Just You (Bradley Simpson)

By itscutieoreo

5.1K 556 73

[Written in bahasa] All I have just you More

PROLOGUE
CHAPTER 1 - See You in New York
CHAPTER 2 - Say Goodbye
CHAPTER 3 - Arrived
CHAPTER 4 - Not as Sweet as You Are
CHAPTER 5 - Just a Lucky Girl
CHAPTER 6 - Stranger Man
CHAPTER 7 - Don't Leave Me Again
CHAPTER 8 - I Won
CHAPTER 9 - May I Have Your Eyes?
CHAPTER 10 - I'll Begin My Game
CHAPTER 11 - Hurt, But That's Okay
CHAPTER 12 - He Said I'm Beautiful
CHAPTER 13 - Night Talk
CHAPTER 14 - Who Are You?
CHAPTER 15 - Lies
CHAPTER 16 - Forgive Me
CHAPTER 17 - Fear
CHAPTER 18 - The Same Feeling
CHAPTER 19 - Cupcake
CHAPTER 20 - Kiss and Tell
CHAPTER 21 - Threats Haunt Me
CHAPTER 22 - Threats Haunt Me (2)
CHAPTER 23 - Bad Day
CHAPTER 24 - When You Ignore Me
CHAPTER 25 - Coming Home
CHAPTER 26 - Ask You in 443 ft
CHAPTER 27 - Jealousy
CHAPTER 29 - This is Insane
CHAPTER 30 - Fucked Up
CHAPTER 31 - Kindest Person
CHAPTER 32 - Appreciate
CHAPTER 33 - This Silence
CHAPTER 34 - Voices
CHAPTER 35 - Cruel
CHAPTER 36 - By Your Side
CHAPTER 37 - Puzzle
CHAPTER 38 - Violet
CHAPTER 39 - Hometown
CHAPTER 40 - Unconditionally

CHAPTER 28 - Desire

250 13 8
By itscutieoreo

WARNING !!!

Brad's POV

Berdiri diambang pintu, aku memandangi gadisku yang tengah sibuk di depan kaca riasnya. Sialan, ia terlihat begitu cantik dan menawan dengan gaunnya. Apalagi gaun yang sedang ia kenakan sangat memperlihatkan lekuk tubuh indahnya. Damn ia sangat seksi.

Ia belum menyadari keberadaanku, lalu seketika sudut bibirku tertarik membentuk lengkungan senyum ketika kuperhatikan sesekali ia memutar tubuhnya memastikan jika tampilannya sudah sempurna. Kau sudah cantik sayang, batinku.  

"Sayang, aku butuh bantuanmu, aku memiliki masalah dengan dasiku?" Ucapku tiba-tiba yang membuatnya terperanjat lalu menoleh kearahku. Sedetik kemudian wajah keterkejutannya berganti dengan senyuman manisnya. Oh, bahkan hanya dengan tersenyum bisa membuat hatiku terasa hangat. Akupun melangkah mendekatinya

"Kau selalu saja memiliki masalah dengan dasimu, tsk dasar bodoh, membuat simpul pada dasi saja tidak bisa" Ujarnya seiring tangannya bergerak di depan dadaku membentuk sebuah simpul pada dasiku. Oh ia benar, aku memang bodoh dalam hal ini. Tapi apa peduliku? Ini bukan hal penting bagiku.

"Kalau begini, kau pakai gaun saja jadi kau tak perlu berurusan dengan yang namanya dasi" ujarnya yang membuatku seketika membulatkan kedua mataku.

"Are you kidding me?" Hal tersebut malah membuatnya tertawa sangat kencang.

"No, I'm seriously babe. Tidak ada salahnya jika kau mencobanya terlebih dahulu"

Aku memutar bola mataku kesal dan ia malah semakin tertawa dengan kencang. Puas kau sayang!!! Untung aku mencintaimu, jadi apa daya yang bisa kulakukan selain menciumnya tanpa ampun hingga ia menyesali telah menggodaku.

"Aku tidak peduli, karena nanti dan seterusnya bahkan selamanya hanya kau alias istriku yang akan selalu membantuku dengan masalah dasiku" Aku bisa melihat seketika kedua pipinya merona. Oh, sungguh, betapa menggemaskannya gadisku ini.

"Oh Bradley, kau sudah beralih profesi eh? Menjadi si tuan peramal?"

"Tidak. Aku serius sayang, aku berfikir jika kau ini jodohku"

Ia justru terkekeh geli sebagai responnya. Eh? Whats wrong with me? Kupikir apa yang kukatakan ini benar. Ya, sejak awal, hanya Summer-lah gadis satu-satunya yang kuinginkan. Dan kini aku telah mendapatkannya kendati aku harus melewati jalan yang berliku-liku terlebih dahulu untuk kami bisa seperti ini.

Summer menarik tangannya dariku ketika ia telah menyelesaikan membuat simpul pada dasiku. Aku melirik tampilanku pada sebuah kaca. Well, gadisku memang pintar.

"Brad, kita tidak tahu rencana Tuhan selanjutnya" Aku mengalihkan pandanganku kearahnya seraya mengernyitkan dahiku.

"Kenapa kau berbicara seperti itu? Kau tak ingin menjadi istriku?" Ia tersenyum manis.

"Bukan begitu Brad. But we don't know, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya"

Tanganku beralih kepinggangnya lalu merengkuhnya sehingga membuat tubuhnya menempel denganku. Aku menatap mata biru miliknya yang sungguh dapat membuatku tenang.

"Aku tidak peduli itu. But promise me, apapun yang akan terjadi pada kita selanjutnya, tetaplah bersamaku dan aku yakin jika kita bisa menyelesaikannya bersama, karena aku tak mau jauh darimu apalagi kehilanganmu"

Ia kembali tersenyum manis tetapi seraya menarik satu alisnya keatas seolah menggodaku. Dengan begitu tanganku bergerak dengan cepat menangkup wajahnya lalu menariknya dan dengan seketika bibir kami saling bertemu. Aku menciumnya tanpa ampun.

"Ini yang kau dapatkan jika kau menggodaku" Ucapku disela ciuman kami.

"Kau kejam tuan" balasnya.

"Begini-begini tapi kau tetap mencintainya kan?" Godaku dan seketika ia mencubit dadaku lalu mendorong tubuhku. Tetapi tanganku lebih kuat darinya, jadi aku bisa mengunci pergerakannya lalu kembali mengecup lembut bibirnya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk dirinya membalasku. Tangannya sudah mengalung di leherku, melumat bibirku dengan lembut.

"I love you babe" Ujarku di sela-sela ciuman kami dan sesekali aku menggigit bibir bawahnya.

"I love mpphhh" Aku mendengar indahnya suara desahannya ketika pergerakan bibirku mulai turun ke leher jenjangnya dan membuat tanda kepemilikan disana. Kurasa aku sudah gila. Ciuman hangat kami sudah berubah menjadi ciuman penuh nafsu.

Tanganku yang sebelah sudah mulai nakal dan mulai berani menggerayangi dadanya sedangkan bibirku masih bergerak di lehernya. Matanya memejam seiring kepalanya menengadah.

"Brad... ahh.. henti... kan mpphh"

Aku menikmati suara desahannya ketika aku kembali membuat tanda kepemilikan di sekitar dadanya. Tangan Summer mulai menelusup di rambutku yang membuatku semakin menggila.

"Mpphh" ia kembali mendesah ketika tanganku berhasil menjangkau dadanya lalu meremasnya dengan perlahan. Sialan, adikku sudah mulai menegang di bawah sana. Aku menginginkannya. Dammit, aku membayangkan jika milikku berada di dalamnya sekarang juga.

Tanganku lalu beralih hendak menurunkan tali pada gaunnya agar mempermudahkanku untuk lebih menjangkau dadanya, tetapi ia menahan pergerakan tanganku yang belum sempat menyentuhnya.

"Cukup. Jangan sampai kau merusak riasanku dan kurasa lebih baik kita berangkat sekarang"

Aku menggeram kesal ketika aktivitas menggairahkan kami harus terhenti gara-gara acara sialan itu. oh sialan, padahal satu langkah lagi mungkin aku dan Summer akan berakhir di ranjang.

"Kita tidak perlu menghadirinya, lagipula acara itu tidak penting"

"Hei jangan mentang-mentang kau ini bosnya, kau jadi bersikap seenaknya"

"Tsk baiklah, tapi setelah ini kita harus melanjutkannya"

"Eh? Melanjutkan?" Raut wajahnya menampakkan wajahnya yang begitu polos. Oh hentikan Summer, kau membuatku semakin tak sabar untuk memasukimu.

"Oh, sayang, tentu saja aktivitas kita yang tertunda tadi"

Detik itu pula ia membelalakan kedua matanya yang membuatku terkekeh geli. Tapi disaat itu pula aku juga melihat rona merah pada pipinya. Bukankah itu tanda-tanda jika ia tidak menolaknya? Well semoga saja.

"Baiklah sayang, aku menunggumu di ruang tengah" Aku mencium pipinya sekilas, dengan begitu aku memutar tumitku lalu berjalan ke ruang tengah dan membiarkan Summer untuk merapihkan tampilannya setelah apa yang kuperbuat padanya tadi.

***

Begitu Paul menghentikan mobil kami tepat di depan sebuah hotel dimana acara makan malam tersebut diadakan, aku kembali melirik gadisku. Kali ini aku merasa ada sesuatu yang aneh padanya. Pandangan kosongnya mengarah ke luar jendela.

"You okay babe?" Aku menyentuh tangannya yang sial kenapa dingin sekali? Ada apa dengannya? Sontak ia menoleh kearahku dan bisa kulihat raut wajah gelisahnya disana.

"You okay?" Tanyaku kembali. Ia hanya menggeleng lemah sebagai responnya. "Ada apa sayang?"

"Kau tak mengatakan padaku sebelumnya jika akan banyak wartawan disini" Seketika aku mendesah lega. Kupikir ia tiba-tiba sakit.

"Apa aku lupa mengatakan padamu jika makan malam ini sekaligus sebagai pertemuan direksi?"

Detik itu pula ia menarik kedua sudut bibirnya ke bawah. Aku terkekeh ketika melihat tingkah menggemaskannya layaknya seorang bocah.

"Kau bilang hanya kolega-kolegamu. Kau menyebalkan" Aku meraih tangannya lalu meremasnya dengan lembut dan menatap matanya begitu dalam.

"Okay maafkan aku. Hey dengar, kau tak perlu gugup, kita keluar dan berikan senyuman terbaikmu dan semua akan baik-baik saja" Ujarku menyakinkannya.

Raut wajahnya masih menunjukkan kegelisahannya. Oh sungguh aku merasa sedikit bersalah padanya. Ia lalu kembali memandang ke luar jendela lalu kembali mengalihkan pandangannya kearahku.

"Bisakah mereka semua pulang kerumah mereka masing-masing? Duduk di depan perapian dengan secangkir cokelat panas seraya menonton serial The Simpsons saja daripada berdiri dengan kamera bodohnya" Seketika aku tekekeh geli. Astaga, ada-ada saja gadisku ini.

"Itu sudah pekerjaan mereka sayang. Aku tahu kau gugup, tapi kau akan terbiasa dengan ini semua" Ia masih diam tak begeming seraya kembali menatap keluar jendela. "Tak perlu takut, aku yang akan menjagamu diluar sana. Kau percaya denganku?"

Ia kembali menoleh kearahku. Butuh beberapa detik dirinya untuk meresponku. Dan kemudian ia mengangguk lemah.

Dengan begitu Paul keluar dari balik kursi kemudinya lalu dengan sigap ia membukakan pintu untuk kami. Aku merengkuh pinggang Summer dengan begitu erat seolah ia akan kabur jika aku tak memegangnya dengan kuat.

Kami berjalan beriringan di atas karpet merah untuk masuk ke hotel tersebut. Aku menoleh kearah gadisku, dan seperti yang aku bilang, ia berjalan dengan memberikan senyuman terbaiknya seiring gerlap cahaya kamera yang menghujami kami.

Aku tahu, hal yang membuat Summer menjadi tidak nyaman adalah pertanyaan-petanyaan para wartawan yang mereka lontarkan pada kami. Bagaimana tidak, jika mulut mereka sudah seperti mesin mixer  dan pertanyaan yang mereka lontarkan layaknya ratusan batuan meteor yang menghujami bumi.

'Brad siapa gadis yang kau bawa ini?'

'Apa ini kekasih baru anda?'

'Lalu bagaimana hubungan anda dengan Caitlin Gardner?'

'Tn. Simpson, bagaimana tanggapan anda mengenai tertangkapnya Tom Gardner oleh pihak polisi?'

'Apa anda tidak mencoba memberikan keringanan hukuman untuk Tom Gardner?'

'Apa benar jika perusahaan anda mengalami kebangkrutan setelah apa yang terjadi pada perusahaan anda?'

Dan masih banyak lagi dan aku tidak mau mendengarnya. Aku memilih untuk bungkam tak menanggapinya tetapi aku tetap mencoba untuk bersikap ramah dengan masih mengulas senyumku.

Summer mendesah lega ketika kami sudah memasuki hotel tersebut. Sejak awal aku memang yakin jika Summer berani untuk melawan rasa gugupnya.

Begitu kami sudah memasuki hotel, kulihat beberapa tamu undangan nampak telah hadir di acara makan malam ini. Beberapa sorot mata kini tertuju pada kami. Kurasa mereka terheran-heran ketika aku membawa seorang gadis cantik ke acara ini. Memang, setiap aku menghadiri acara seperti ini, aku belum pernah mengajak seorang gadispun, bahkan terkadang aku malas untuk menghadirinya. Hal tersebut sudah jelas menunjukkan jika Summer benar-benar sepesial bagiku.

Aku menoleh kebelakang ketika seseorang menepuk bahuku.

"Hey bung. Oh sialan, kau membawa pasanganmu kemari?"

"Hey Frank, and well yeah aku sengaja membawanya kemari, tak ada salahnya kan?" Balasku seraya menjabat tangannya lalu Frank beralih untuk memeluk Summer sekilas.

"Ya tentu saja tak ada masalah, dan Summer, selamat datang di acara makan malam sekaligus pertemuan direksi ini" Summer mengangguk dengan seulas senyumnya sebagai responnya.

"Ah ya, kau terlihat cantik sekali malam ini" Puji Frank kepada Summer. Oh tentu saja bodoh, sejak dulu Summer memang cantik.

"Thanks Frank" balas Summer sedikit tersipu malu.

"Jangan mencoba untuk menggoda gadisku! Carilah pasanganmu sendiri idiot!" Tanganku berangsur menarik pinggang Summer untuk lebih merapat denganku.

"Hell no, aku tak sebejat itu bodoh. Apa salahnya jika aku memuji gadismu karena ia terlihat begitu cantik malam ini?"

"Kalau begitu kenapa kau tak memujiku? Bukankah aku juga terlihat tampan malam ini?"

Frank memutar bola matanya sekilas. "Eww lebih baik aku memuji bokong gajah daripada memujimu"

"Oh kalau begitu cepat lakukan?!"

"Okay okay whatevs" balasnya dengan nada kesal yang membuatku dan Summer terkekeh bersama. "Okay lovebirds, kurasa aku harus meninggalkan kalian karena aku harus menemui seseorang. Ah ya, 10 menit lagi kau akan menyampaikan pidato sambutanmu Brad. So see you guys, enjoy the party" Ujarnya dan sejurus kemudian ia melenggang meninggalkan kami. Dasar, anak ini mamang kurang ajar dengan atasannya sendiri.

Tanganku kembali menarik pinggang Summer lalu berjalan menuju meja yang sudah disiapkan untuk kami. Aku menarik kursi lalu membiarkan Summer untuk duduk terlebih dahulu lalu diikuti denganku yang duduk di sampingnya.

Kami duduk bersamaan di satu meja dengan beberapa direksi, yang well, tidak semua aku mengenalnya. Well itu tidak penting kurasa. Mungkin hanya seseorang yang aku kenal dan itupun rekan kerja ayahku dahulu.

Hingga beberapa pelayan datang ke meja kami dan memberikan sebotol anggur putih kepada kami sekaligus menuangkannya ke gelas kami masing-masing.

Tak berselang lama acara telah dimulai. Seperti yang di bilang Frank tadi, ya, aku memberikan sedikit pidato sambutanku kepada mereka. Tak lupa aku menyebutkan Summer sekaligus memperkenalkan kepada mereka jika ia kekasihku. Well yeah, bukannya aku sombong, aku hanya ingin mereka tahu jika gadis yang aku bawa kemari ini adalah kekasihku. Karena aku begitu kesal ketika sedari tadi mata para pria di sini tak hentinya memandangi Summer. Sialnya, tatapan mereka begitu menggambarkan otak kotornya yang sedang bekerja. Rasanya aku ingin mencongkel mata mereka satu persatu. Summer hanya milikku! Tak ada yang bisa mencoba untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Artinya aku tak akan membiarkan mereka mendapatkan keuntungan dengan memandangi Summer.

Hingga detik ini acara berjalan dengan lancar-lancar saja. Kuperhatikan Summer sudah mulai bisa menyesuaikan dirinya disini. Buktinya ia sedari tadi tengah asik berbincang dengan beberapa rekan kerjaku yang kebetulan duduk satu meja dengan kami. Typical Summer, ia tidak tahan jika hanya duduk berdiam diri seraya memandang sekitanya. Itu salah satu yang membuatnya termasuk menjadi gadis  intelligent. Ia termasuk berisik tapi aku menyukainya.

Aku menyesap anggur putihku begitu aku telah menghabiskan daging panggang di atas piringku. Setelahnya kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Tanpa sengaja, mataku menangkap wanita bergaun mini merah yang sudah menyerupai jalang, oh kurasa bukan lagi menyerupai, lebih tepatnya ia memang jalang. Ia tengah berdiri lumayan jauh dari meja kami. Sialan, bagaimana ia bisa disini? Dan lebih sialnya, matanya langsung mendapati keberadaanku dan tatapannya seolah memberiku isyarat untuk datang menghampirinya.

Kedua kakiku terasa begitu malas untuk melangkah kearahnya bahkan menatapnya saja aku tidak sudi. Sialan, apa lagi maunya? Tetapi jika aku tidak kesana, ia tak akan hentinya berada di sekitarku. Persetan, apa ia tak mendengarkanku ketika aku berbicara agar ia tak menampakan wajahnya kembali di hadapanku?! SIALAN!!!

Dengan hati yang begitu bahkan sangat sangat terpakasa akhirnya aku meminta izin pada Summer dengan alasan aku ingin ke toilet. Oh maafkan aku Summer, karena telah berbohong padamu. Aku hanya tak mau jika jalang itu terus berada di sekitar kita.

"Apa lagi maumu eh? Dan bagaimana kau bisa disini?" Aku melontarkan kalimat tersebut begitu kakiku sudah berhenti tepat dihadapannya. Tak lupa aku harus menjaga jarak dengannya. Well, hanya berjaga-jaga saja agar penyakit bejatnya tak menular padaku.

Stacey menatapku dengan tatapan tak percayanya setelah kalimat yang terlontar dari mulutku sendiri. Ah persetan! Aku sama sekali tak peduli.

"Brad, bisakah setidaknya kau tak membentakku? Dan well, kau lupa, jika ayahku adalah rekan kerja lama mendiang ayahmu?" Ia berbicara dengan suara yang begitu lembut. Bahkan suaranya terdengar selembut sut-- apa-apaan kau ini? Kutekankan sekali lagi jika aku sama sekali TIDAK PEDULI !!!

Aku memutar bola mataku dengan jengah enggan untuk berkontak langsung dengan matanya.

"Brad..." lirihnya. "Kumohon sekali ini saja, aku ingin kau mendengarkan penjelasanku" sambungnya.

"Apa lagi yang ingin kau jelaskan uh?" Ujarku sedikit menggertak. Ia memejamkan matanya beberapa detik lalu menghela nafas berat.

"Brad... kumohon..."

Aku memejamkan mataku lalu kembali membukanya dalam hitungan detik.

"Jika ujungnya kau hanya memintaku untuk kembali bersamamu, maaf saja, aku tidak bisa" balasku dengan sedikit tenang walapun di baliknya aku tengah mati-mati menahan emosiku untuk tidak membanting benda di dekatku.

"Tapi kenapa Brad? Bukankah kau masih mencintaiku?"

"Semuannya telah berubah, dan lebih mirisnya kau yang memaksaku untuk merubah semuannya. Bukankah itu yang selama ini kau harapkan eh?" Ujarku seraya tertawa ironi.

"Dengar Stacey, sekarang aku sudah memiliki kekasih, kutekankan kembali padamu, jangan mengangguku lagi apalagi menampakan wajahmu di hadapanku kembali. Bukankah itu cukup jelas untukmu?" tegasku.

"Jujur padaku Brad! Gadis itu hanya sebagai pelarianmu kan?" Dasar benar-benar jalang. Aku menahan diriku sendiri untuk tak mencoba menamparnya. Aku masih waras. Aku tak mau orang-orang di sekitarku berasumsi jika aku ini pria bajingan yang hanya berani terhadap wanita. Oh sabarlah Brad, satu jalang bisa kau atasi.

"Sekali lagi kau berbicara seperti itu dihadapanku, kupastikan perusahaan milik ayahmu akan habis" geretakku seraya tanganku terangkat dan jariku menunjuk tepat di depan wajahnya.

Ia kembali menganga tak percaya yang membuatku kembali memutar kedua bola mataku jengah.

"Maaf aku harus pergi, Summer akan mencurigaiku nantinya" pamitku tanpa menunggu respon darinya, aku langsung melenggang dari hadapannya. Tetapi ketika aku baru akan memutar tumitku, seseorang menahan lenganku yang otomatis membuatku kembali berbalik. Dan lagi-lagi aku memutar bola mataku jengah.

"Kenapa sekarang kau menjadi keras kepala Brad? kau tak mau mendengarkan penjelasanku. Brad, aku masih mencintaimu, dan itu tak akan berubah sampai kapanpun. kumohon, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya" Aku bisa melihat kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. Satu kedipan lagi , setitik air mata akan jatuh ke pipinya. Persetan. Kutekankan sekali lagi jika aku TIDAK PEDULI!!!

Aku menepis tangannya yang masih memegangi lenganku. "Menjauhlah dariku" Ucapku dingin lalu pergi meninggalkannya. Aku kembali duduk di samping Summer masih berusaha mengatur emosiku dan meneguk habis segelas anggur putihku.

"You okay?" Aku menoleh kearah Summer, nampak ia menatapku dengan sedikit bingung. Kuharap ia tak mencurigaiku.

"Ya of course, memang aku terlihat tidak baik-baik saja?" Jawabku dengan nada sesantai-santainya.

Summer menggindikan kedua bahunya. "Well tidak juga" lalu ia kembali mengalihkan pandangannya dan kembali berbincang dengan lawan bicaranya tadi.

Seketika aku bernafas lega. Beruntung ia tak mengintrogasiku.Tetapi aku sedikit kesal ketika ia sudah hanyut dengan perbincangannya. Hey kekasihmu disini!? Kenapa ia jadi mengabaikanku?

"Sayang" Panggilku mencoba menarik perhatiannya. Ia lalu menoleh kearahku.

"Ada apa?"

"Kita pulang sekarang ya? aku sudah merasa lelah, aku ingin tidur" Ia terdiam sejenak lalu lalu pandangannya kembali mengarah kepadaku.

"Tetapi acaranya belum selesai?"

"Ah lupakan acaranya, aku sudah lelah. Bisakah kita pulang sekarang?" Aku berharap jika kali ini Summer mau menurutiku.

"Oke baiklah, kalau begitu kita pulang saja"

"Kau tak apa kan?"

"Ya, lagipula aku juga ingin istirahat"

"Baiklah kalau begitu, kita pulang sekarang" Beruntung Summer mau kuajak pulang. Aku bersumpah, aku sudah tidak tahan berlama-lama di tempat ini lagi mengetahui Stacey tengah berada di tempat yang sama denganku.

Aku hanya ingin bersama Summer saja saat ini. Karena hanya dirinya yang bisa kembali menaikkan moodku. Sialnya bayang-bayang wajah jalang itu masih saja berputar-putar di kepalaku.

Kami langsung beranjak meninggalkan hotel tersebut setelah berpamitan dengan beberapa tamu yang menghadiri acara tersebut. Sebelumnya aku menyuruh Summer untuk memakai tuxedoku sehingga menutupi bagian dada dan punggungnya yang sangat terekspos agar tak ada kesempatan bagi mata para pria sialan di sekitar kami untuk  mendapatkan keuntungan lagi.

.

.

.

Aku langsung menghempaskan tubuhku di sofa begitu kami telah kembali ke apartemen. Oh, ini yang sedari tadi aku inginkan. BERSANTAI.

Begitupun dengan Summer, iapun langsung mendudukan dirinya tepat di sebelahku. Setelahnya, aku bisa mendengar helaan nafas dari mulutnya. Aku menoleh dan melihatnya yang baru saja melepas sepatu hak tingginya dan setelahnya ia terlihat tengah memijat betisya. Aku tak sampai berfikir jika sampai sebegitu efeknya setelah berjam-jam mengenakan sepatu tinggi yang kebanyakan wanita menggunakannya.

Aku bisa melihat wajah kelelahan pada dirinya. Tak perlu berfikir panjang karena aku benar-benar merasa kasihan padanya, akupun dengan perlahan menarik kaki Summer ke pangkuanku.

"Apa yang akan kau lakukan dengan kakiku?" tanyanya terkejut.

"Aku tahu kau kelelahan sayang" Tanganku mulai bergerak untuk memijat lembut kakinya. Yang awalnya ia sedikit terkejut, kini bisa kulihat tubuhnya perlahan mulai merileks.

"Merasa lebih baik?" tanyaku setelah beberapa menit aku memijat kedua kakinya.

Summer mengangguk, "Thanks Brad"

"Anything for you babe dan maafkan aku karena telah membuatmu kelelahan seperti ini" Ia menarik kakinya dari pangkuanku dan menggeser sedikit tubuhnya agar lebih mendekat denganku lalu ia menyandarkan kepalanya di dadaku. Dengan senang hati aku memeluk tubuhnya dari samping dan sesekali aku menciumi puncak kepalanya. Ini posisi yang kelewat nyaman bagiku. Dengan memeluknya seakan membuat tubuhku seketika hangat jauh dari dingin yang di timbulkan oleh pendingin ruangan.

Ia mendongak lalu menatap penuh mataku. "lelah itu biasa Brad, kupikir kau juga sama lelahnya sepertiku"

Aku melepas pelukanku lalu mengubah posisiku yang kini tubuhku menjadi mengambangi tubuh Summer. Tubuh Summer masih duduk bersandar pada sofa sedangkan aku mengambangi tubuhnya hanya dengan kedua tanganku yang bertumpu pada sandaran sofa. Mata Summer seketika membelalak bingung. Aku sedikit terkekeh, sedetik kemudian wajahku mulai mendekat ke wajahnya.

Mencium lembut bibir merah mudanya membuatku seakan melupakan segala hal yang ada di otakku. Sesekali aku sengaja menggigit bibir bawahnya yang lagi-lagi membuatnya mengerang seksi padaku. Ciumanku turun ke lehernya dan tangannya kini sudah menelusup ke rambutku. Aku tidak puas jika cuma sampai segini. Aku lalu kembali menciumi leher jenjangnya dan kembali membuat tanda kepemilikan disana.

Di saat itu pula aku baru teringat mengenai akivitas kami yang sempat tertunda akibat acara tadi. Kurasa ini waktu yang tepat. Katakan saja aku sudah mulai gila. Karena otak kotorku sudah mulai bekerja dengan lancar kali ini.

Aku lalu menatap matanya dengan lekat-lekat. "Biarkan aku yang menghilangkan rasa lelahmu?" ujarku.

Aku bisa menggambarkan tatapan wajahnya yang ia tujukan padaku. Aku yakin ia pasti mengerti apa maksudku.

Aku kembali melumat bibirnya dan kembali mengigit bibir bawahnya yang otomatis membuat mulutnya terbuka sehingga memberiku akses untuk menjangkau mulutnya dengan lidahku. Sampai detik ini belum ada penolakan dari dirinya. Cukup lama lidah kami saling beradu disana membuatku tak tahan lagi untuk melanjutkannya ke lebih inti.

Dengan gerakan tiba-tiba tanganku berpindah ke tubuh Summer lalu menggendongnya ala bridal dan membawanya masuk ke kamar tanpa melepas tautan bibir kami. Ini yang pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini dengan Summer. Aku ingin melakukan hal ini padanya buka semata-mata karena nafsuku tapi aku ingin menunjukkan padanya seberapa besar aku mencintainya. 

Aku ingin membuatnya bebas dengan setiap sentuhan yang kuberikan padanya.Aku mencintainya, hanya diriku yang tahu seberapa besar aku mencintainya. Rasa cinta itu yang membuatku begitu menyayanginya dan rasa sayang tersebut menyadarkanku bahwa menjaganya adalah kewajibanku. 

Astaga !!! sumpah gua dpt ide kotor kyk gini dari mana coba? Soalnya idenya jalan gitu aja di otakku. But, i'm sorry klo chapter ini rada gaje trus pas part2 yang gituan, kurang ngefeel dan gak enak di baca sama kalian. I'm really sorry

Setelah baca jangan lupa VOTE+COMMENT yaa...

Thanks xx

Continue Reading

You'll Also Like

984K 9.8K 19
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...
208K 22.5K 25
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
902K 75.3K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
72.5K 5.8K 45
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote