at: 12am

By nambyull

3.8M 361K 48.2K

Dia menolak ku. Satu-satunya pria yang pernah menolakku, satu-satunya pria yang berani mendorongku menjauh... More

Prolog
• T R A I L E R •
am
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13 A
Chapter 13 B
Chapter 14 A
Chapter 14 B
Chapter 14 (Private vers.)
Chapter 15 (Private)
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28 (Private)
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 35 (Private+ vers.)
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40 - the wedding.
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70 [ END ]
Epilogue
Epilogue (Private vers.)
Special Chapter

Chapter 19

34.3K 4K 493
By nambyull

Vote and comment please.
BGM : DAY6 - Love Me or Leave Me
***

Hera bernafas.

Dia masih berusaha bernafas dengan benar agar dadanya yang terasa akan meledak, dari semenjak kedatangan wanita yang mau mati itu, berhenti mempermalukannya.

Satu kalipun Hera tidak pernah memprediksikan kemungkinan ini, tapi tubuhnya yang tiba-tiba berguncang hebat setelah jauh meninggalkan meja Sean, membuatnya terkejut.

Dia kesal, sangat kesal sampai tidak tahu harus melampiaskan perasaan busuk yang sedang menggerogotinya saat ini dengan apa.

Keberadaan Aileen Riyadhi, wanita yang jadi pemilik Sean itu menginjak-injak egonya. Menjengkelkannya, dan membuat Hera untuk pertama kali dalam hidup merasa tak berdaya, karena tidak bisa melakukan apapun untuk merebut apa yang dia inginkan jadi miliknya.

Padahal berada di jangkauan mata, padahal begitu dekat, padahal Sean saat inipun masih menatapnya dengan lekat... tapi Hera tidak bisa menyentuhnya, tidak bisa merampasnya.

Hera tidak bisa melewati batas yang terbentang begitu lebar diantara dia dan Sean. Batas yang selama ini dia coba lewati, dia pikir bisa dia tembus, batas yang bernama Aileen Riyadhi yang memiliki status jelas sebagai kekasih paling dicintai pria itu.

Ironi sekali.

Tiba-tiba saja egoisme Hera menggila karena menginginkan sosok Sean untuk dirinya sendiri.

"Katakan pada Yuna aku ada urusan, aku mau pulang duluan." Kata Hera.

Dia terburu-buru menghampiri meja Galaksi, Zihane dan Derek yang sudah duduk di meja VIP bagian yang lain setelah musik dansa selesai diputar.

"Tapi Hera, makan malamnya?"

Galaksi yang terkejut melihat Hera yang datang dengan wajah mengeras mencoba mencegah.

"Aku sudah kenyang."

Hera tidak menunggu untuk kemudian berbalik, berniat meninggalkan tempat itu sesaat sebelum Derek berdiri dan menahan lengannya.

"Tunggu!" Ujar Derek.

Hera menatap pegangan tangan Derek padanya dengan kesal, "Lepaskan aku."

"Kau mau melarikan diri?"

Hera mengernyitkan dahi.

"Bukan urusanmu."

"Bukankah kau bilang mau menunjukan padaku bagaimana mudahnya pria itu dipermainkan? Ada apa ini? Kenapa kau sudah menyerah hanya karena pria itu diam saja?"

Hera terdiam, dia tau bahwa perkataan Derek sepenuhnya benar, tapi dia tidak bisa menahan rasa kesal yang sudah membutakan seluruh tubuhnya setelah tadi melihat Sean dan Aileen bersama, secara langsung.

Hera benar-benar marah, dan karena dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu, Hera jadi semakin marah lagi.

"Kalau begitu, kau mau membantuku?" Tanya Hera.

"Apa?"

Wajah Derek kebingungan.

Hera mendekat, menyingkirkan jarak di antara mereka dan mengecup pipi Derek dengan cepat. Membuat beberapa orang yang sejak tadi melirik mereka membelalakan mata, terkejut.

"Peluk aku." Bisik Hera.

"Dia benci aku dekat dengan pria lain."

Derek melirik wajah dingin Hera dalam-dalam.
Wanita itu mungkin tidak sadar, tapi raut wajahnya saat ini terlihat penuh keputus asaan.

Ragu-ragu Derek menghela, segera memindahkan tangannya pada pinggang Hera dan menariknya ke dekapannya. Dia lalu menunduk pada cekungan leher Hera untuk menunjukan hubungan dekat mereka dan setuju mengikuti permainan yang diinginkan wanita itu.

"Cukup!"

Hanya butuh lima menit hingga apa yang direncanakan Hera terlaksana, lagi, untuk kesekian kalinya.

Sean yang sudah berdiri di belakang mereka merenggut paksa tangan Hera dari Derek, memisahkan mereka berdua dengan tergesah lalu segera membawa Hera untuk mengikuti langkah besarnya yang tidak sabaran.

"Lepaskan aku!"

Hera menyentakan tangannya dengan kuat dan melepaskan cengkraman Sean.

"Apa kau punya kebiasaan menyeret perempuan sesuka hatimu?"

Bisikan orang-orang di sekitar terdengar riuh. Sikap Sean yang seperti ini malah menimbulkan pertanyaan besar atas apa yang telah terjadi antara dirinya dan Hera.

Mereka tidak pernah menduga bahwa seorang Sean bisa-bisanya meninggalkan kekasihnya hanya untuk Hera.

"Kita harus bicara." Perintah Sean.

"Tidak mau."

"Hera!"

"Kenapa aku harus mengikutimu? Apa untungnya? Kau sadar kan, aku bukan kekasihmu. Kita tidak punya hubungan apapun, Sean Aldarict!"

Wajah Sean mengeras. Dia sudah sering mendengar perkataan itu diucapkan Hera, tapi setiap kali wanita itu mengatakannya lagi, emosi Sean memuncak seakan kalimat itu berhasil menyakitinya dan membuat dadanya terasa sesak karena terhimpit beban berton-ton lebih.

Kendati demikian, perkataan itu tidak salah, Hera tidak menyatakan kesalahan.

Sean memang tidak berhak melakukan hal seperti ini pada Hera, mereka memang tidak memiliki hubungan apapun, tidak ada satupun alasan untuk Sean merasa telah di khianati... dan Sean begitu membenci dirinya sendiri untuk semua alasan itu.

"Jika sikapmu seperti ini, orang-orang akan berpikir aku sedang berusaha merebutmu dari Aileen." kata Hera.

Suara-suara orang di sekitar menyahutinya setuju.

Dia melirik meja Sean di bagian belakang, penasaran, ingin sekali tahu ekspresi seperti apa yang ditunjukan oleh kekasih pria itu saat melihat kejadian memuakan seperti ini di depan matanya.

Tapi Hera justru mendapati meja yang sebelumnya Sean tempati sudah kosong, Aileen, kekasih pria itu tahu-tahu entah sudah pergi kemana.

"Dimana—"

"Sudah cukup."

Sean menyela Hera yang berniat bertanya. Pria itu kembali menarik tangannya dengan keras, mengabaikan semua orang disekitar yang lagi-lagi terkejut melihak ke-possessive-an Sean pada Hera, dan membawa wanita itu meninggalkan ruangan ballroom begitu saja.

***

Hera terseok-seok mengimbangi langkah besar Sean yang tanpa henti.

"Sean, tunggu!"

Dia beberapa kali mencoba menarik tangannya dan memperlambat langkahnya untuk menghentikan pria itu. Tapi Sean tampak tidak peduli, dia tetap menarik Hera dengan keras dan baru memelankan langkahnya ketika mereka sudah sampai di lorong belakang hotel yang terlihat jarang di lalui orang-orang.

"Lepas—"

Sean tiba-tiba mendorong Hera ke dinding lorong, memenjarakan wanita itu dalam kungkungannya dan menumpahkan bibirnya dengan rakus dalam satu waktu.

Melumat, menyesap dan begitu saja menelusupkan lidahnya di mulut Hera. Sean tidak bisa mengendalikan dirinya ketika keinginan itu mulai menguasai akal sehatnya.

"Engh." Hera melengguh.

Dia meremas jas Sean dengan erat karena tidak mengantisipasi.

Ciuman pria itu begitu menuntut, mendesak dan seakan memberikan Hera peringatan keras karena telah memancing kesabarannya, dia membuat jantung wanita itu jadi gemetaran hebat.

"Ku mohon." Sean menggeram dengan suara frustasi.

Dia mengeratkan kepalan tangannya pada dinding dan menggigit bibir bawah Hera tamak.

Sama sekali tidak meredahkan ciumannya, Sean justru memiringkan wajahnya, memanjukan tubuhnya, dan memperdalam ciuman mereka dengan sebelah lengan yang telah merenggut pinggang Hera agar semakin merekat padanya.

Dia lalu memberikan satu tekanan terakhir di bibir Hera sebelum menjauhkan sedikit wajahnya, menumpuhkan dahinya pada wanita itu dan menutup mata, mencoba mengembalikan akal seharnya.

"Hentikan sikap seperti ini, Hera. Aku tidak sesabar yang kau pikir." bisiknya.

Hera mengerjap dengan nafas tersenggal.

"Siapa yang menyuruhmu bersabar memangnya?"

Dia mendongak pada Sean yang tengah menutup matanya dengan nafas yang juga tersenggal.

Hera tanpa sadar menggigit bibir, bertanya pada dirinya sendiri, apakah dia harus mulai menghitung sudah berapa kali dia terjatuh dalam pesona pria ini atau mengabaikannya begitu saja?

"Aku akan tidur dengannya." Kata Hera pelan.

Membuat Sean langsung membuka mata dan menjauhkan diri darinya.

"Apa?"

"Itu yang mau kau tau kan?"

Sean mengernyitkan dahi tidak senang, sama sekali tidak mengerti apa yang sedang di pikirkan wanita di hadapannya ini.

"Apa kau sudah gila?!" Teriak Sean.

"Kenapa? Kau salah paham mengira aku adalah kekasih mu, lagi?"

Hera tersenyum dengan wajah dingin.

"Jangan naif Sean. Kau pikir hanya kau satu-satunya pria yang tidur denganku? Aku punya banyak pria yang sedang menungguku selesai denganmu."

"Kau!"

Sean menarik kedua lengan Hera dan mendorongnya pada dinding, lagi.

Hera tertawa, "Aku akui, aku memang berencana menjebak dan membuatmu jadi milikku. Tapi apa kau ingat perkataanmu saat makan malam kemarin?"

"Kau akan melamar dan menikahi wanita itu... yang berarti, aku akan berhenti mengejarmu."

Sean menggertakan rahangnya, "Apa?"

Dia tidak tahu, bahwa perkataan yang terdengar seperti wanita itu berniat menyerah atas dirinya, benar-benar bisa membuatnya kesal.

"Itu aturan mainnya. Aku bisa mengganggu kekasih orang lain, tapi aku tidak suka berurusan dengan pria yang sudah menikah." kata Hera.

Dia sengaja menarik bahu Sean mendekat dan mengecup cekungan lehernya.

"Karena pria menikah itu sangat merepotkan."

Hera menurunkan ciumannya pada leher depan Sean, kemudian jakunnya, lalu berakhir di kemeja putih dalam jas pria itu untuk menunjukan jejak lipsticks merah miliknya dengan sengaja.

"Tapi jika kau mau, penawaranku tentang bermain api di belakang kekasihmu, bisa saja berlaku."

Hera kembali tertawa, "Kau hanya perlu mendatangiku dan sedikit egois, dia tidak akan tau."

Dia mengakhiri kecupannya pada pipi Sean.

Hera lalu mendorong bahu pria yang tampak masih terdiam karena ucapannya itu untuk menjauh.

"Kau bisa memikirkannya selagi aku bersenang-senang dengan pria ku yang lain. Kau tau? Aku sudah tidak bermain dengan siapa-siapa sejak menginginkanmu. Itu melelahkan karena aku kan wanita yang selalu membutuhkan kehangatan." Kata Hera dengan wajah pura-pura lesu.

Sean malah mengangkat sudut bibirnya dan menyeringai. Dia menatap wanita di hadapannya ini dengan tatapan menggelap.

"Jalang." desisnya tidak terduga.

Membuat Hera untuk beberapa detik terkejut, namun segera mengganti ekspresinya dengan tawa pelan.

"Sekarang kau tau sedang berurusan dengan siapa, ya kan?"

***

With love,
nambyull

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 17.3K 5
((BACA VERSI LENGKAPNYA DI APP DREAME : MIMIFAIRY, thanks)) "Kita sudah pernah ciuman sebelumnya, Na," ucap Jeka yang menatap gadis berambut sebahu i...
574K 28.1K 57
Sederhananya ini adalah kisah tentang Bryan yang ditinggal menikah dan Laura yang gagal menikah.
2.3M 253K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2M 119K 18
Saira pernah mencintai Gara dan mereka sempat menjalin hubungan selama kurang lebih satu semester. Lama berpacaran, Saira tak sengaja tahu kalau pera...