ATLAS (End)

By nsall_

9M 632K 31.2K

☠️WARNING : TYPO BERTEBARAN Menceritakan kehidupan Atlas Guallin Dexter, seorang anak tunggal yang terjerumu... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Information
PRESALE!!
Babak Baru
JEMPUT ATLAS!!

Part 56

60.2K 3.7K 487
By nsall_

Hai guys

Maaf buat kamis kemaren² yang udah nungguin update. Dan ternyata aku baru bisa update sekarang

Jadi

Aku kasih wadah buat kalian maki² aku hehehehe

.......

Tapi aku mau kasih alasan aku, ya mau baca atau engga terserah sih 😁
Maaf banget karena beberapa hal yang aku jadi jarang update. Kadang suka lupa sama tanggung jawab aku di wp buat terus update. Karena beberapa faktor ini.

Jadi maaf banget gaiss 😔

Ah iya
Jangan lupa vote dan komen
Follow juga ig dan wp
@nsall_
@wattpad.nsall

Happy reading 💕

^^^

Bermula dari pertanyaan Jihan tentang Nabella yang masuk kedalam kamar Atlas dan menutup pintu dari dalam, tersebar cepat hingga kesemua telinga orang-orang yang ada di rehabilitasi. Termasuk Nabella sendiri. Karena hal itu, beberapa orang mulai berasumsi tentang Nabella, beberapa suster juga terang-terangan membicarakan Nabella ketika perempuan itu melewati mereka.

Beberapa dokter juga menegur Nabella untuk tidak mengulanginya lagi agar nama tempat rehabilitasi tidak tercoreng. Nabella mengiyakan tanpa ingin membantah, dia tidak ingin ada keributan jika dia memberikan pembelaan.

Nabella mengumpat dirinya sendiri, mengingat semenjak pacaran dengan Atlas. Dia sepertinya mengeyampingkan sikap profesional yang sejak awal sudah dia bangun, dia bahkan sudah mewanti-wanti dirinya sendiri untuk tidak bertingkah di tempat orang. Namun dia malah melupakan hal itu.

Ini yang Nabella takutkan, pandangan orang terhadapnya. Pertama kali dia memasuki kamar Atlas, Nabella sudah takut dengan pandangan orang, bagaimana pemikiran orang saat melihat dia memasuki kamar Atlas, bagaimana pemikiran mereka saat Atlas memeluknya, bagaimana pemikiran mereka tentang kedekatannya dengan Atlas yang terlihat tidak biasa. Bahkan saat Atlas meciumnya ditaman, Nabella sangat ketakutan jika ada orang lain yang melihat, dia takut jika kamera cctv mendapatkan rekaman mereka hari itu.

Bagaimana pun yang jelek bukan hanya namanya, tetapi juga nama Atlas. Nabella takut jika karena persoalan ini Atlas jadi ikut terseret dan mengakibatkan masalah besar pada pria itu. Dia akan menerima jika orang-orang membicarakannya, dari pada harus membicarakan Atlas dengan perkataan-perkataan yang tidak mengenakan. Nabella cukup kebal mendengar namanya sebagai bahan gibah, karena dia sudah merasakannya ketika duduk dibangku kuliah dulu.

“Nana, kamu dipanggil pak Tino. Beliau bilang kamu disuruh datang keruangannya sekarang” Beritahu suster yang tiba-tiba datang menghampirinya

“Ah iya terima kasih” Kata Nabella
Nabella bangkit lalu dia menggantungkan kembali figura foto yang baru selesai dibersihkan dari debu-debu yang menempel pada penutup kaca. Kakinya mulai berjalan pada lorong yang sepi hingga dia mendengar suara tawa yang bising dari arah ruang televisi.

Jihan dan para suster terlihat menikmati waktu istrirahat mereka dengan menonton acara televisi bersama-sama. Suster yang memberitahunya untuk keruangan Pak Tino juga ada di tengah-tengah mereka.

“Nabella” Panggil Dara

Tersadar dari lamunannya “Iya” Jawab Nabella

“Udah keruangan Pak Tino?” Tanya Dara

“Ini mau kesana”

“Masih anak baru tapi udah buat Pak Tino nunggu” Sinis Yuli seraya kembali menatap layar televisi

“Kalau gitu aku permisi” Nabella tesenyum tipis lalu kembali berjalan meninggalkan ruangan televisi.

Telapak tangan berkeringat, ruangan dengan pintu putih terlihat beberapa langkah di depan. Nabella mencoba mengatur pernafasan yang memburu, jantung berdegup cepat dan pikirannya mulai berkelana tentang pertanyaan yang akan ditanyakan oleh Pak Tino, apa Pak Tino akan percaya dengan ucapan orang-orang dan ikut menyudutkannya tanpa bertanya? Atau malah Pak Tino akan percaya dengan penjelasannya nanti?.

“Iya masuk” Nabella membuang nafas panjang, tangannya menggengam erat kuping pintu yang yang perlahan dia buka. Terlihat Pak Tino yang sedang fokus menatap layar laptop yang ada dihadapan pria itu. Nabella melangkah masuk lalu menutup kembali pintu dengan perlahan.

“Silahkan duduk Nabella” Ujar Pak Tino seraya sedikit menggeser letak laptop lalu meletakkan kedua tangannya di atas meja.

Nabella duduk dihadapan Pak Tino, suasana yang terasa mencengkam membuat dia semakin gugup. Kedua tangannya menyatu seling mengerat di atas paha,lalu dia memberanikan diri untuk menatap Pak Tino.

“Kamu tahu kan kenapa saya manggil kamu kesini?” Tanya Pak Tino. Nabella mengangguk

“Beberapa suster merasa resah sama cara kamu menjadi suster pribadi Atlas, kata mereka kamu selalu menutup pintu saat bersama Atlas dalam kamarnya, bagaimana kamu yang kata mereka tidak bekerja seperti suster lain, tidak membantu masak bersama dan macam-macamnya itu” Ujar Pak Tino

“Kamu tahu kan, saya meminta Vico untuk suster terbaiknya bisa bekerja disini membantu saya untuk menjadi suster pribadi Atlas. Kamu tahu kan jika hanya Atlas yang memiliki suster pribadi, sedangkan yang lain tidak. Itu karena Atlas bisa dikatakan antisosial, pria itu tidak bisa berbaur dengan pasien lain, pria itu juga cukup tertutup karena beberapa kali ditanya persoalan kenapa dia memakai Atlas sama sekali tidak membuka suara. Tapi saya senang adanya kamu, Atlas semakin lama semakin menunjukkan perkembangan yang baik. Tapi Nabella, ada hal yang harus kamu tahu bahwa ini tempat rehabilitasi, saya tahu kamu mungkin tidak melakukan apapun di kamar Atlas seperti yang dikatakan beberapa suster kepada saya. Karena Zidan, menceritakan bagaimana kinerja kamu sebagai suster di tempatmu sebelumnya, terlebih Vico juga mengatakan hal yang sama. Itu juga yang membuat saya tidak ragu untuk memilih kamu sebagai suster pribadi Atlas” Sambungnya

“Tapi setelah ini, saya harap kamu bisa bertindak profesional. Karena saya tidak ingin nama kamu jelek hanya karena kesalahan yang mungkin tidak sengaja dan memiliki alasan tertentu. Dan kita sudah sepakat bahwa tidak ada hubungan apapun dengan pasien di dalam pekerjaa.” Ujarnya kembali

Mata Nabella terlihat sayu ketika perkataan terkahir Pak Tino kembali mengingatkannya. Sejak awal, Pak Tino sudah memberigahukannya bahwa suster tidak di perbolehkan memiliki niat apapun dengan pasien, apalagi memiliki hubungan lebih.

Nabella mengangguk kaku, lalu dia memberanikan diri bicara “Boleh saya mengatakan kenapa saya menutup pintu kamar Atlas kemarin?” Tanya Nabella

“Ya silahkan”

“Sebenarnya, seperti biasa saya hanya ingin mengecek apa Atlas sudah bangun atau belum. Tapi saat saya ketuk berkali-kali, Atlas tidak menjawab ataupun membuka pintu, hal itu membuat saya khawatir. Saya langsung membuka pintu kamar dan melihat Atlas masing terbaring di atas kasur dengen selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Saya juga melihat, tubuh Atlas bergetar seperti menggigil. Saat mengecek suhu tubuhnya, ternyata Atlas demam tinggi. Karena saya tidak ingin Atlas semakin kedinginan, saya berinisiatif untuk menutup pintu tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya. Karena saat itu saya memikirkan keadaan Atlas dan Atlas juga cukup rewel hingga saya mau tidak mau menemaninya hingga tertidur. Saat dia tertidur pulas, saya memanggil dokter Paul, dokter Paul bilang bahwa Atlas kelelahan hingga akhirnya drop. Jika Pak Tino masih belum peracaya, bapak bisa bertanya langsung pada dokter Paul” Papar Nabella tanpa kebohongan

Pak Tino tersenyum seraya mengagguk, dia bukan meragukan penjelasan Nabella atau tidak mempercayai perempuan itu. Hanya saja, dia mengantisipasi agar hal ini tidak semakin besar, dia juga tidak ingin adanya kejadian mesum atau apapun. Karena posisinya mereka berada di dalam ruangan tertutup, sehingga mereka yang tidak ada disana bisa memikirkan apapun tentang hal itu, terlebih di dalam terdapat cewek dan cowok.

“Saya mengerti, karena dokter Paul sudah menjelaskan kesaya persoalan itu. Tapi saya harap kejadian ini tidak terulang lagi, Nabella” Ujar Pak Tino mengingatkan Nabella

“Iya Pak, saya minta maaf”

“Kalau gitu kamu bisa pergi dan kembali beraktivitas” Nabella mengangguk lalu berjalan keluar dari ruangan Pak Tino.

Tapi Nabella kembali takut jika hubungannya dengan Atlas terdengar oleh Pak Tino.

Ya setidaknya Nabella bersyukur untuk saat ini karena Pak Tino percaya pada ucapannya, sehingga masih ada orang yang mempercayainya. Senyumnya terukir, ketika pikirannya tertuju pada Olivia. Jika ada perempuan itu disini, Nabella yakin bahwa Olivia akan mencak-mencak pada semua orang yang telah memberikan isu tidak benar padanya. Bagaimana bawelnya Olivia, membuatnya begitu merindukan Olivia.

Sudah berapa lama ya dia tidak melakukan panggilan video dengan Olivia, mungkin semenjak perempuan itu bilang bahwa dia sedang dekat dengan Zidan. Olivia bercerita panjang kali lebar tentang bagaimana Zidan membalas pesannya, menanyakannya, mengabarinya setiap saat, bagaimana Zidan yang pertama kali mengangkat panggilan video. Olivia bercerita dengan wajahnya yang begitu senang, seperti bunga yang baru saja mekar.

“Nabella” Senyumnya memudar saat pendengarannya begitu mengenal suara yang memanggilnya.

Jihan berdiri di depannya “Gimana, Pak Tino nanya apa? Dia nggak marahin kamu kan? Dia nggak memberhentikan kamu kan?” Tanya Jihan yang terlihat peduli

“Kenapa pemikiran kamu jauh banget Jihan, pertanyaan kamu seolah bahwa aku telah melakukan kesalahan besar yang tidak bisa dimaafkan. Tapi aku senang, ternyata kamu peduli. Terima kasih atas kepedulian kamu, Jihan” Ujar Nabella seraya tersenyum manis

“Maaf bukan gitu maksud aku, aku cuman khawatir. Mengingat permasalahan ini berawal dari pertanyaan aku, yang sama sekali nggak bermaksud apa pun” Sesal Jihan

“Yang mungkin begitu, karena kita nggak akan tahu tujuan penanya mengarah kemana dan isi pikirannya apa, karena kita bukan peramal, kan?. Karena cuman yang bertanya yang tahu bermaksud baik atau tidak. Jadi lupain aja Jihan, ini bukan salah kamu kok, kamu kan cuman bertanya” Putus Nabella

“Tapi aku mau berterima kasih sama kamu, karena pertanyaan kamu. Orang-orang jadi peduli sama aku, ngasih tahu aku sehingga aku bisa belajar lagi menjadi suster yang baik dan profesional, mungkin seperti kamu gitu. Terima kasih ya, Jihan” Sambungnya

Jihan tersenyum terpaksa meskipu tangan kananya sudah mengepal erat. “Iya, tapi nanti aku bilang ke yang lain, untuk stop membicarakan kamu yang engga-engga”

“Sekali lagi, terima kasih Jihan”

“By the way kamu mau gabung sama yang lain di ruang televisi?” Tanya Jihan terpaksa.

“Maaf aku nggak bisa, setelah ini aku harus kembali ke kamar Atlas, soalnya dia lagi sakit. Maaf ya Jihan” Tolak Nabella

“Atlas sakit, sakit apa? Boleh aku ikut kamu buat liat keadaan Atlas, aku khwatir banget” Raut wajah Jihan terlihat terkejut dan cemas secara bersamaan.

“Boleh, tapi kamu bisa dateng saat Atlas sudah bangun. Karena Atlas baru aja tidur setelah minum obat”
Jihan tersenyum lega “Makasih ya Nabella udah izinin aku, aku bener-bener khawatir banget kalau denger Atlas sakit”

Nabella mengangguk “Kalau gitu aku duluan ya Jihan”

“Iya”

^^^

“Kenapa lama?” tanya Atlas dengan suaranya yang lemah

“Maaf ya, tadi aku dipanggil Pak Tino dulu sebentar”

Nabella duduk di tepi kasur sambil mengelus rambut Atlas “Kamu mau makan?” Tanyanya

Atlas mengangguk “Iya, tapi aku malah jadi nyusahin kamu” Atlas benci ketika tubuhnya benar-benar lemas, karena sakit dia jadi merepotkan Bella. Bahkan sepertinya, perempuan itu tidak tidur dengan baik karena menjaganya.

Nabella tersenyum tipis “Nggak sama sekali, jangan pernah berpikir seperti itu. oke” Atlas mengangguk seraya menarik lembut tangan Nabella dari kepalanya “Makasih Bella, I love you” Ujar Atlas sambil mengecup punggung tangan Nabella

Nabella hanya tersenyum tanpa ingin membalas “Kalau gitu aku ambil makanan buat kamu dulu, tunggu disini sebentar ya” Atlas menganggu tanpa ingin bertanya kenapa Nabella tidak menjawab.

Atlas memejamkan mata untuk sedikit mengurangi rasa pening yang terus bersarang dikapalanya. Beberapa menit Nabella keluar, Atlas kembali mendengar pintu terbuka. Cepet banget, pikirnya

Saat membuka mata, Atlas terkejut ternyata bukan Nabella yang datang melainkan Jihan. Sial tubuhnya yang lemas, membuatnya sulit untuk mengusir Jihan dari kamarnya.

“Atlas kamu nggak apa-apa? Bagian mana yang sakit? Kamu kenapa bisa demam kaya gini? Nabella ngurusin kamu dengan benar kan?” Cerocos Jihan membuat rasa pening di kapalanya semakin bertambah.

“Berisik!”

“Atlas aku khawatir banget sama kamu” Ujar Jihan dengan memberikan ekspresi yang benar-benat kahwatir dengan keadaan Atlas “Oiya aku buatin kamu sup telur, kesukaan kamu. Mumpu masih hangat aku suapin ya”

Sup telur, Atlas jadi teringat Binara. Ibunya itu selalu membuatkan sup telur ketika dia sakit, karena ketika sakit Atlas akan sangat pemilih untuk makanan dan akan sulit untuk makan. Oleh karena itu, Binara membuatkan sup telur yang begitu lembut dan berhasil membuat Atlas akhirnya ingin makan dengan lahap.

Atlas dengan sadar mengiyakan Jihan, dia tidak menolak untuk sup telur itu karena sudah lama dia tidak memakan sup telur. Meskipun dia ingin menolak untuk disuapi, tetapi karena keadaanya yang lemas membuat dia akhirnya mengiyakan.

Mendengar sup telur, membuat Atlas melupakan Nabella yang sedang mengambil makanan untuk dia.

Jihan tersenyum penuh kemenangan, Jihan mulai menyuapi Atlas dengan jarak keduanya begitu dekat. Perempuan itu duduk di tepi kasur dengan Atlas yang menyender pada tembok dibelakangnya.

Atlas mengakui jika rasanya tidak buruk, ini enak walaupun tidak semirip sup telur buatan ibunya. Dia makan begitu lahap dengan Jihan yang terus menyuapi secara perlahan.

Disisi lain Nabella tersenyum sup ayam buatanya sudah selesai, karena tidak ingin membuat Atlas mengunggu dan kelaparan. Nabella mulai berjalan menuju kamar Atlas dengan senyum tipisnya yang tidak pudar. Sesampainya dia didepan kamar Atlas, senyumnya menghilang, langkah kakinya terhenti diambang pintu.

Terlihat Jihan menyuapi Atlas, pria itu bahkan menerimanya dengan lahap. Nabella menatap nanar sup ayam di tangannya, rasa sakit itu terasa lagi. Meskipun berkali-kali dia menekan dan berusaha menghilangkannya, tapi kenapa semakin sakit.

“Nabella, kenapa diam disitu” Kata Jihan membuat Nabella langsung mengangkat kepalanya, kakinya berjalan masuk dengan sup ayam yang masih terasa hangat

“Kamu bawa makanan buat Atlas?” Tanya Jihan yang masih duduk tepi kasur dengan mangkuk yang sudah kosong

“Iya tadinya, tapi kayanya Atlas udah makan. Jadi aku akan bawa lagi ke dapur” Nabella lagi-lagi senyum terpaksa itu terlihat seraya menatap mangkuk lalu beralih menatap Atlas dan Jihan secar bergantian

“Maaf ya Nabella aku nggak tahu kalau kamu udah buat makanan untuk Atlas” Ujar Jihan yang lagi-lagi dengan mudah menampilkan wajah sedih dan bersalahnya.

“Nggak apa-apa… aku malah seneng Atlas kali ini makan dengan lahap bahkan sampe tidak tersisi” Ucap Nabella sambil menatap Atlas. Sedangkan pria yang ditatap menatap sendu dan rasa bersalah pada Nabella.

“Iya soalnya aku buatin makanan kesukaan Atlas” Kata Jihan dengan senyum cerianya

“Syukur deh” Nabella beralih menatap Atlas dengan senyum dan tatapan tulusnya “Bagus Atlas, aku seneng kamu makan banyak hari ini. Cepat sembuh” Tangan kanan Nabella terangkat dengan empat jari mengepal kedalam sedangkan ibu jari terangkat lurus keatas.

Atlas lagi-lagi merasa bersalah. Tatapan tulus dan senyum manis Nabella yang sedari tadi tampak menghiasi wajahnya membuat hati Atlas resah karena perasaan bersalahnya.

^^^

Berapa orang nih yang pengen Jihan musnah?? Sabar ya gaiss, siapa tau kan plot twis ternyata Jihan orang yang selalu Atlas bilang 'dia'² itu. Ga ada yang tau kan, kalau tiba² ternyata aku jahat sama Nabella 🤭

Altas emang sulit nolak sesuatu yang berhubungan sama Binara. Secinta itu Atlas sama Binara. Atau Atlas nemerima juga karena faktor efek narkoba. Karena narkoba nggak bisa yang ilang tiba² di dalam tubuh. Namanya juga masa pemulihan atau penyembuhan.

Jadi maklumin aja
(Itupun kalau bisa hahahahaha)

Yok yok
Mau bilang apa ke ATLAS

Mau bilang apa ke
NABELLA

Atau ke Jihan

Tapi jangan kasar² ke Atlas, nanti dia ngadu ke Nabella 😄😄


Jangan lupa vote dan komen

Follow ig dan wp
@nsall_
@wattpad.nsall

Sampai bertemu di part selanjutnya

Bye

Next


Continue Reading

You'll Also Like

1M 13.2K 44
*** Sedang proses editing dan revisi Semesta memisahkan kita, tetapi takdir mempertemukan kita~ Dirly Arselan
12.4K 446 13
Lelaki tinggi dan tampan itu adalah teman adik laki-laki ku! Krriieettt... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Mulutku menganga mataku membula...
1.3M 99.3K 45
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, KARENA SEBAGIAN PART PRIVATE SECARA ACAK] PRINCEKANIA XAV SERIES KE-04 SEQUEL OF AMETTA. Regita Kania. Sosok gadis yang di p...
4.4M 262K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...