Vote and comment please.
BGM : Day6 - Sweet Chaos
***
Hera menghela nafas panjang, sudah hampir setengah jam dia memandangi kaca toilet tempatnya memperbaiki penampilan dengan perasaan yang terasa begitu aneh.
Aneh karena... dia merasa ada yang tidak beres dalam kepalanya sampai-sampai dia terus mencari apa maksudnya tatapan Sean yang menatapnya saat bersama Galaksi, dan mengapa Hera menganggap bahwa itu bukan hal yang pantas untuk membuat dia merasa menang.
Sialan!
"Apa kau sudah gila? Sadarlah, pria itu adalah musuhmu! Dia bahkan tidak pernah memperdulikanmu!" Hera bergumam, menyadarkan dirinya sendiri.
Jelas, dia sadar bahwa orang brengsek itu lah yang bertanggung jawab atas segala masalah yang di pembuatnya saat ini.
Jika saja ayahnya tidak membela dia, Hera tidak perlu memaksa Galaksi berpura-pura untuk menjadi kekasihnya, tidak perlu terang-terangan menentang ayahnya, dan tidak perlu berciuman di depan umum hanya agar mengacaukan rencana ayahnya yang mencoba menjodohkannya.
Meski Hera tidak akan menyangkal, bahwa dia sebelum ini sudah pernah melakukan semua hal itu untuk kesenangannya tersendiri.
Tapi tetap saja, melihat pria itu baik-baik saja seolah hanya Hera saja yang merasa terugikan dalam masalah ini benar-benar membuatnya kesal.
Pria itu memang terlihat terganggu setiap melihat Hera bersama pria lain, berciuman atau apapun... tapi dia bahkan tidak bereaksi.
Dia tidak peduli atau merasakan apapun bahkan setelah tau bahwa Hera dan dirinya berdua sudah pernah berciuman.
Hera menghela, mengumpati pria itu sama sekali tidak ada gunanya... apa yang sebenarnya dia harapkan?
Pria itu tidak akan memperdulikannya.. seperti kata Yuna, pria bodoh itu begitu mencintai kekasihnya bahkan sampai tahap paling tidak waras... jadi kenapa Hera terus-terus memancingnya seperti itu? Membuang-buang tenaga saja.
Hera memutuskan untuk keluar dari toilet beberapa saat kemudian, setelah begitu lama berpikir di dalam sana.
Dia membuka pintu dan mendadak terkejut mendapati satu-satunya orang yang membuatnya sangat amat kesal malam ini tahu-tahu berdiri didepan toilet, bersidekap dan menatapnya dengan pandangan dongkol.
"Apa yang kau lakukan disini?" Hera mengernyit cukup terkejut.
Pria itu tidak menjawab, dia hanya berjalan mendekati Hera, menarik tangan wanita itu tanpa memperdulikan bantahan apapun kemudian berjalan terburu-buru menuju ke suatu tempat.
"Aw! Sean jangan berjalan terlalu cepat!" Hera berteriak kesal.
Mengikuti langkah panjang pria itu dengan dress dan heels bukanlah sebuah pilihan yang baik, apalagi Sean sama sekali tidak peduli apapun yang dikeluhkan Hera.
Seperti yang sudah seharusnya, pria keras kepala itu selalu melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memikirkan apapun atau siapapun.
Pria menyebalkan!
Setelah membuat Hera berjalan sedikit terseok, akhirnya Sean menghentikan langkahnya di halaman samping rumah Romeo Arvino. Dia lantas melepaskan genggaman tangannya pada Hera, memasukan kedua tangannya dalam saku celana dan menatap Hera dengan tatapan dongkol yang bahkan tidak ingin ditutup-tutupi lagi.
"Ibumu harus tau bahwa selain keras kepala, kau juga pria yang sangat kasar." Ketus Hera setelah memperbaiki heelsnya.
Tapi Sean bahkan tidak peduli, dahi pria itu berkerut, dia menatap Hera dengan raut wajah dan mulut yang menutup dengan begitu keras.
"Apa maksudmu?" Tanyanya langsung.
Hera mengernyit tidak mengerti, "Apa maksudku, apa? Aku datang karena undangan."
Sean masih menatap Hera lekat, tidak ada perubahan ekspresi apapun pada wajahnya.
"Kau lebih murahan dari yang ku pikir."
Hera benar-benar terkejut saat Sean mengucapkan kalimat itu, dia membutuhkan beberapa saat untuk mengendalikan dirinya dan mulai tertawa sarkastis.
"Really? Wow, that's so rude."
Sean kembali melanjutkan perkataannya tanpa merasa bersalah.
"Menggoda siapapun, berganti pria setiap hari, berciuman dimanapun... kau pikir kau ini apa? Pelacur?"
Meski terkejut, namun mendengar perkataan Sean sama sekali tidak mempengaruhin Hera karena jauh sebelum hari ini dia sudah pernah dengar yang lebih parah dari itu, mengenai dirinya.
Hera mengangkat bahunya asal, "Entahlah... aku hanya apa yang dipikirkan orang lain."
"Juga, aku tidak akan membantah semua perkataanmu barusan. Aku akui, aku memang tidak pernah suka menetap pada satu orang. Menghabiskan waktu dalam sebuah hubungan hanyalah sebuah omong kosong bagiku."
Hera bersandar pada dinding dengan kedua tangan yang saling bersidekap, tersenyum miring, dia meneliti Sean dengan alis terangkat.
"Lalu kau sendiri apa? Pria yang memiliki kekasih dan berpikir sangat mencintainya, tapi berkata menginginkan wanita lain dan berciuman dengannya?"
Terdiam, perkataan Hera menelak Sean hingga membuatnya tidak bisa sedikitpun menjawab. Dia bahkan tidak tercegah mengepalkan tangannya marah dan mengeratkan rahangnya kesal.
"Jangan bodoh Sean." Decih Hera.
"It's just a kiss. Aku bisa berciuman dengan siapapun yang ku suka. Kau tidak berhak melarangku." Tambahnya santai, memperlihatkan bahwa apa yang dikatakannya adalah apa yang sebenarnya terjadi.
Wanita itu menegakan tubuhnya, kembali menatap remeh Sean lalu tersenyum mencemooh.
Dia berbalik, benar-benar baru saja berniat untuk meninggalkan pria itu saat tidak ada yang menduga bahwa Sean akan tiba-tiba akan menarik lengannya, mendorongnya ke dinding dan membungkam tubuhnya dengan ciuman keras.
Hera terdiam, kepalanya mendadak berhenti bekerja dengan tangan yang tertahan di bahu pria itu.
Ini dia!
Dalam kepalanya berteriak marah.
Ini dia hal bodoh yang selalu saja terjadi!
Kenapa Hera tidak bisa membuat tubuhnya menolak Sean barang satu kalipun? Kenapa tubuh Hera seakan memiliki kendali sendiri yang bertentangan dengan akal sehatnya jika Sean sudah membuatnya terperangkap seperti ini? Kenapa.. Kenapa Hera begitu tidak memiliki kemampuan untuk mencegah hal ini terjadi?
Sialan!
Jantung Hera bekerja tanpa kendali, membuatnya seakan lumpuh tanpa bisa melakukan apapun karena kuluman pria itu mengerat dan memenjarakannya.
Napas Hera terhenti, dia reflek menutup matanya dengan erat ketika pinggangnya tertarik mendekat, menghabiskan jarak apapun yang menghalangi tubuhnya dengan Sean.
Tangan pria itu menggenggam punggungnya, tengkuknya, wajahnya... dimana-mana, seolah pria itu tidak bisa mengendalikan dirinya dari kegilaan yang terjadi di dalam kepalanya ketika untuk kedua kalinya dia melihat wanita ini berada di pelukan pria lain.
Hera meremas bahu Sean, merasakan tubuhnya sendiri kehilangan kendali pada ciuman itu.
Dari balik kesadaran wanita itu, dia tau dia sama bodohnya dengan Sean, berkata dia bahkan tidak sudi bertemu dengan pria itu tapi nyatanya dia menginginkannya... dia menginginkan pria itu untuknya.
Hera menginginkan Sean menjadi miliknya.
Kedua orang bodoh!
Hera mendongak, mengulurkan tangannya pada rahang Sean, melengguh, membiarkan Sean membawanya pada ciuman mereka yang semakin mendalam dengan lumatan yang saling menginginkan.
Sean menggigit bibir bawah Hera, memberikan tekanan pelan pada bibir wanita itu kembali, kemudian menarik wajahnya.
"Kuperingatkan kau." desisnya.
"Jangan pernah mempermainkanku."
***
Enjoy!
—We are in chaos... sweet chaos.
with love,
nambyull