30 days to be wife (new versi...

By bellaebbe

82.7K 6.6K 1.1K

[C O M P L E T E D] [Pindah di dreame] Berawal dari sebuah nasib sial, di mana Laras harus rela menjual tubuh... More

cast
prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
Pemain selanjutnya
14
15
16
17
18
19
20
21
Cuplikkan
22
23
Kutipan cinta
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38
39
40
41
42
43
44
45
Epiloge
*Special bonus*
*edisi rindu*
Lidipilih
kabar baik
cover
OPEN PO
How to order
Masih ada
E-book ada gak?
pindah ke dreame

37

1K 134 29
By bellaebbe

Sejak hari itu, Xavier selalu berangkat pagi sekali menuju rumah sakit. Dan ini sudah sepekan dia melakukan hal yang sama demi Laras.

Tapi kali ini sebelum tiba di rumah sakit, dia berniat untuk menyempatkan diri terlebih dahulu mengunjungi sebuah supermarket tak jauh dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Karena hari ini, dia berniat untuk memasakkan makan spesial ibu hamil untuk Laras.

"Yang mana ya? ini atau ini?" dia dibuat bingung saat melihat kedua produk sama dengan merek dagang yang berbeda tersebut.

Lalu setelahnya dia memutuskan memilih satu di antara semua produk tersebut, ia kembali berjalan ke arah jejeran rak produk lainnya. Hingga tak lama dia menepuk keningnya.

"Ah!! hampir saja terlupa, beli biskuit untuk ibu hamil." katanya saat teringat sesuatu.

Bahkan setibanya di sana, dia yang tidak terbiasa masuk ke dalam dapur rumah sakitpun. Kini menjadi rutin memasuki dapur tersebut.

Contohnya saja seperti pagi ini, waktu masih menunjukkan pukul 07.00 pagi.Tapi Xavier sudah berada di dapur rumah sakit tempatnya bekerja.

Dia juga sedang sibuk mencuci dan memotong beberapa sayuran yang tadi dia beli dari supermarket. Dia sudah bersiap untuk mulai membuatkan sarapan pagi Laras.

Tetapi tanpa disadari. Seorang petugas dapurpun yang baru saja tiba terkejut, melihat sesosok yang tidak biasanya datang ke dapur itu. Dia mengucak matanya berkali-kali, kemudian dia bergumam.

"Aku tidak salah lihat kan?" katanya sambil mengucak kedua matanya.

Dia menajamkan pengelihatannya, namun tak lama matanya membola. "D-do-dokter Xavier!"

Xavier menoleh, lalu dia tersenyum. "Apa yang dokter lakukan di sini?"

"Aku sedang memasak. Memangnya apalagi yang ku lakukan di sini?"

Petugas itu kebingungan, "Ah, dokter mau buat sarapan pagi ya. Kan bisa tunggu jadwal makan pagi seperti biasa."

"Tidak ini bukan untukku." Petugas itu mengerutkan alisnya.

"Lalu? untuk siapa?"

Xavier tersenyum lebar, "Untuk istri dan anakku yang ada di dalam perut istriku."

Petugas itu tercengang, mulutnya terbuka lebar. "Dokter Xavier punya anak lagi? Wah, selamat ya.. pasti ketua haritama sangat senang mengetahui nyonya Kristal akan segera melahirkan cucu kedua."

Bugh!

Xavier memukul petugas itu dengan sudit, "kau ini. Bukan Kristal! Tapi Laras. Istriku."

Petugas itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Opps, saya lupa. hehe.."

"Sudah sana pergi jangan ganggu saya," usir Xavier.

Petugas itu mencebik tak suka, "iya, ya.. saya pergi, tapi saya dibagi atuh. Saya kan juga mau cobain masakan dokter tampan Xavier."

"Kau mau kupukul lagi." Xavier mengangkat suditnya kembali.

Melihat, ekspresi Xavier seperti itu. Petugas tersebut berlari kocar-kacir, sambil berteriak. "Maafkan aku Dokter tampan!"

3 jam berlalu, kini Xavier bisa bernapas lega. Sebab selama kurang dari 3 jam, dia berkutat seorang diri di dapur. Dia menyeka keringatnya yang bercucuran dikeningnya.

Lalu setelahnya, dia tersenyum puas dan berbangga pada dirinya sendiri, sebab makan yang dia buat untuk Laras dan calon anaknya sudah tersedia.

"Ah.. jadi, semoga Laras menyantapnya sampai habis." Suster Miya datang.

Dia tersenyum jail, "wah coba dari dulu seperti ini. Saya yakin, pasti semua suster dan Dokter wanita yang bekerja di sini, bakalan rajin datang pagi hanya untuk mengantri sarapan di depan sana." Godanya.

Xavier mendengus tak senang, "Tidak mungkin aku akan melakukan itu. Aku seperti ini hanya untuk Laras dan calon anak kami."

Suster Miya mengangguk, "apa ini sarapan yang harus aku bawa lagi untuk wanita itu."

Xavier mengangguk dengan mata berbinar, "Tidak ah. Masa saya terus. Panggil suster yang lain saja."

Saat suster Miya hendak melangkah pergi Xavier mencegagnya, "Please, hanya suster yang bisa bantu saya. Nanti kalau suster muda yang membawanya dia akan mengamuk."

Xavier memberikan wajah imutnya diakhir kata. Berharap ekspresi itu mampu meluluhkan hati sang suster cantik tersebut.

Hingga tak lama, "Ck, wah.. aku tak percaya selama saya menjadi suster. Baru kali ini, seorang Dokter yang dingin dan tak berperasaan kepada pasien seperti anda. Mampu lekakukan aegyo dihadapan saya hanya untuk sang istri."

Suster Miya menggelengkan kepalanya, "Please.." ucap Xavier.

"Huft.. baiklah, aku akan membawakan sarapan untuknya. Eh, tapi sampai kapan aku akan menyembunyikan hal ini. Kau tau, 2 hari yang lalu juga bertanya padaku kenapa aku terus saja membuatkan susu hamil untuknya padahal Dokter tomy tidak pernah memberikan resep susu ibu hamil di dalam dafta menu makanannya."

Xavier terdiam sejenak, "lalu suster bilang apa?"

"Ya, saya bilang saja ini inisiatif saya. Karena saya merasa kasian padanya. Tapi bagaimana jika dia kembali bertanya, apa yang harus aku jawab."

Tangan Xavier begerak mengetuk-ketuk meja dapur. Ya, dia sadar sepandai apapun dia menyembunyikannya pasti akan ketahuan juga oleh Laras suatu saat nanti.

Tapi dia masih belum siap, respon apa yang akan dia lihat dari wanita itu.

"Dokter Xavier," Xavier mendongak saat mendengar panggilan dari suster Miya.

Sebelum menjawab, Xavier menghebuskan napas beratnya. "Beritahu saja yang sebenarnya. Jika nanti dia bertanya lagi."

"Apa kau sudah siap untuk melihat responnya nanti?"

Xavier mengangguk ragu, namun jika dipikir kembali. Hari itu akan tiba. Jadi, siap tidak siap, dia harus hadapi hari itu.

Setidaknya, seminggu belakangan ini sudah banyak nutrisi dan gizi yang masuk ke dalam perut wanita itu untuk bayinya.

Jadi untuk apalagi dia harus khawatir. Suster Miya tersenyum, "yasudah. Kalau begitu saya bawa sarapan ini dulu."

"Tunggu dulu," ucapnya.

Xavier berjalan mendekat saat suster Miya hendak membawa sarapan itu menuju kamar inap Laras. "ada apa dok?"

Tak lama ia mengambil alih nampan tersebut lalu berkata, "saya ingin mencoba memberikannya secara langsung."

"Baiklah.. Semangat Dokter!"

Setelahnya, Xavier berjalan menuju kamar inap Laras. Dengan hati yang berdebar tak karuan. Dia mencoba untuk tetap tenang agar tidak menumpahkan seluruh masakkan yang telah dia siapkan.

Karena sejujurnya tanganya gemetar hebat. Saat tiba di depan kamar inap Laras. Perlahan Xavier menggeser pintu itu dengan bokongnya, dia tersenyum sejenak saat melihat Laras yang masih tertidur memunggunginya.

Dengan hati-hati dia menaruh nampan tersebut, "Apa yang sust--" ucapnya terhenti saat menyadari bukan suster Miya yang datang.

Laras bangkit dari posisi tidurnya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"A-aku hanya ingin membawakanmu sarapan." Laras melirik ke arah nampan itu.

"Aku tidak mau memakannya. Aku tahu kau pasti menaruh racun di sana? iyakan?"

Xavier terkejut, "Apa yang baru saja kau katakan."

"Aku bilang kau pasti memasukkan obat di dalam makanan itu!"

Xavier tertawa sumbang, "hahaha.. sebegitunyakah kau benci padaku. Sampai kau berpikir aku memasukkan sesuatu ke dalam makananmu?!"

"Kau itu pria jahat, Xavier. Dan aku tahu itu!"

Xavier mengepalkan tanganya, namun sedetik kemudian dia menghela napasnya. Ya, dia tidak boleh emosi saat ini.

Dia sudah mempelajarinya dari internet akan perubahan mood seorang ibu hamil. Jadi dia harus bisa tenang untuk menghadapi kemarahan Laras kapanpun.

"Kalau kau tidak percaya. Baik. Akan ku habiskan makanan ini dihadapanmu secara langsung. Jika aku memasukkan obat atau racun ke dalam makanan ini, maka tak berselang lama aku akan mati. dihadapanmu."

Xavier berjalan mendekat, lalu dia mulai membuka penutup makanan itu. Dan mulai mengambil sesendok makanan tersebut ke dalam mulutnya, tapi saat sendok itu hampir mengenai mulutnya, Laras berkata.

"Tunggu! jangan dimakan. Aku, aku mau, biarkan aku yang akan memakannya." Setelah itu dia memalingkan wajahnya.

Xavier tersenyum, kemudian dia menaruh nampan tersebut di atas meja tak jauh dari Laras. "Kalau begitu, aku pergi dulu."

Tap!

Tangan Xavier dicekal oleh Laras. "Ada apa?"

Laras menggigit bibir bawahnya, "Heum.. suapi aku." gumamnya pelan namun masih bisa di dengar.

Xavier tercengang, apa? dia tidak salah dengarkan. Laras memintanya untuk disuapi. Sungguh! mimpi apa dia semalam.

Ciee.. ada yang udah minta disuapin manja nih ama cuami.. 😂😂

maaf ya, atas keterlambatan ku. Happy reading..

Continue Reading

You'll Also Like

348K 21.6K 40
Agnia tak menyangka, hubungan yang terjalin lebih dari sepuluh tahun kandas dalam waktu beberapa detik bahkan dengan satu kata. *** Agnia Pras Rysa...
CRUSH By 📝

Fanfiction

9.7K 2.2K 24
Kisah klasik Biru dan Chanka.
4.2K 891 26
Sejak menjadi murid di SMA Sarasvati, Kalani sudah mengagumi Baskara, kakak kelas satu tingkat di atasnya. Rasa kagumnya bertambah bahkan berubah men...
1.6K 203 7
Semoga suka yahh and janlup vote makasihh kalo rame lanjutt