SIAPAAA YG NUNGGUIN NOVEL INI UPDATEEE??
ENJOYYY!!
------------
Arabella pingsan setelah sampai rumah sakit. Napasnya terdengar sangat lemah, membuatku berulang kali harus memastikan jika dia masih hidup.
Wajahnya pucat dan mengeluarkan keringat dingin yang bercucuran hebat di kening, seperti tengah menahan sakit di perutnya.
Karena kondisinya yang tidak memungkinkan, mau tidak mau Arabella harus menjalankan operasi caesar dengan banyak dokter bedah yang menanganinya. Sedangkan aku hanya menunggu di luar dan menatap ruang bedah dengan kosong.
"Arabella harus hidup, tidak, tidak boleh mati!" gumamku berulang kali seperti kaset rusak. Aku menggigit bibir dengan gelisah dan berjalan mondar-mandir tidak tentu arah.
Di tengah kesendirian ini, aku semakin ketakutan membayangkan hal-hal buruk yang terjadi pada Arabella. Jangankan mengabari keluarga yang lain, untuk berdiri saja aku sudah sangat lemas.
Ini terasa sangat lama karena aku tidak bisa melihat kondisinya. Dokter bangsat itu mencegahku dan menyuruhku untuk menunggu, entah sampai kapan.
Dengan telingaku yang peka, dapat ku dengar suara para dokter yang membuatku semakin kalang kabut. Badanku gemetaran dan hatiku semrawut.
"Ibunya bernapas dengan sangat lemah, dok, terdapat banyak air di saluran pernapasannya. Akan berbahaya jika kita memberikannya anestesi, efek sampingnya bisa mempengaruhi pernapasan. Apa tindakan kita, dok?" tanya suster dengan nada panik.
Jantungku berdetak kencang mendengar Arabella yang bertahan hidup di dalam sana. Mengingat matanya yang tertutup tadi, membuatku cemas setengah mati.
Aku tidak pernah melihatnya dengan kondisi mengenaskan seperti itu, seakan Arabella sudah siap untuk meninggalkan ajalnya. Hanya dengan memikirkannya saja, tanganku mengepal dan napasku tidak beraturan dibuatnya.
"Beri dia selang oksigen, kita harus memastikannya tetap bernapas sebelum memulai pembukaan selanjutnya," ucap sang dokter berusaha tenang.
Walaupun begitu, masih dapat ku dengar suara mesin detak jantung Arabella yang naik turun tidak beraturan, menandakan dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Sial, dokter bodoh, jelas sekali Arabella tidak baik-baik saja di dalam sana. Wangi vanilla di tubuhnya tercium sangat pekat membuatku takut dia mengalami pendaharan.
Aku ku pecat semua dokter di rumah sakit ini kalau terjadi apa-apa pada wanitaku!
Tidak pernah aku setakut ini dalam hidupku, selain karena satu orang. Melihat Arabella di tengah hidup dan matinya, menimbulkan kegelisahan yang teramat sangat.
Setelahnya yang ku dengar hanyalah kepanikan dari para dokter dan juga perawat. Aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam, suara mesin detak jantungnya terdengar semakin tidak normal.
Aku takut dengan dugaanku sendiri, namun sepertinya kondisi Arabella sedang kritis.
Sontak keningku mengerut bingung, dia kemarin masih baik-baik saja. Walaupun akhir-akhir ini memang banyak diam dan melamun, akan tetapi tubuhnya tampak sehat.
Masih ku ingat beberapa bulan yang lalu Arabella mengatakan ingin lahir normal, dia tidak mau merasakan operasi. Salah satu permintaannya juga adalah aku harus berada di sampingnya. Namun, itu permintaan lama.
Aku lupa tidak menanyakannya akhir-akhir ini. Kebanyakan kegiatan kami adalah bercinta dan tertidur setelahnya, Arabella jadi jarang terbuka padaku saking lelahnya.
"Tubuhnya seperti menolak untuk disembuhkan, dok. Kita harus cepat mengeluarkan bayinya sebelum pendarahannya semakin banyak," ucap perawat diiringi dengan suara alat-alat bedah yang berdentingan.
Tidak kuat mendengarkannya lagi, akhirnya aku terduduk dan memejamkan mata. Terlalu menyeramkan mengetahui Arabella kesakitan di sana.
Luka gores sedikit saja aku sudah uring-uringan sepanjang hari, entah bagaimana nanti jika melihat bekas jahitan di perutnya.
Namun, itu semua terdengar lebih baik dibandingkan tidak bisa menatap Arabella lagi, mungkin aku akan mati.
Ku tumpukan kepala pada tangan yang masih gemetar ketakutan. Begitu pun dengan kaki ku yang bergerak tidak beraturan.
"Kau harus baik-baik saja, Bella. Demi aku, please," lirihku memohon.
Tiba-tiba saja banyak kenangan yang ku ingat bersama Arabella. Tinggal berdua bersamanya adalah hal menyenangkan yang pernah terjadi di hidupku.
Arabella sangat perhatian, dia mengurusku dari bangun hingga tidur kembali. Belum lagi tingkahnya yang malu-malu, terlihat menggemaskan di mataku. Aku tidak tahu jika pernikahan akan sebegitu penting untuknya.
Ku akui, perempuan itu akhir-akhir ini memang selalu overthinking tentang kepastian statusnya, padahal sudah ku bilang berulang kali bahwa aku mencintainya.
Sial, aku lupa bahwa wanita hamil tidak boleh banyak beban pikiran. Bukannya menenangkan, aku malah menggantungkan pertanyaannya. Pantas saja semakin hari, Arabella semakin mendiamkanku.
Samuel bodoh!
Entah sudah berapa jam aku menunggu operasi itu berjalan, rasanya lama sekali. Aku sudah tidak sabar memeluk Arabella dan memastikannya membuka mata.
Tidak masalah tidak ada bayi. Dibandingkan Niel, tentu saja aku lebih menginginkan Arabella. Apapun asalkan wanitaku selamat dan dapat tersenyum lagi.
Terlalu larut dalam pikiran, tiba-tiba saja pintu ruang operasi terbuka dan menampilkan dokter bedah yang sudah banyak darah di tangannya. Wanginya sangat nikmat, akan tetapi tidak menghilangkan ketakutanku.
Baru kali ini aku merasa cemas melihat darah Arabella, biasanya aku menyukainya.
Dengan cepat aku menghampiri dokter itu dan memegang bahunya dengan kuat. Tatapan matanya yang tenang, membuatku tidak bisa menebak apa yang terjadi di dalam sana.
"Anakmu lahir dengan selamat, pak, begitu pun ibunya. Mereka berdua baik-baik saja. Namun, Bu Bella belum membuka matanya, dia masih dalam perawatan. Mungkin butuh waktu lebih lama untuk tubuhnya menyesuaikan, kami akan melakukan yang terbaik," jelas dokter tersebut yang membuat hatiku semakin khawatir.
Bagaimana bisa Bella belum terbangun? Dia sudah pingsan dalam waktu yang panjang. Pikiranku kosong dan tubuhku melemas.
Entah mengapa firasatku buruk mengetahui Arabella masih nyenyak dalam tidurnya. Aku ingin melihat matanya, aku ingin dia sadar, dan kembali bersamaku.
"B-berapa lama?" tanyaku takut-takut.
"Seharusnya hanya beberapa hari, pak. Kami akan memantau kondisinya secara berkala," ucapnya yang membuatku menatap tajam.
Kenapa harus sampai berhari-hari? Sekarang saja aku sangat merindukannya. Seharusnya hari ini juga Arabella sudah terbangun.
Sepertinya aku harus membawa Arabella ke rumah sakit yang lebih mahal, kalau perlu ke luar negeri sekalipun.
Namun mengetahui wanitaku baik-baik saja, rasanya hatiku sedikit tenang. Arabella wanita yang kuat, dia tidak mungkin mati semudah itu.
"Kau bisa melihat anakmu di ruang inkubator, pak Sam. Perawat kami akan mengantarnya."
Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah suster itu dengan jantung yang berdegup cepat. Ini pertama kalinya aku akan melihat Niel, apa wajahnya akan se-tampan aku? Tentu saja.
Rasa penasaran ini, terasa sangat menyenangkan, seakan semua kekhwatiranku terbayarkan.
Sudah sampai di depan ruang inkubator, perawat itu berhenti dan menunjuk seorang bayi yang berbeda sendiri dari lainnya.
Tubuhnya yang hanya terbalut selimut entah bagaimana bisa terlepas hingga kini telanjang. Kulitnya yang putih mengingatkanku pada Arabella, begitu pun dengan wajahnya yang mulus dan terlihat kenyal. Aku ingin menggigit pipi bulatnya.
Tidak seperti bayanganku, wajahnya sebelas dua belas dengan Arabella, tidak ada turunanku sama sekali.
Mungkin hanya satu yang sama, yaitu sayap kecil di belakang punggungnya. Setidaknya untuk satu itu Niel berada di pihakku, my baby angel.
Andai saja aku bisa melihatnya bersama Arabella, dia pasti akan sangat senang melihat litte Samuel se-sehat ini.
Tatapanku masih terpaku pada Niel, rasanya aku tidak ingin berpindah sedikit pun. Matanya yang perlahan membuka dan menutup, terlihat sangat cantik.
Aku seperti melihat Arabella, dalam versi mini.
Tanpa sadar bibirku tersungging dengan mata yang berkaca-kaca. Kami sudah menunggu kehadirannya selama sembilan bulan, semua ini terasa sangat emosional.
Pikiranku yang tadi ingin membunuhnya, tiba-tiba saja meninggalkan rasa bersalah di dada. Mana bisa aku menyakiti mahkluk kecil yang begitu mirip dengan wanitaku.
Hanya melihatnya sedetik saja, aku langsung jatuh cinta.
Namun fokusku dengan cepat teralihkan melihat dokter yang berlarian ke arah ruangan Arabella. Perawat yang tadi bersamaku pun kini sudah menghilang dan terlihat panik.
Alisku menyatu dengan rasa gugup yang teramat sangat. Pandanganku kosong, apalagi setelah mendengar ucapan mereka yang bersahutan.
"Bu Bella tiba-tiba saja berhenti bernapas, dok, seperti ada air yang menyumbatnya. Apa tindakan kita selanjutnya, dok?"
------------
OMO OMOOOO HALO NIELLL!! AKHIRNYA KAMU LAHIR JUGAA!!
SIAPAA YG SENENGG??
DANN TEBAK ARABELLA BAKAL HIDUP ATAU MATI? WKWKWKKW
GEMES BGT KALIAN UDAH JADI KELUARGA KECIL AAAA UDH LAH MAU NANGIS
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA SYGKU CINTAKU
LOVE YOUUUU🤍