ATLAS (End)

By nsall_

9M 632K 31.2K

☠️WARNING : TYPO BERTEBARAN Menceritakan kehidupan Atlas Guallin Dexter, seorang anak tunggal yang terjerumu... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Information
PRESALE!!
Babak Baru
JEMPUT ATLAS!!

Part 63

44.7K 3K 183
By nsall_

Gaissss

Aku baru bisa update sekarang, maaf banget yaaa

Btw aku udah selesai UAS, yeyeye

Aku berharap nilaiku memuaskan dan semoga kalian yang UAS juga mendapat nilai yang memuaskan.

Langsung aja dah

Tapi

Jangan lupa vote dan komen

Follow ig dan wp
@nsall_
@wattpad.nsall

Happy reading 💕

^^^



Pukul 05.30 pagi, beberapa orang terlihat berlalu lalang di lorong rumah sakit. Suster juga beberapa kali terlihat berjalan di lorong, kemungkinan suster yang bekerja di shift malam.

Sebuah pintu terbuka, terlihat seorang wanita yang terbaring di hospital bed dengan infus yang terpasang di tangan kanannya. Langkah kaki memasuki kamar dengan tatapan penuh dendam, lalu menutup rapat pintu kamar tersebut.

Dengan kasar orang tersebut membangunkan wanita yang sedang tertidur pulas, tangannya menarik selimut lalu membuangnya segala arah, sebuah tamparan mendarat di pipi wanita yang sedang tertidur, hingga wanita itu langsung membuka mata.

“Hai Luna” Sapa Indria

Luna hanya diam memandangi wajah Indria yang tidak asing di ingatannya, sampai sebuah ingatan muncul yang kembali membuat hati Luna begitu terasa di remas kuat.

“Sudah mengingat saya?” Tanya Indria “Jika kau lupa akan saya ingatkan lagi, saya istri kedua Mas Doni. Kita menikah karena Mas Doni begitu mencintai saya, dia bahkan membuat saya hamil anaknya” Ujar Indria dengan senyum bahagianya.

Luna ingin membuka suara, namun tenggorokannya teras kering. Dia hanya bisa menahan air mata seraya meremas kuat seprai kasur.

“Luna… kenapa kamu nggak mati aja. Kamu cuman nyusahin Mas Doni, membayar rumah sakit memang kamu kira menghabiskan uang yang sedikit. Bagus kalau kesehatan jantung kamu membaik, tapi jika keadaan jantung kamu semakin buruk dan membuat kami mati. Bukannya itu akan membuang uang Mas Doni dengan sia-sia? Mati aja, lagian Mas Doni terlihat bahagia sama saya dan putra kecil kita”

Tubuh Luna mulai bergetar hebat, pikiran-pikiran buruk mulai muncul karena mempercayai setiap ucapan yang keluar dari mulut Indria.

Melihat Luna yang semakin tidak terkontrol membuat Indria tersenyum senang, lalu dia mengambil ponsel dari tas dan membuka sebuah galeri. “Kamu mau lihat buah cinta saya dan Mas Doni?” Tanpa menunggu jawaban dari Luna, Indria langsung menunjukan foto putranya yang tertidur pulas “Ini buah cinta saya dan Mas Doni, lihat wajahnya yang mirip dengan Mas Doni…..ah iya saya lupa” Indira menggeser foto tersebut ke foto yang lain “Ini saya dan Mas Doni saat di mall, Mas Doni perhatian banget. Dia rela pulang cepat untuk menemani saya ke mall, terus malamnya kita dinner di restoran mewah. Cincin ini juga hadiah dari Mas Doni saat melamar saya” Indria mengakat tangan kanannya yang terdapat cincin di jari manis.

“Luna, kamu mau melihat bagaimana malam panas saya dan Mas Doni?” Ujar Indria berbisik “Saya tidak peduli sih, kamu mau lihat apa nggak. Tapi saya akan tetap memberitahukan kamu, gimana gagahnya Mas Doni saat di atas ranjang, saya bahkan sampai kelelahan”

Nafas Luna mulai tidak stabil, tubuhnya semakin bergetar hebat. Kedua matanya bergetar melihat sebuah video yang memperlihatkan bagaimana Doni melakukan hubungan suami istri dengan wanita lain. Suara Indria yang menikmati dengan Doni yang terus mengucapkan kata ‘sayang’ pada Indria. Video usai, Luna merasakan jantungnya terasa begitu sakit, tangan kanan meremas kuat dadanya seraya menatap Indria dengan air mata yang terus keluar tanpa henti.

“Bagaimana kamu suka videonya?” Tanya Indria tanpa peduli bahwa Luna mulai merasakan jantungnya yanh seakan di copot secara paksa.

“Luna ada apa, kamu mau lihat foto saya dan Mas Doni yang lain. Atau kamu mau mati sekarang?” Indria menatap penuh kebencian pada Luna “Mau saya bantu untuk mati lebih cepat, Luna?” Tawar Indria memenuhi ruangan.

Indria menghapus air matanya karena terlalu tertawa senang melihat Luna yang sudah terlihat melemas “Eh jangan deh, saya mau kamu mati secara perlahan aja, nikmati sakitnya ya Luna” Indria langsung pergi meninggalkan Luna yang sedang kesakitan hingga tidak lama matanya mulai tertutup dengan air mata yang mengalir.

Luna dinyatakan kritis oleh dokter, hingga saat dokter datang untuk menangani Luna. Luna sempat mengalami henti jantung mendadak, namun dengan cepat dokter melakukan CPR dan memberikan kejutan listrik dengan berulang-ulang kali, hingga jantungnya kembali berdetak.

Sebelumnya Luna dirawat karena terjatuh saat olahraga bersama Doni, tidak cukup parah tapi telah membuat Doni begitu khawatir karena tidak ingin ada hal yang membahayakan Luna, Doni langsung membawa Luna ke rumah sakit.

Melihat kondisi Luna yang tidak terlalu parah, dokter telah mengizinkan Luna untuk pulang. Tetapi saat melihat Luna tertidur, membuat Doni tidak ingin membangunkan Luna dan meminta dokter mengizinkan Luna untuk tetap di ruang inap hingga besok pagi.

Saat pagi tiba, Doni pergi untuk mencari sarapan untuk Luna, karena biasanya Luna akan menolak makan rumah sakit. Namun saat kembali dia melihat posisi tidur Luna yang berubah dan selimut yang terjatuh ke lantai serta pintu yang terbuka lebar. Doni langsung mendekati Luna dan membangunkan Luna, namun mata indah itu tak kunjung terbuka, membuat Doni langsung memanggil dokter.

Doni menyesal membiarkan Luna sendiri di dalam kamar, harus dia tidak pergi meninggalkan Luna sendiri, harusnya dia tetap berada di samping Luna. Pria paruh baya itu terus menyalahkan dirinya sendiri atas kedua kalinya gagal menjaga Luna.

^^^

Nabella baru saja tiba di bandara, dia dengan cepat turun dari mobil dan berlari mencari tempat pembelian tiket. Netra menyelusuri sekeliling seraya terus melangkah, tubuhnya yang basah membuatnya manjadi pusat perhatian, namun dia tidak peduli.

Melihat petugas bandara, Nabella langsung berjalan mendekat “Permisi pak”

“Eh iya mba ada apa?”

“Saya mau tanya, pembelian tiket ada disebelah mana ya?”

“Oh kamu tinggal lurus aja dari sini, nanti ada kelihatan ada loket untuk membelian tiket pesawat” Ucap petugas seraya mengarahkan menunjuk arah penjualan tiket. 

Nabella mengangguk “Terima kasih pak”
Lantas Nabella langsung pergi menuju penjuala tiket, terlihat antrian yang tidak terlalu ramai membuat dia sedikit lega. Kini giliran Nabella yang membeli, tiket Jakarta-Solo telah berada di tangannya dengan jam 09.15, Nabella mempunyai waktu kurang dari 2 jam untuk menunggu.

Nabella duduk di bangku keberangkatan dengan tubuhnya yang menggigil dengan kepala yang mulai pusing. Dia memejamkan mata untuk sedikit meredakan rasa sakit di kepala dengan  tangan kanannya yang bergerak memijat perlahan pelipisnya.

“Nabella”

Nabella mendongak “Pak Vico” Nabella langsung bangkit dengan rasa sakit di kepala yang terus berdenyut.

Vico menatap tubuh Nabella yang memakai pakaian basah dan rambut yang juga basah. “Kamu kehujanan?” entah bagimana pertanyaan bodoh itu bisa keluar. Mungkin karena perasaan gugup yang timbul karena bertemu Nabella secara tidak sengaja.

“Iya pak, saya kehujanan saat nyari taxi untuk pergi ke bandara”

“Mau kemana?”

“Ke Solo”

“Dengan keadaan pakaian kamu yang basah seperti ini?” Nabella terdiam, jika dipikir-pikir dengan pakaiannya yang basah kemungkinan dia akan mengganggu orang-orang.

Vico membuang nafas panjang “Kalau gitu ikut saya, kamu harus mengganti pakaian kamu yang basah. Saya bawa beberapa baju, kamu bisa ganti pakaian kamu dengan pakaian saya. Jika kamu terus pake baju yang basah kamu bisa sakit”

“Terima kasih pak, tapi apa tidak merepotkan?”

“Tidak”

Nabella melirik pria yang berada di samping Vico, dia tidak pernah melihat pria itu. Vico melihat arah lirikan mata Nabella yang menatap Juangga.

“Ini teman saya, namanya Juangga” Ucap Vico berhasil membuat Juangga terkejut, ini pertama kalinya Vico memperkenalkan dirinya sebagai teman, biasanya Vico hanya memperkenalkan dia sebagai orang yang bekerja denganya.

“Saya Nabella” Ucap Nabella seraya sedikit menunduk dan tersenyum tipis. Juangga hanya membalas senyuman yang tidak kalah tipis.

“Ayo Nabella, sebelum pesawat kamu berangkat” Ajak Vico lalu melirik pada Juangga “Kamu tunggu disini saja” Juangga mengangguk

Nabella dan Vico berjalan menuju toilet bandara yang tidak terlalu jauh, sesampainya di depan toilet perempuan Vico menyerahkan pakaian yang dia bawa di dalam tas. “Saya tunggu disini” Nabella mengangguk lalu berjalan masuk.

10 menit Vico menunggu, hingga akhirnya Nabella keluar dengan kemeja biru dongker lengan panjang dan celana sebatas dengkul. Vico mengumpat, harusnya dia tidak memberikan kemeja itu untuk Nabella pakai, karena saat di pakai oleh Nabella, perempuan itu terlihat cantik berkali-kali lipat.

“Maaf saya merepotkan Pak Vico” Ujar Nabella tidak enak hati

“Tidak masalah, lagipula saya tidak merasa di repotkan…kamu nyaman dengan pakaian itu?” Tanya Vico yang tidak bisa memalingkan pandangannya dari Nabella

“Nyaman”

“Sudah makan? penerbanganmu di jam berapa?”

“Belum, tidak sempat makan. Penerbangan saya jam 09.15”

“Masih ada waktu untuk sarapan, ayo kita sarapan dulu. Saya tidak ingin kamu kenapa-kenapa karena perutmu belum terisi, terlebih kamu habis kehujanan” Ajak Vico yang langsung berjalan lebih dulu. Nabella mengikuti Vico dari belakang, saat berjalan bersama banyak yang memandang kearahnya dan Vico, namun lagi-lagi Nabella tidak ingin terlalu memikirkan hal yang tidak penting.

“Kamu mau makan apa?” TanyaVico seraya melirik ke arah Nabella
Nabella menatap stan makanan seraya berpikir “Kfc?”

“Kamu yakin?” Nabella mengangguk
Keduanya memasuki restoran yang menyediakan fried chicken dengan kualitas terbaik dan terenak. Vico memesan makanan untuknya dan Nabella, sedangkan perempuan itu duduk disamping kaca seraya menunggu Vico kembali.

Nabella menatap orang yang berlalu-lalang di bandara, netranya terpusat pada keluarga kecil yang terlihat sangat bahagia. Ayahnya menyuapi putri kecil dengan ibu yang duduk di samping sang putri seraya mengelus rambut penuh kasih sayang. Dia jadi teringat moment yang hampir sama dengan keluarga kecil itu, rasanya dia ingin kembali ke masa dimana semuanya baik-baik saja, dia ingin kembali dan meminta sang ayah untuk tidak pergi kerja hari itu, agar kejadian-kejadian menyakitkan itu tidak datang di tengah-tengah keluarganya.

Lagi-lagi air matanya luruh, Nabella ingin cepat tiba di Solo untuk menyusul sang ibu yang sekarang dinyatakan koma. Bisa kah Tuhan tidak terus menerus memberikan penderitaan pada ibunya, bisa kah Tuhan berbaik hati memberikan beribu-ribu kebahagian untuk ibu.

“Kenapa?” Tanya Vico seraya menaruh nampan di meja mereka. Nabella langsung menghapus air matanya “Nggak apa-apa, saya hanya tiba-tiba mengantuk” Jawabnya berbohong.

Vico hanya mendehem, dia tidak ingin menanyakan hal tersebut lebih lanjut. Meskipun dia tahu Nabella berbohong, tapi dia tidak bisa memaksa Nabella untuk bercerita. “Kalau gitu dimakan, keburu penerbangan mu tiba”

Keduanya makan tanpa ada obrolan di dalamnya, hingga makanan mereka berakhir keduanya masih terdiam. Vico menatap jam yang melingkar di tangan kanan, masih ada waktu 15 menit sebelum keberangkatan Nabella ke Solo, dia ingin mengungkapkan sesuatu yang mengganjal di hatinya.

“Nabella”

Nabella menatap ke arah Vico “Kenapa Pak…..Ah iya punya saya jadi berapa Pak” Tanyanya seraya mengeluarkan dompet dari saku kanan.

“Tidak perlu anggap saja saya sedang mentraktir kamu, karena saya berhasil mengajak kamu makan bersama meski harus di bandara” Ujar Vico seraya terkekeh menahan perasaan yang terus menggejolak di hatinya.

Ucapan Vico berhasil membuat Nabella merasa bersalah “Maaf Pak”

“Lupakan saja”

“Terima kasih Pak Vico….. jadi bapak ingin mengatakan apa ke saya?”

“Saya….saya” Vico memberhentikan perkataannya seraya membuang nafas gugup “Maaf jika pengakuan saya bikin kamu terkejut, saya tidak berharap kamu membalas karena saya ingin kamu mendengarkan saja semua ucapan saja hingga selesai” Nabella hanya mengangguk, meskipun dia merasa bingung.

“Nabella, sejak pertama kamu datang untuk pertama kali kerja di rumah sakit milik keluarga saya di Solo. Saya sudah jatuh cinta sama kamu, sampai saya rela bolak-balik Jakarta Solo hanya karena saya ingin melihat kamu. Setiap kali kamu berinteraksi dengan pasien dan setiap kali senyum kamu terbit saat bersama pasien membuat saya semakin jatuh cinta, saya begitu mengagumi kamu dengan hati kamu yang begitu baik” Ujar Vico seraya menatap wajah Nabella yang terlihat terkejut. Nabella terkejut, tentu saja.

“Saat bersama kamu, saya jadi diri saya sendiri Nabella. Saya tidak memakai topeng saya saat bersama kamu, saya tersenyum, saya tertawa, saya berbicara bersama kamu. Saya benar-benar jadi diri saya, Juangga menyadarkan saya banyak hal, salah satunya bahwa saya tidak mendapatkan kamu ketika hati kamu sepenuhnya tertuju pada pria lain, mau bagaimanapun rencana saya untuk mendapatkan kamu, pada akhirnya saya hanya akan terus menyakiti diri saya sendiri” Sakit, rasanya sangat menyakitkan. Merelakan seseorang yang begitu dia cintai untuk pria lain dan lagi-lagi dia tidak mendapatkan apapun yang membuatnya bahagia. Mungkin ini balasan Tuhan karena selama hidup, dia telah berprilaku jahat pada Agam, hingga Tuhan tidak akan membiarkannya mendapatkan kebahagiaan.

“Hari ini…..mungkin menjadi hari terakhir saya melihat kamu. Nabella disini..disini” Vico menujuk dadanya yang terasa begitu menyesakan, bagaimana kenyataan dan keputusannya membuat hatinya terus diremas tanpa henti “Disini rasanya sakit, sakit sekali. Tapi….saya harus merelakan kamu dan pergi jauh dari hidup kamu, demi kebaikan saya dan kamu” Untuk pertama kali Vico menangis tersedu-sedu menujukan betapa lemah dia dihadapan orang lain, terlebih perempuan.

Nabella bangkit dan berjalan menuju Vico lalu memeluk pria itu, ketika pria itu mengutarakan isi hatinya. Nabella bisa melihat betapa rapuhnya Vico, keputus asaan, rasa lelah, lemah untuk pertama kali.

Hangat, rasa hangat untuk pertama kali Vico rasain setelah dia kehilangan ibunya. Pelukan yang hilang belasan tahun, pelukan yang hangat dan penuh kasih sayang yang tidak lagi Vico rasakan setelah kehilangan ibu. Vico melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Nabella dengan sangat erat, berharap pelukan ini tidak hilang darinya.

“Saya salah Na, Saya salah karena sudah terlalu jahat pada Agam. Saya menjadi kakak yang buruk buat dia, saya hanya memikirkan perasaan dan ego saya sendiri. Sejak Agam lahir, saya tahu bahwa dia tidak akan pernah tahu kenapa dia berada di tengah keluarga saya, dia tidak pernah tahu kenapa kakaknya membencinya, saya tahu mungkin dia juga tidak ingin terlahir di kehidupan yang membuatnya sakit karena tidak tahu apapun. Ini bukan salahnya, tapi saya menumpahkan semuanya pada Agam, saya membalas rasa sakit ibu pada Agam. Saya jahat, saya jahat….rasanya begitu sakit secara bersamaan” Setelah menangis dan mengutarakan semuanya, Vico melepas pelukannya pada Nabella lalu dia mengambil sebuah amplop hitam berukuran sedan dari tas kecil yang dia bawa.

“Boleh saya minta tolong….tolong kasih ini untuk Agam. Berikan padanya dan bilang bawa semuanya selesai saya akan kembali menjemput dia, bilang padanya untuk tunggu kakaknya kembali” Nabella mengambil menatap amplop tersebut “Kenapa bapak tidak memberikannya sendiri? bapak juga bisa meminta maaf langsung” Bukannya tidak ingin memberikan amplop tersebut, hanya saja dia ingin Agam dan Vico berbaikan secara langsung.

“Saya harus pergi sekarang….saya tidak bisa bertemu Agam sekarang. Maaf kalau merepotkan mu, Nabella”

“Tidak sama sekali, saya akan berikan. Tapi Pak Vico harus janji akan menemui Agam jika urusan Pak Vico selesai”

“Pasti”

“Ini sudah waktunya kamu berangkat kan, kalau gitu ayok saya temani kamu sampai di depan pintu keberangkatan” Ujar Vico sembari mellihat kearah jarum jam.

Mereka meninggalkan tempat makan, kini  keduanya sudah berada di pintu keberangkatan. Nabella menatap Vico sesaat lalu kembali memeluk pria itu “Pak Vico bukan orang yang jahat, keadaan yang bikin bapak menjadi jahat. Saya ingin bertemu Pak Vico kembali dengan versi bapak dengan kebahagiaan yang bapak ciptakan sendiri dari hati bapak. Saya harap bapak menemukan perempuan lebih baik dari saya, yang bisa membuat Pak Vico merasakan kebahagiaan dan ketulusan” Bisik Nabella

“Saya tidak akan menghapus nama kamu di hati saya, kamu punya tempat spresial di hati saya. Saya juga ingin kamu bahagia dengan pilihan kamu” Balas Vico seraya melepas pelukannya
Nabella pergi meninggalkan Vico yang tersenyum getir menatap punggung Nabella. Hari ini, hari terakhir Vico melihat wajah Nabella, karena setelah dimana Juangga menyadarkannya dan dia mencurahkan semua isi hatinya di makan sang ibu. Vico sadar dan memilih untuk pergi, membawa perasaan cinta dan sayang pada Nabella.

“Ayok Vic” Juangga menatap Vico dengan rasa sedih, dia tahu Vico begitu berat merelakan cinta pertamanya. Tapi mau bagaimana pun, Vico harus memperbaiki mentalnya yang rusak sejak kecil, Vico membutuhkan ketenangan untuk memperbaiki semua kesalahannya.

^^^

Btw apa yang diomongin Indria itu cuman halusinasi. Dia terlalu terobsesi sama Doni. Soalnya tentang dia ngomong nikah juga, ngga dia nikah gais. Pokoknya dia cuman halusinasi.

Jadi Vico sakit sih, tapi mau gimana lagi. Keadaan mental dia juga lagi ngga baik sejak kecil. Semenjak perubahan ayahnya ke ibunya gitu. Dan yang sadar cuman Juangga.

Hufftt berat

Bye gais

Sampai bertemu di part selanjutnya

Jangan lupa vote dan komen

Follow ig dan wp
@nsall_
@wattpad.nsall





Nexttt

Continue Reading

You'll Also Like

12.4K 446 13
Lelaki tinggi dan tampan itu adalah teman adik laki-laki ku! Krriieettt... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Mulutku menganga mataku membula...
1.3M 99.3K 45
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, KARENA SEBAGIAN PART PRIVATE SECARA ACAK] PRINCEKANIA XAV SERIES KE-04 SEQUEL OF AMETTA. Regita Kania. Sosok gadis yang di p...
1M 70.5K 54
Hidup Alif syegaf hancur berantakan ketika ayahnya dinyatakan meninggal akibat serangan jantung ketika mengetahui istrinya kabur membawa semua aset b...
60.1K 2.5K 36
"Karena cinta bukan hanya sebuah rasa." Scarletta Queenara Gadis angkuh dan arogan dengan sejuta pesonanya. Tidak ada yang berani mendekati gadis itu...