Duty After School X OC [Yoora...

Galing kay LycheeMojito

73.9K 8.2K 970

Hanya cerita iseng dari orang yang belum move on dari Duty After School Fokus ceritanya pada si OC yaa. ⚠️ T... Higit pa

1
2
3
4
5
The Cast
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
Afikaa.. Ada Yang Baru Nih..
44
45
46
47
48
49
50
Extra 1 - Quarantine
Extra 2 - Overthinking
Extra 3 - Moving On
Extra 4 - Ditto
Extra 5 - Now Or Never
Extra 6 - The Wedding
Extra 7 - Lifesaver
Extra 8 - Status
Extra 9 - What If

41

985 132 34
Galing kay LycheeMojito

You're gonna live forever in me.
I'll guarantee, just wait and see.

🌼🌼🌼

Wootaek memeluk Yoora erat seolah tak ingin melepaskan, tapi Yoora sekuat tenaga melepaskan pelukan kakaknya itu.

"Kamu baik-baik saja?"

"Ya, bagaimana denganmu?" semua teman-teman saling bertanya.

Yoora melihat sekeliling, lalu melihat temannya yang sedang berdiri di depan jendela.

"Dimana Letnan Lee?" ucap Yoora entah kepada siapa.

"Jangsoo, sambungkan kabelnya" ucap Sersan Kim memerintah untuk memasang kabel yang tadi di ulur oleh Kimchi dan Doekjoong dengan Detonator Box yang di bawa Soocheol.

"Ya, Pak"

"Bagaimana dengan Letnan Lee?"

"Apa yang terjadi?"

"Semuanya, bersiap disini sampai ada perintah dari Letnan Lee" seru Sersan Kim.

"Apa?" "Kenapa?"

"Kalian meninggalkan Letnan Lee?" Yoora akhirnya menemukan suaranya kembali. Gadis itu mendekati tim yang tiba terakhir.

"Hei, Apa yang terjadi?" Youngshin juga ikut bertanya.

"Ilha, dimana Letnan Lee?" Yoora beralih pada Ilha.

"Kenapa dia belum datang?" Soocheol ikut mendesak Ilha. Namun Ilha memilih menghindar.

Karena tidak ada yang menjawab Yoora mendekati Soyeon yang tak berpindah dari depan jendela. Yoora menarik bahu Soyeon agar dapat menatap matanya.

"Eonnie, kamu meninggalkan Oppa?" Soyeon menunduk tak mau menatap mata Yoora.

"Ya! Apa yang sebenarnya terjadi" Haerak berseru frustasi.

"Sersan, kenapa Letnan Lee tidak bersamamu? Liat bolanya sudah masuk gedung utama" ucap Yoora yang sekarang berdiri di hadapan Sersan Kim. Netranya sudah buram oleh airmata yang menggenang di pelupuk.

"APA KALIAN TIDAK PUNYA MULUT?" teriak Yoora frustasi karena tidak seorangpun dari Tim terakhir yang menjawab pertanyaan semua orang.

"Yoora.." Wootaek menarik adiknya menjauh dari kerumunan.

"Oh, Oppa, benarkah Letnan Lee masih di dalam? Kenapa di tinggal? Lihat bolanya sudah masuk. Dia tidak mungkin bisa melawannya sendiri" Yoora mulai menangis.

"Yoora, tenang dulu" Wootaek memeluk Yoora tapi Yoora berontak.

"Lepas, aku harus membantunya"

"Yoora, jebal.."

"Peleton Dua SMA Sungjin. Ini komandan peleton" terdengar suara Letnan Lee dari seluruh handy talky yang ada di ruangan ini.

"Letnan Lee!" seru anak-anak

"Ledakan.."

"Mwo?" gumam Yoora

".. Sekarang"

"Kamu masih di dalam gedung" seru Yoojung.

"Tidak, ledakan gedungnya"

Semua orang melihat ke jendela termasuk Yoora.

"Di mana dia?" tapi mereka tidak dapat melihat keberadaan Letnan Lee.

"Kamu harus melakukannya sekarang untuk membunuh bolanya" lanjutnya

"Tidak, Letnan Lee, keluar dari sana sekarang, cepat" seru Soyeon mendekati handy talky Sersan Kim.

"Pak Lee, aku akan pergi sekarang" ucup Sersan Kim lalu bergegas mengambil senapan dengan tangan kirinya karena tangan kanannya yang masih menggunakan Arm sling.

"Aku juga akan pergi" ucap Jangsoo dan Ilha bersamaan.

"Kamu akan membuat kita semua terbunuh disini!?" ucapan Letnan Lee menghentikan pergerakan Sersan Kim, Jangsoo dan Ilha yang sudah akan mendekati pintu.

"Kim Wonbin, kendalikan dirimu. Jika kamu tidak meledakkan gedung ini sekarang. Kita semua akan mati"

"Tidak... Tidak Letnan Lee "Soyeon mulai menangis.

"Oppa eodiga?" Yoora merebut handy talky dari saku Soocheol.

"Yoora.."

"EODIGA! aku akan menyusul"

"Hajima, tetap disitu! Wonbin, ledakan"

"Shireo, kamu mungkin merasa bisa sendiri tapi aku mau menemani"

"Wonbin!" seru Letnan Lee

"Oh, oppa.. Di lantai dua, kelas di depan tangga, jendelanya rusak, aku cuma menutupnya tanpa bisa di kunci, aku akan menunggu di bawahnya, otte?" Yoora berusaha mencari jalan keluar.

"Kim Wonbin! Jika kamu tidak meledakan gedung ini sekarang, kita semua akan mati" seolah Letnan Lee tidak mendengarkan pesan-pesan Yoora.

"Oppa mengabaikanku? aku akan kesana. aku akan menemukanmu!"

"Yoora! tunggu!!" Wooteak berseru panik saat Yoora melepaskan diri darinya.

"Yoora.." suara itu menghentikan langkah Yoora.

"Terima kasih telah menerima aku sebagai kakakmu, kamu tau betapa bencinya aku kepada orang tua kita. Tapi kamu satu-satunya anugerah dari kebencian itu. Dari dulu aku hanya menjalani hidup karena aku harus hidup. Tapi kamu hadir.. Membuatku ingin tetap hidup.. Aku baru saja bahagia, kamu memanggilku oppa" terdengar Letnan Lee tertawa kecil lalu membuang napasnya kasar.

"Mianata Im Yoora, aku hanya bisa menepati janjiku padamu sampai disini.. Tadinya aku punya banyak rencana dengan hubungan kita. Tapi aku tidak bisa egois. Jangan khawatir ayahmu sudah transplantasi, mereka tidak akan lagi mengganggumu..Kam-"

"AKU TIDAK PEDULI DENGAN MEREKA! AKU BUTUH KAMU! AKU MAU KAMU! BILANG PADAKU KAMU DIMANA! AKU AKAN MENJEMPUTMU" Yoora bertambah histeris.

"Jaga dirimu adikku. Tetaplah hidup. saranghae yeodongsaeng-a"

"Jebal oppa.. Aku tidak mau berpisah.. SHIREO!" Yoora terduduk lemas di lantai.

"Ledakan sekarang"

"Andwae.. Andwae! Letnan Lee, tolong keluar dari sana! JEBAL!" Soyeon menangis dan berteriak histeris.

"Ledakan, Kim Wonbin. lagi pula, aku tidak bisa kabur, jangan biarkan aku mati sia-sia.."

"Andwae! jangan tinggalkan aku! OPPA!" Yoora menangis meremas handy talky di tangannya hingga buku jarinya memerah.

"..Ledakan Sekarang"

"Bolanya mungkin akan segera keluar" ucap Soocheol saat melihat jendela yang ada di dekatnya.

"Apa?"

"Jika terus begini..." Youngshin menggantung kalimatnya.

"Apa yang akan kita lakukan?"

Sersan Kim mendekat lalu membuka tutup detonator.

"Andwae! jebal!" yoora menangis merangkak memegangi kaki Sersan Kim. Soyeon mencegah tangan Sersan Kim yang sudah menyentuh tombol detonator.

"Andwae.. Andwae.."

"Tidak ada cara lain"

Soyeon merampas handy talky pada saku baju Sersan Kim.

"Kamu sudah berjanji akan melindungi kami sampai akhir. Tolong keluar dari sana" ucap Soyeon dengan tangisan.

"Jebal oppa..aku takut.. Kamu sudah janji.. " Yoora menambahkan dengan handy talky nya sendiri. Ada dua gadis yang menangis tersedu-sedu mengalahkan tangisan semua gadis di ruangan ini.

"Maafkan aku Yoora.. Maafkan aku anak-anak.. Aku tidak bisa melindungi kalian sampai akhir seperti janjiku, juga menyeret kalian ke dalam perang ini sebagai orang dewasa..

..Awalnya aku datang ke sekolah kalian karena ada Yoora disana dan aku pikir kalian hanya anak-anak yang tidak patuh. Namun, setelah ku pikirkan, aku sangat bersyukur. Aku bangga pada kalian.. " terdengar suara Letnan Lee yang semakin bergetar.

"..Berkat kalian semua, perang tidak berujung ini tidak terasa begitu menakutkan. Jadi, percaya dan andalkan teman di sebelahmu.. "

Tangis peleton Dua pecah menyaingi tangisan pilu Yoora dan Soyeon.

"...Saling melindungilah. Juga.. Jangan sampai terbunuh. Ini perintah terakhirku. Mulai ledakan. Itu saja" lalu sambungan terputus sepertinya Letnan Lee mematikan handy talky miliknya.

Soyeon masih terus berteriak memanggil Letnan Lee melalui handy talky, tentu saja tidak ada jawaban.

"Oppa..." Yoora bangkit mendekat ke kaca jendela memandang pilu gedung yang berdiri berseberangan dengan gedung tempatnya berdiri. Sudah tidak terlihat bola di lapangan karena seluruh bola di lingkungan ini ada di dalam gedung itu bersama dengan kakaknya.

"Tidak, ini tidak benar" Soyeon memukuli handy talky sambil menangis histeris sampai tangannya harus di pegangi oleh Taeman.

"Soyeon" Taeman juga menangis, siapa yang tidak.

"Lepaskan aku" Soyeon mendorong Taeman lalu mendekati jendela yang sedang dipandai Yoora, berusaha membukanya tapi tak bisa karena itu jenis jendela dengan kaca mati sehingga tidak bisa di buka. Dua gadis itu menangis bersama di depan jendela.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Tolong beritahu kami harus bagaimana" ucap Taeman kepada Sersan Kim. Beberapa detik setelah memandangi sendu Yoora dan Soyeon, Sersan Kim mendekati detonator di atas meja.

"Jangan lakukan itu, Sersan" ucap Soonyi.

"SHIBAL!" Ilha berteriak kencang sekali sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Jangan lakukan itu.."

Wooteak memeluk Yoora berusaha mengalihkan pandangan adiknya dari apa yang akan terjadi berikutnya. Namun Yoora meronta alhasil Wooteak hanya bisa memeluk Yoora dari belakang, menopang tubuh adiknya jika nanti terjatuh.

"Jangan, Sersan"

"Jangan ledakan!"

Nyatanya tangan Sersan Kim terus bergetar saat ingin menyentuh tombol detonator, tak sanggup meledakan gedung dengan rekannya di dalam sana. Yoojung menangis kencang mendekati Sersan Kim.

"Jangan Yoojung.."

"Maafkan aku.. Yadera.. Maafkan aku.. Yoora.." ucap Yoojung dengan tangisan yang tambah kencang, Yoora tidak menoleh saat Yoojung memanggil namanya, seolah gadis itu tidak ingin berpisah di saat-saat terakhir dengan orang yang mungkin saja sedang melakukan hal yang sama dengannya, memandangi gedung di depan mereka.

DUAR!

"Oppa..Mianhae.." Yoora terduduk lemas. Di depan matanya gedung utama Universitas Maesong hancur dengan asap hitam dari dinamit yang mereka pasang melambung tinggi.

Semua orang menangis dan berteriak. Tak rela manusia yang mereka jadikan tuntunan untuk bertahan hidup harus mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan banyak orang.

...

"Yoora tepatlah disitu" perintah Sersan Kim saat Yoora ingin ikut mencari jasad kakaknya.

"Shireo! Jangan halangi aku lagi! Aku akan menemukan kakakku!"

Jangsoo menarik lembut tangan Yoora untuk kembali duduk di tanah bersama para gadis.

"Yoora, disana banyak puing-puing bisa saja jatuh menimpa kamu. Tunggu disini bersama yang lain. Arraseo? Aku janji begitu kami menemukannya, aku akan membawamu menemuinya"

"Jangsoo... Oppa.."

"Arra. Kami akan menemukannya. Tunggu disini, Arraseo?" Jangsoo memeluk Yoora erat. Menyalurkan kekuatan.

Para lelaki serta Sersan Kim berpencar mencoba mencari jasad Letnan Lee di antar puing-puing gedung yang sudah hancur. Para gadis menunggu di lapangan, duduk di tanah. Nara dan Bora harus siaga dengan senapannya, siapa yang tau jika ada bola yang selamat.

"AKU MENEMUKANNYA!" Teriak Wootaek. Laki-laki itu menemukan tangan Letnan Lee. Bagian tubuh lainnya tertutup puing-puing.

Mendengar itu Yoora berlari menuju kumpulan laki-laki itu.

"Jangan mendekat!" cegah Ilha.

"AKU INGIN MELIHAT KAKAKKU!" Yoora kembali histeris hingga harus di tahan oleh Soyoon dan Junhae.

"Arra, tapi kami harus memindahkan puing-puing di atas tubuhnya dulu. Kamu belum bisa melihatnya sekarang" Ilha mencoba membuat Yoora mengerti.

"Sabar dulu yaa" Soyoon memeluk Yoora.

"Yeonju! Tolong periksa tanda vitalnya" seru Sersan Kim saat mereka berhasil menyingkirkan puing-puing dari atas tubuh Letnan Lee. Yeonju berlari melewati Yoora yang berontak ingin mendekat namun masih mampu di cegah oleh Soyoon dan Junhae.

"Oh. Detak jantungnya masih ada!" seru Yeonju senang. Yoora yang mendengarnya langsung berhenti memberontak.

"Denyutnya sangat lemah. Aku akan memberinya CPR" Yeonju melakukan berbagai rangkaian CPR.

Dari tempatnya berdiri Yoora dapat melihat wajah dan tangan kakaknya yang penuh dengan darah. Kakinya membentuk posisi yang tidak wajar, mungkin kakinya patah. Apa dia berusaha lompat dari jendela? Pikir Yoora.

Karena Letnan Lee di temukan dekat runtuhan terluar, berarti dia tidak di tengah-tengah gedung saat bangunan itu di ledakan, itu menurut analisa Yoora.

Yoora menyadarkan kepalanya pada bahu Soyoon yang masih memeluknya. Gadis itu berdoa kepada tuhan, juga kepada dewa-dewa yang mereka percayai di negara ini. Memohon untuk menyelamatkan kakaknya. Lee Chunho.

"Jebal.. Oppa.. Aku harus bagaimana tanpamu.."

🌼🌼🌼🌼

Btw, ternyata 41 chapter ini kalau di drama nya baru selesai DAS season 1. Masih ada 5 episode lagi kannn..

Aku mau tanya dong, fokusku kan ke Yoora, selama kalian baca ini menurut kalian berbelit-belit gk sih? Atau mending sat set aja?

Sarannya juseyo 😊

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

47.2K 5.5K 25
𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐈 : 𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 "𝑫𝒖𝒕𝒚 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑺𝒄𝒉𝒐𝒐𝒍 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓„ "𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘪𝘯𝘥𝘪𝘷𝘪𝘥𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢. 𝘏𝘢𝘯𝘺�...
12.4K 1.3K 20
Kim Jiwoo beserta siswa kelas 3-2 SMA Sungjin, seharusnya sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi CSAT. Akan tetapi akibat dari adanya kemunculan...
249K 36.9K 68
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
11.6K 1.7K 37
Selalu ada konsekuensi dalam setiap perubahan yang Ia lakukan. Jina selalu mengingat itu, menanamkannya dalam pikiran agar ia selalu waspada. Berhati...