

Dia menurunkan tatapannya pada bibir Sean kemudian meneguk air liurnya sendiri.

"Aku sudah mengatakan padamu beratus kali, aku juga sangat menginkanmu. Tapi apa hanya itu? Apa hanya itu perasaanmu untukku? Kau menginginkanku, tubuhku, dan kepuasan nafsu dariku?"

Hera kembali menatap Sean, "This relationship is unhealthy, dokter. We're hurting each other."

"Aku memberikanmu segalanya. Even my heart, tapi kau tidak mau memberiku kesempatan, kau membuat batas—batas yang sangat besar agar aku tidak bisa menyentuh hatimu sedikitpun. Jadi apa yang bisa aku lakukan?"

Hera menggigit bibirnya sendiri dengan kuat, mulutnya terasa keluh.

"Kau bahkan tidak membiarkanku mengenalmu."

Ego Sean terluka.

Setiap kata yang di ucapkan Hera menyadarkannya bahwa dia tidak punya satupun alasan untuk merasa berhak membantah.

Dan rasa sakit yang ditinggalkan oleh kebenaran itu membuat sekujur tubuh Sean mendidih, merasa begitu marah, meski dia bahkan tidak tahu harus marah pada siapa dan untuk alasan apa.

Ini murni kebodohannya.

Wajah letih Hera, tatapan lelah wanita itu dan suara lemahnya... semuanya adalah kesalahan Sean.

Dia yang tidak bisa memutuskan. Dia yang tidak bisa memilih. Dan dia yang tidak mau melepaskan diri.

Lalu untuk apa Hera bertahan?

Saat Sean hendak membuka suara, Hera tahu-tahu memajukan tubuhnya. Berjinjit, memeluk tengkuk Sean dan memberikan ciuman keras yang putus asa pada pria itu

Suara kesiap orang-orang terdengar, tapi Sean memutuskan untuk tidak peduli lagi lalu menutup matanya, memeluk pinggang Hera, memangut bibir wanita itu dan membalas ciumannya sama putus asanya.

Sesak dalam dada Sean semakin menjadi-jadi.

"Aku akan mengirimkan sudat perceraian kita." Ujar Hera, dia menarik wajahnya dan bernapas pada mulut Sean.

Dia menggenggam rahang pria itu, memberikan tekanan terakhir pada bibirnya kemudian memundurkan tubuh dengan napas terengah dan bibir yang sudah memerah.

"Aku tahu ini hanya perpisahan." Hera berkata dengan suara rendah.

"Tapi kuharap... kau akan bersedih setiap kali memikirkanku."

Dia menatap Sean yang terlihat kacau dengan lekat.

***
Enjoy!

Follow Sean & Hera on istagram!
@/Heratravoltra
@/Seanaldarict

With love.
nambyull

Continue Reading

You'll Also Like

40.8K 3.4K 63
[TAKE SERIES 2] Griz selalu merasa hidupnya beruntung. Apa yang dia inginkan selalu terwujud. Ketika bertemu dengan Ravin, dia langsung menginginkan...
4.1M 233K 45
Di dunia ini kita hanyalah boneka bagi yang berkuasa. Banyak hal yang tak terduga yang dapat mengubah semua ekpektasi dan rencana hidup kita. Akan t...
2.1M 17.3K 5
((BACA VERSI LENGKAPNYA DI APP DREAME : MIMIFAIRY, thanks)) "Kita sudah pernah ciuman sebelumnya, Na," ucap Jeka yang menatap gadis berambut sebahu i...
26.7K 1.4K 30
(Diterjemahkan dengan Google Translate.) Ketika dia membuka mata, dia berpakaian seperti menantu perempuan yang bertugas di militer pada tahun 1970-a...