at: 12am

By nambyull

3.8M 361K 48.2K

Dia menolak ku. Satu-satunya pria yang pernah menolakku, satu-satunya pria yang berani mendorongku menjauh... More

Prolog
• T R A I L E R •
am
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13 A
Chapter 14 A
Chapter 14 B
Chapter 14 (Private vers.)
Chapter 15 (Private)
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28 (Private)
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 35 (Private+ vers.)
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40 - the wedding.
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70 [ END ]
Epilogue
Epilogue (Private vers.)
Special Chapter

Chapter 13 B

39K 4.3K 313
By nambyull

Vote and comment please.
BGM : Day6 - Sweet Chaos
***

Hera menghela nafas panjang, sudah hampir setengah jam dia memandangi kaca toilet tempatnya memperbaiki penampilan dengan perasaan yang terasa begitu aneh.

Aneh karena... dia merasa ada yang tidak beres dalam kepalanya sampai-sampai dia terus mencari apa maksudnya tatapan Sean yang menatapnya saat bersama Galaksi, dan mengapa Hera menganggap bahwa itu bukan hal yang pantas untuk membuat dia merasa menang.

Sialan!

"Apa kau sudah gila? Sadarlah, pria itu adalah musuhmu! Dia bahkan tidak pernah memperdulikanmu!" Hera bergumam, menyadarkan dirinya sendiri.

Jelas, dia sadar bahwa orang brengsek itu lah yang bertanggung jawab atas segala masalah yang di pembuatnya saat ini.

Jika saja ayahnya tidak membela dia, Hera tidak perlu memaksa Galaksi berpura-pura untuk menjadi kekasihnya, tidak perlu terang-terangan menentang ayahnya, dan tidak perlu berciuman di depan umum hanya agar mengacaukan rencana ayahnya yang mencoba menjodohkannya.

Meski Hera tidak akan menyangkal, bahwa dia sebelum ini sudah pernah melakukan semua hal itu untuk kesenangannya tersendiri.

Tapi tetap saja, melihat pria itu baik-baik saja seolah hanya Hera saja yang merasa terugikan dalam masalah ini benar-benar membuatnya kesal.

Pria itu memang terlihat terganggu setiap melihat Hera bersama pria lain, berciuman atau apapun... tapi dia bahkan tidak bereaksi.

Dia tidak peduli atau merasakan apapun bahkan setelah tau bahwa Hera dan dirinya berdua sudah pernah berciuman.

Hera menghela, mengumpati pria itu sama sekali tidak ada gunanya... apa yang sebenarnya dia harapkan?

Pria itu tidak akan memperdulikannya.. seperti kata Yuna, pria bodoh itu begitu mencintai kekasihnya bahkan sampai tahap paling tidak waras... jadi kenapa Hera terus-terus memancingnya seperti itu? Membuang-buang tenaga saja.

Hera memutuskan untuk keluar dari toilet beberapa saat kemudian, setelah begitu lama berpikir di dalam sana.

Dia membuka pintu dan mendadak terkejut mendapati satu-satunya orang yang membuatnya sangat amat kesal malam ini tahu-tahu berdiri didepan toilet, bersidekap dan menatapnya dengan pandangan dongkol.

"Apa yang kau lakukan disini?" Hera mengernyit cukup terkejut.

Pria itu tidak menjawab, dia hanya berjalan mendekati Hera, menarik tangan wanita itu tanpa memperdulikan bantahan apapun kemudian berjalan terburu-buru menuju ke suatu tempat.

"Aw! Sean jangan berjalan terlalu cepat!" Hera berteriak kesal.

Mengikuti langkah panjang pria itu dengan dress dan heels bukanlah sebuah pilihan yang baik, apalagi Sean sama sekali tidak peduli apapun yang dikeluhkan Hera.

Seperti yang sudah seharusnya, pria keras kepala itu selalu melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memikirkan apapun atau siapapun.

Pria menyebalkan!

Setelah membuat Hera berjalan sedikit terseok, akhirnya Sean menghentikan langkahnya di halaman samping rumah Romeo Arvino. Dia lantas melepaskan genggaman tangannya pada Hera, memasukan kedua tangannya dalam saku celana dan menatap Hera dengan tatapan dongkol yang bahkan tidak ingin ditutup-tutupi lagi.

"Ibumu harus tau bahwa selain keras kepala, kau juga pria yang sangat kasar." Ketus Hera setelah memperbaiki heelsnya.

Tapi Sean bahkan tidak peduli, dahi pria itu berkerut, dia menatap Hera dengan raut wajah dan mulut yang menutup dengan begitu keras.

"Apa maksudmu?" Tanyanya langsung.

Hera mengernyit tidak mengerti, "Apa maksudku, apa? Aku datang karena undangan."

Sean masih menatap Hera lekat, tidak ada perubahan ekspresi apapun pada wajahnya.

"Kau lebih murahan dari yang ku pikir."

Hera benar-benar terkejut saat Sean mengucapkan kalimat itu, dia membutuhkan beberapa saat untuk mengendalikan dirinya dan mulai tertawa sarkastis.

"Really? Wow, that's so rude."

Sean kembali melanjutkan perkataannya tanpa merasa bersalah.

"Menggoda siapapun, berganti pria setiap hari, berciuman dimanapun... kau pikir kau ini apa? Pelacur?"

Meski terkejut, namun mendengar perkataan Sean sama sekali tidak mempengaruhin Hera karena jauh sebelum hari ini dia sudah pernah dengar yang lebih parah dari itu, mengenai dirinya.

Hera mengangkat bahunya asal, "Entahlah... aku hanya apa yang dipikirkan orang lain."

"Juga, aku tidak akan membantah semua perkataanmu barusan. Aku akui, aku memang tidak pernah suka menetap pada satu orang. Menghabiskan waktu dalam sebuah hubungan hanyalah sebuah omong kosong bagiku."

Hera bersandar pada dinding dengan kedua tangan yang saling bersidekap, tersenyum miring, dia meneliti Sean dengan alis terangkat.

"Lalu kau sendiri apa? Pria yang memiliki kekasih dan berpikir sangat mencintainya, tapi berkata menginginkan wanita lain dan berciuman dengannya?"

Terdiam, perkataan Hera menelak Sean hingga membuatnya tidak bisa sedikitpun menjawab. Dia bahkan tidak tercegah mengepalkan tangannya marah dan mengeratkan rahangnya kesal.

"Jangan bodoh Sean." Decih Hera.

"It's just a kiss. Aku bisa berciuman dengan siapapun yang ku suka. Kau tidak berhak melarangku." Tambahnya santai, memperlihatkan bahwa apa yang dikatakannya adalah apa yang sebenarnya terjadi.

Wanita itu menegakan tubuhnya, kembali menatap remeh Sean lalu tersenyum mencemooh.

Dia berbalik, benar-benar baru saja berniat untuk meninggalkan pria itu saat tidak ada yang menduga bahwa Sean akan tiba-tiba akan menarik lengannya, mendorongnya ke dinding dan membungkam tubuhnya dengan ciuman keras.

Hera terdiam, kepalanya mendadak berhenti bekerja dengan tangan yang tertahan di bahu pria itu.

Ini dia!

Dalam kepalanya berteriak marah.

Ini dia hal bodoh yang selalu saja terjadi!

Kenapa Hera tidak bisa membuat tubuhnya menolak Sean barang satu kalipun? Kenapa tubuh Hera seakan memiliki kendali sendiri yang bertentangan dengan akal sehatnya jika Sean sudah membuatnya terperangkap seperti ini? Kenapa.. Kenapa Hera begitu tidak memiliki kemampuan untuk mencegah hal ini terjadi?

Sialan!

Jantung Hera bekerja tanpa kendali, membuatnya seakan lumpuh tanpa bisa melakukan apapun karena kuluman pria itu mengerat dan memenjarakannya.

Napas Hera terhenti, dia reflek menutup matanya dengan erat ketika pinggangnya tertarik mendekat, menghabiskan jarak apapun yang menghalangi tubuhnya dengan Sean.

Tangan pria itu menggenggam punggungnya, tengkuknya, wajahnya... dimana-mana, seolah pria itu tidak bisa mengendalikan dirinya dari kegilaan yang terjadi di dalam kepalanya ketika untuk kedua kalinya dia melihat wanita ini berada di pelukan pria lain.

Hera meremas bahu Sean, merasakan tubuhnya sendiri kehilangan kendali pada ciuman itu.

Dari balik kesadaran wanita itu, dia tau dia sama bodohnya dengan Sean, berkata dia bahkan tidak sudi bertemu dengan pria itu tapi nyatanya dia menginginkannya... dia menginginkan pria itu untuknya.

Hera menginginkan Sean menjadi miliknya.

Kedua orang bodoh!

Hera mendongak, mengulurkan tangannya pada rahang Sean, melengguh, membiarkan Sean membawanya pada ciuman mereka yang semakin mendalam dengan lumatan yang saling menginginkan.

Sean menggigit bibir bawah Hera, memberikan tekanan pelan pada bibir wanita itu kembali, kemudian menarik wajahnya.

"Kuperingatkan kau." desisnya.

"Jangan pernah mempermainkanku."

***
Enjoy!

—We are in chaos... sweet chaos.

with love,
nambyull

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 121K 44
VERSI LENGKAP TERSEDIA DALAM BENTUK PDF Tentang Anggara yang meratapi penyesalannya, dan tentang Indira yang berusaha membangun hidup barunya.
902K 43.6K 46
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
19K 1K 24
Rara Farenza Az-Zahra merupakan mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah di Jepang. Ia diculik oleh sekelompok pria tak dikenal dan dijual untuk d...
182K 12.2K 26
"Gak capek apa, musuhan mulu kita?" tanya seorang remaja bernama Kaishakar Jeananta Leonard pada laki-laki disebelahnya. "Enggaklah, kan musuhannya...