Duty After School X OC [Yoora...

By LycheeMojito

73.2K 8.1K 970

Hanya cerita iseng dari orang yang belum move on dari Duty After School Fokus ceritanya pada si OC yaa. ⚠️ T... More

1
2
3
4
5
The Cast
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38
39
40
41
42
43
Afikaa.. Ada Yang Baru Nih..
44
45
46
47
48
49
50
Extra 1 - Quarantine
Extra 2 - Overthinking
Extra 3 - Moving On
Extra 4 - Ditto
Extra 5 - Now Or Never
Extra 6 - The Wedding
Extra 7 - Lifesaver
Extra 8 - Status
Extra 9 - What If

37

1K 139 19
By LycheeMojito

When you feel out of place
You don't have to be afraid
Take my hand and reload

🌼🌼🌼

Yoora sudah beberapa kali mengganti magazine nya sampai gadis itu kehabisan peluru.

"Aku kehabisan amunisi" seru Yoora, sambil menembak Letnan Lee mendekati dan memberikan dua magazine kepada Yoora tanpa menoleh.

"Kenapa mereka menjauh?" ucap Yoora saat ingin menebak lagi setelah mengganti magazine nya.

"Apa-apaan?"

"Ada apa?"

"Kenapa mereka tidak keluar?"

Meraka di buat bingung dengan bola-bola yang mundur, kembali bersembunyi.

"Lindungi aku" seru Letnan Lee. Nara dan Soyeon yang berada di dekat Letnan Lee ikut maju bersama komandan hingga beberapa meter ke depan.

"Masih ada disini" ucap Youngshin saat dia melihat alat yang di pegangnya.

"Hah?" Kimchi yang sudah menurunkan senapannya berusaha kembali siaga.

"Dimana?" Yoora mendekati Youngshin ingin melihat alat pendeteksi itu.

"DI BELAKANGMU!" tiba-tiba Hana berteriak histeris menunjuk Soocheol dan Ilha yang berjaga agak jauh dari mereka. Hanya satu bola, begitu dekat, mereka menembaki satu bola tapi tidak ada yang bidikannya tepat.

Bola itu terbang melewati kepala meraka, melewati kaki-kaki mereka, semua panik, menembaki namun takut terkena satu sama lain, lalu saling menghindar hingga bola itu masuk ke salah satu mobil yang terparkir melalui kaca yang sudah hancur, baru saja Yoora ingin menembak dari pintu penumpang yang terbuka, lebih dulu Letnan Lee yang naik ke kap mobil dan tembakannya berhasil memusnahkan bola itu.

Yoora bersandar lemas ke mobil itu. Yang lainnya pun sama lemasnya.

"Ini gila" gumam gadis itu.

"Apa yang kalian lakukan? Ambil posisi dan periksa sekeliling!" seru sang komandan.

"Kembali ke posisi kalian!" Teriak Sersan Kim.

"Baik, Pak!"

"Youngshin. Hey, sadarlah" Yoora menyentuh bahu Youngshin, lelaki itu sepertinya masih shock terduduk di aspal.

"JO YOUNGSHIN!" Teriak Letnan Lee lah yang dapat menyadarkannya. Yoora membantu Youngshin berdiri kemudian berlari kembali ke posisinya.

"Temukan bolanya" ucap Letnan Lee pada Youngshin

"Sial!" Desis Sersan Kim saat melihat bola yang terdeteksi.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Youngshin

Perlu beberapa detik Letnan Lee untuk menjawab pertanyaan itu, netranya teralihkan pada gadis yang sedang membantu kakaknya memeriksa magazine pada senapan yang tergeletak di dekat mayat-mayat berseragam tentara, bahkan gadis itu memberanikan diri mengambil magazine dari military vest salah satu mayat.

"Kita harus menemukan dan memusnahkannya"

"Baik, Pak"

...

Mereka di haruskan untuk berpencar dan di bagi lagi menjadi kelompok - kelompok kecil. Untuk mencari dan memusnahkan bola dari rumah ke rumah.

Yoora bersama Wooteak dan Jangsoo menjadi satu kelompok.

"Sial, tidak dapat di percaya" Wooteak bergumam

"Selesai dari situasi ini mungkin aku jadi tentara" Wooteak masih terus berbicara dengan dirinya sendiri

"Ah sial, itu pun kalau selamat"

"Berhentilah mengeluh" ucap Jangsoo.

"Ya, Kau benar-benar pilih kasih" mengerti maksud Wooteak, Jangsoo membalas dengan menepuk bahu Wooteak lalu berkata.

"Yoora memang tidak mengeluh"

"Fokuslah oppa, cepat buka pintunya"

"Kamu saja yang buka pintunya" ucap Jangsoo. Tidak ingin mendebat Yoora membuka pintunya, dua bola keluar saat Pintu dibuka.

DOR! DOR!

Wooteak dan Jangsoo menembaknya bersamaan.

"Wah, refleks ku sangat bagus"

"Cari di dalam"

"Gelap sekali"

"Listriknya memang padam"

Meraka menyalahkan senter pada senapan meraka.

DOR! Yoora menembak bola yang merayap di dinding dekat kakaknya.

"Kamjigiya!"

Meraka menelusuri tiap ruang di rumah ini, hingga Yoora menemukan pintu tidak dapat dibuka.

"Mungkin mereka menguncinya sebelum pergi" ucap Wooteak.

"Ani, bagaimana kalau terkunci dari dalam?"

"Tidak mungkin, kalau di lihat dari ruangan di sampingnya, ruangan ini pasti gudang karena sisa lahan yang sedikit"

"Maka dari itu, untuk apa mengunci gudang" gadis itu menjeda lalu menghadap Jangsoo

"Jangsoo.."

"Baiklah, kita dobrak saja"

"Ah, Dasar lemah, hanya mendengarnya merengek saja langsung di turuti" biarpun kesal tetap saja Wooteak membantu Jangsoo mendobrak pintu itu sementara Yoora tetap siaga dengan senapannya.

Sepertinya Wooteak lupa bahwa dirinya juga sama saja, menuruti kemauan adiknya jika sudah direngek apalagi jika adiknya sudah akan mulai menangis, runtuh sudah pertahanannya.

Tiga kali percobaan akhirnya pintu itu terbuka, sempit, pengap dan gelap.

"Benar gudang" ucap Jangsoo saat melihat rak besi penuh barang serta kardus - kardus berserakan di lantai.

"Ya!" seru Wooteak saat melihat Yoora yang masuk ke ruangan itu di susul Jangsoo.

"Astaga!" seru Yoora, gadis itu mematung dekat kardus yang berserakan.

"Wae?" "Wae?"

"Manusia?" seru Wooteak saat melihat apa yang Yoora lihat.

"Dia hidup?" cicit Yoora yang mundur saat Jangsoo berjongkok memeriksa nadinya.

"Pingsan"

"Kita harus membawanya" ucap Yoora.

"Ya"

"Ah, menyusahkan!" walaupun menggerutu Wooteak tetap membantu Jangsoo memapah pria yang sedang pingsan itu, sedang Yoora di haruskan tetap siaga bersama senapan di tangannya.

...

"Ilha" panggil Yoora saat berjalan di belakang Wooteak dan Jangsoo.

"Oh, kalian membawa penyintas juga?" tanyanya. Dapat di lihat Haerak dan Soocheol sedang memapah seorang perempuan namun yang ini sadar.

"Dia hidup?" tanya Letnan Lee pada Jangsoo dan Wooteak.

"Ya, hanya pingsan"

...

Teman-temannya lebih dulu berkumpul di halaman salah satu rumah warga, total ada tiga orang penyintas. Keadaan mereka sangat memprihatinkan. Entah sudah berapa lama mereka bersembunyi.

"Jangan menginjaknya" gumam salah satu penyintas. Meraka saling menoleh dengan bingung

"Jangan menginjaknya!" mereka saling melihat kaki mereka, ternyata Aesol menginjak tangan salah satu mayat.

"Mianhae" ucap Aesol

"Jangan injak temanku!" gadis penyintas itu maju ingin menyerang Aesol.

Yoora yang takut, mundur kebelakang tubuh Ilha dan memegangi lengan laki-laki itu.

"Temanku.." tiba-tiba gadis itu berteriak dan menangis histeris. Yoora semakin mencekram lengan Ilha karena terasa sakit Ilha memindahkan tangan Yoora yang meremas lengannya menjadi menggenggamnya.

"Aku akan kesana, tunggu disini, kalian bisa menurunkannya dulu" ucap Letnan Lee kepada Jangsoo, Wooteak, Haerak dan Soocheol yang masih memapah dua penyintas lainnya.

Tak lama gadis yang histeris itu pingsan, refleks Kimchi menangkapnya.

"Oh? Dia kenapa?" gumam Yoora.

"Aku tidak tau"

"Mungkin mentalnya.." walau Jangsoo menggantung kalimatnya namun Yoora mengangguk mengerti.

...

"Berapa lama kalian disini?" tanya Letnan Lee kepada satu-satunya penyintas yang sadar sebelum gadis itu menjawab Yoora memilih menjauh karena tidak ingin mendengar kemalangan yang di derita pada para penyintas.

Yoora duduk di samping Bora yang mengobrol dengan Ilha, mereka bersandar pada mobil.

"Ya! No Aesol!" Bora tiba-tiba bangkit dan berjalan cepat ke arah Aesol yang berjalan-jalan menjauhi kerumunan mereka.

"Yoora" panggil Ilha

"Hmm" gadis itu bergumam tanpa menoleh netranya masih memandangi kerumunan yang mengelilingi Letnan Lee dan para penyintas.

"Gwenchana?" tanya lelaki itu, Yoora menyadarkan kepalanya ke bahu Ilha lalu membuang napasnya kasar.

"Apa kita akan seperti mereka?" tanya gadis itu pelan.

"Tidak akan. Kita punya Letnan Lee. Kau lupa? Dia bahkan mempertaruhkan hidupnya untuk mencari regumu"

"Betul, kita punya dia" gumam Yoora, otaknya setuju namun hatinya ragu.

"Yoora.."

"Hhmm"

"Hadiah ulang tahun dariku" lelaki itu meletakkan kaleng yang mampir kehilangan suhu dinginnya ke tangan Yoora. Membuat gadis itu menegakkan tubuh serta kepalanya.

"Oh? Kapan kau mengambilnya?" Yoora berbinar menatap kaleng di tangannya.

"Itu bukan soda"

"Arra, Wah daebak, gomawo" Yoora membuka penutup minuman kaleng di tangannya, lalu meminumnya hingga tersisa setengah. Kaleng itu adalah minuman isotonic dengan perasa lemon.

"Wah segarnya! Nih" Yoora memberikan sisa minumannya kepada Ilha.

"Wae?"

"Untukmu"

"Habiskan saja"

"Wae? Shireo? Karena ini bekas aku ya? Bisa di lap kok" sebelum Yoora mengusap sekeliling kaleng yang dia pegang dengan ujung bajunya, Ilha langsung merebutnya lalu meminumnya sampai habis sampai terbatuk karena terburu-buru membuat Yoora tertawa dan menepuk punggung lelaki di sampingnya.

"Kajja" Jangsoo menghampiri dan mengulurkan tangannya di hadapan Yoora sampai Yoora menyambutnya dan menariknya untuk berdiri.

"Kemana?" Yoora melihat teman-temannya yang juga bersiap-siap.

"Beberapa kilometer lagi ada penampung, kita kesana. Ilha, kau gendong dia lebih dulu nanti jika lelah bergantian saja" Jangsoo menunjuk salah satu gadis penyintas yang masih pingsan. Sedangkan penyintas lelaki sudah sadarkan diri namun harus dipapah oleh Youngsoo dan Doekjoong.

"Ais, menyusahkan saja!"

"Jangan begitu" Yoora memukul bahu Ilha pelan.

"AYO CEPAT!" Teriak Letnan Lee kepada para anggota peleton nya.

"Siap, Pak!"

...

Selama perjalanan Ilha sudah bergantian menggendong si gadis penyintas dengan Jangsoo lalu Jangsoo berganti dengan Wooteak, mereka hanya berhenti berjalan saat para laki-laki itu bergantian menggendong penyintas yang pingsan itu.

Setelah tiga kilo meter lebih berjalan sampai lah mereka pada penampungan delapan Maesong-si, penampungan ini adalah gedung Universitas. Dilapangannya banyak mobil bus penjemputan para penampung lalu mobil-mobil pribadi, itu semua terparkir sembarangan dengan keadaan yang sebagian rusak dan juga mayat-mayat berserakan disana.

Sesuai perintah komandan, mereka menyisir lapangan itu dulu ini, melihat mayat-mayat yang terdapat tidak jauh dari kendaraan mereka mungkin saja ada penyintas lainnya.

"Ada yang selamat?" Yoora bertanya pada Taeman yang meriksa mobil bersamanya, lelaki itu menggeleng.

"Shibal" Ilha menarik tangan Yoora untuk jalan bersamanya.

"Soocheol, mau kemana?" gadis itu melihat Soocheol berjalan ke bus yang paling jauh.

"Periksa dalamnya" Soocheol menunjuk bus dengan senapannya. Yoora mengikuti Soocheol, Ilha mengikuti Yoora.

Saat Soocheol masuk ke dalam bus, laki-laki itu terbatuk-batuk menutup hidung dan mulutnya.

"Oh!" Yoora menutup hidungnya ketika ikut masuk ke dalam bus. Mayat-mayat berserakan kebanyakan sudah tidak utuh dan sudah membusuk dengan bau yang sangat menyengat.

Dari tangga bus paling bawah Ilha menarik pinggang Yoora untuk turun.

Buru-buru Yoora melepas tangan Ilha dan berlari lalu memuntahkan isi perutnya. Ilha memijat pelan tengkuk gadis itu. Setelah dirasa selesai Ilha menyodorkan air mineral di dalam veples bottle miliknya pada Yoora.

"Isotonic nya keluar lagi" gadis di depan Ilha itu menggigit bibir bawahnya dengan matanya yang berkaca-kaca. Ilha tertawa pelan lalu memeluk Yoora dengan gemas.

"Gwenchana, nanti aku carikan lagi"

"Letnan Lee!" seruan Yoojung melepaskan pelukan Ilha. Ilha dan Yoora menghampiri Yoojung yang berlari ke arah Letnan Lee.

"Tidak ada tanda-tanda bola" Yoojung memperlihatkan alat di tangannya. Mereka bisa sedikit merasa lega.

Mereka memasuki pintu utama Universitas Maesong-si, walau bola tidak terdeteksi mereka tetap harus berpencar menyisir gedung ini entah mencari bola atau mencari penyintas.

Didalam aula besar terdapat banyak tenda kemah kecil, banyak mayat disini.

"Bau sekali" ucap Soonyi, Youngshin membuka salah satu jendela agar udaranya berganti.

Mereka memeriksa satu per satu tenda, Yoora membuka salah satunya.

"Oh, tuhan" gadis itu terduduk lemas di depan tenda itu dan meneteskan air matanya.

"Wae?" Wooteak menghampiri dan terdiam melihat apa yang Yoora lihat. Mayat balita menggenggam potongan tangan manusia dewasa, mungkin ibunya.

"Adakah yang selamat?" Letnan Lee menghampiri kelompok mereka. Jangsoo menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya semua orang disini sudah mati" ucap Youngsoo dengan suara yang bergetar.

"Kurasa tidak ada yang selamat"

"Apa orang tuaku baik-baik saja?" ucap Soonyi yang di jawab sunyi.

Benar, Apa orang tua mereka baik-baik saja? Melihat di penampungan sebesar ini tidak ada satupun yabg selamat. Bagaimana dengan penampungan yang di tinggali orang tua mereka?

🌼🌼🌼🌼

Terimakasih yaaa yang sudah rajin kasih bintang, author jadi tambah semangat 😊✊


Continue Reading

You'll Also Like

129K 15K 38
Sara terkejut saat terbangun di dalam drama yang ia tonton semalam, drama berepisode 10 yang ia habiskan dalam 1 malam. ©Meiihyeanna2023 230428 #1 i...
54.2K 7.2K 23
Ko Kyung Jun × Readers Episode 1 - 12 (Season 1) [completed] Fanfic (Season 2) [completed] Disarankan untuk menonton serialnya terlebih dahulu yups...
21K 2.6K 28
Kembalinya Han Na young ke masa lalu bersama dengan teman satu kelasnya, Jang Young Hoon memiliki tekat untuk merubah masa depan. Akan kah mereka ber...
4.4K 576 15
Seharusnya Minjee tidak ikut karyawisata dan fokus dengan kesembuhannya. Namun, dia bersikukuh mengikutinya meski tahu konsekuensi yang akan ia terim...