OMGGGG UDAH LIMA HARI GA UPDATE!!
ADA YANG KANGEN GA SIHHH?
BTWW GUE BARU UPLOAD SPECIAL BAB (BERTUKAR TUBUH) DI KARYA KARSA CMN 3 RB AJAAA, DIBELI DONG!!!
INII GEMES BGT BGTTT, BAYANGIN SAMUEL BELLA TUKERAN BADAN, KIRA" APA YANG BAKAL SAMUEL LAKUIN?!🌝🌝
WKWKWKKWKWK LUCUU POKOKNYA!
DAH AH ENJOYYY
---------
Arabella POV
Aku terbangun dan mengerjapkan mata dengan cahaya yang bersinar terang di atasku. Rasanya pusing dan lemas sekali, seperti habis lari marathon.
Melihat sekitar, aku menemukan Samuel di sampingku sedang menggenggam tanganku erat. Tidak hanya dia, kini ada Bastian dan Jake juga yang menatapku seakan menunggu putri tidur membuka mata.
Sontak keningku mengerut, bingung.
"Bas, kau disini?" tanyaku setelah sadar dan melihatnya jelas.
Dengan cepat menyentuh pipinya, menelusuri. Raut wajahnya yang tersenyum menandakan bahwa dia baik-baik saja. Walaupun ada beberapa bercak darah di sekitar bibir Bastian, tidak mengurangi tampannya sedikit pun.
Mataku terbelalak menyadari jika dia terluka di bagian sana, kurasa itu terjadi saat pembataian di istana tadi.
"Kau terluka," simpulku dengan bibir mengerucut, tidak menyukai apa yang ku pandangi sekarang.
Bastian menggeleng dan menenangkanku. "Aku tidak apa-apa, Bebel. Kami menunggumu bangun dari beberapa jam yang lalu, ku takut kau kenapa-kenapa setelah diserang serigala liar yang tidak dapat menahan nafsunya," ucap Bastian dengan menatap sinis Samuel.
Ah iya, aku baru ingat jika kami baru saja melakukannya. Aku benar-benar tidak sadarkan diri setelah keluar tadi, seperti nyawaku direnggut begitu saja.
Samuel hanya tersenyum masam dan menggeleng, terlalu malas untuk menanggapinya. Pandangannya hanya melihat padaku dan mengkhawatirkanku. Beberapa kali juga dia mencium tanganku yang masih digenggamnya erat.
Perlahan dengan bantuannya, aku pun bangkit dan terduduk. Badanku kini bersandar pada dinding dan mengambil napas dengan teratur.
Fokusku berpindah pada Jake yang terlihat muram, padahal dia biasanya pria yang ceria dan penuh energi. Aku jadi kasihan melihatnya tidak bersemangat sejak Anna menghilang.
"Kau tidak apa-apa, Jake?" tanyaku mengkhawatirkannya.
Jake yang sedang melamun seketika melihat ke arahku dan tersenyum. Berbeda dengan Samuel yang tampak tidak suka aku perhatian pada pria lain.
"Aku tidak apa-apa, Bel. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apapun?!" tanyanya dengan kesal dan raut wajah merenggut.
Tanpa sadar aku menghela napas lega melihatnya kembali seperti Jake yang ku kenal, walaupun kadang kala dia masih melamun dengan pikiran kosong.
Bastian yang paling aktif saat ini menggeleng dan menatap remeh pada Jake.
"Ckckck kau memang tidak diajak, om. Siapa namamu tadi? Om Lake? Nama yang jelek!" ungkap Bastian terang-terangan masih dengan gelengan menyebalkannya itu.
Hidung Jake tampak kempas kempis, menahan kesal. Alisnya menyatu dengan tatapan tajamnya yang hanya mengarah pada Bastian.
Melihat mereka berantem, membuatku gemas saja. Aku baru tahu jika Bastian sangat suka menggoda orang, tidak Samuel tidak Jake, semuanya dia musuhin. Berbanding terbalik dengan sifatku yang tidak mau mencari masalah dengan siapapun.
Dengan nada sebal, Jake pun menjawabnya.
"Kita sudah berkenalan tiga kali, namaku Jake, bodoh. Astaga kesabaranku habis, sifatnya berbeda sekali denganmu, Bel. Kau yakin dia kembaranmu? Aku bahkan lebih percaya jika kau bilang kembaranmu adalah Evelyn---" ucap Jake tiba-tiba saja terpotong, seakan tidak yakin dengan ucapannya.
Senyumku memudar menyadari ada yang tidak beres dengan perkataan Jake. Keningku seketika mengerut dan menatapnya bertanya.
Bastian sudah menggeleng memberi kode tidak ada apa-apa dan Samuel menggenggam tanganku erat dengan sedikit keringat dingin yang kurasakan di sana.
Belum sempat aku menanyakannya, Samuel sudah mendahului ucapanku. Raut wajahnya tampak gugup dan dengan ragu-ragu bibirnya mengucapkan kalimat yang membuatku terbelalak.
"Eve-Evelyn sudah mati," terang Samuel dengan terbata-bata.
Jantungku terasa berdegup cepat saking takutnya, rasanya tidak mungkin aunty Evelyn mati semudah itu. Dia penyihir hebat yang pernah ku temui.
Mengingat Evelyn sudah sering membantuku, membuatku merasa sangat tidak enak. Ada rasa tidak nyaman yang bersemayam di hatiku sekarang.
"Apa maksudmu, Sam?" tanyaku masih menyangkal segala pikiran buruk.
Akhirnya, Samuel pun berdiri diikuti dengan Jake dan Bastian. Tangannya mengulur padaku, membantuku untuk ikut berdiri. Tidak dilepasnya tangan itu barang sedikit pun.
Mereka berjalan ke arah gundukan aneh yang sudah tertutupi kain putih. Terlihat banyak darah yang merambat ke kain itu hingga tampak menakutkan.
Darahku mendesir menebak bahwa di dalam sana terdapat Evelyn. Setelah Jake membuka kain itu, tebakanku benar.
Sontak aku berteriak ketakutan melihatnya dan langsung berdiri di belakang Samuel dengan badan merinding.
Tubuh Evelyn tengah telanjang dengan banyak lubang seperti habis digigit seseorang. Matanya masih terbelalak dan mulutnya terbuka seakan dia mati dengan keadaan berteriak.
Tidak hanya itu, mulai tercium bau bangkai sejak kain itu dibuka, yang berasal dari mayat Evelyn.
Aku mencengkram kemeja Samuel, melampiaskan ketakutanku. Aku tidak berani untuk melihat wajahnya lagi.
Rasanya aku masih sangat shock melihat Evelyn yang biasanya cantik dan modis kini harus mati dengan mengenaskan. Mataku masih menyalang dengan keterkejutan yang tiada tara.
Otakku terasa kosong dan tubuhku melayang, aku tidak pernah melihat mayat sebelumnya. Ini benar-benar menakutkan.
Tanpa ku sadari, kedua mataku memanas memikirkan kebaikan Evelyn. Walaupun awalnya dia adalah sainganku, akan tetapi sekarang aku sudah menganggapnya sebagai seorang teman.
Aku masih tidak mempercayainya.
"Ini yang akan terjadi padamu, Bella, jika saat itu aku tidak menyelamatimu. Karena tidak ada manusia di sini, kami menjadi kanibal dan saling membunuh satu sama lain. Dan hanya Evelyn yang mempunyai aroma enak sepertimu, dia mati karena dimakan oleh banyak vampir sekaligus. Karena itu, jangan bertindak gegabah lagi, kumohon," lirih Samuel memandang Evelyn dengan mata sayunya.
Ku yakin dia tengah membayangkan posisiku berada di sana. Jujur saja aku tidak tahu akan se parah ini.
Rasa takut terlukis jelas di wajahku dan perlahan aku mundur menjauhi tempat itu. Yang ku tahu, tubuh Evelyn sudah tertutup kembali dengan kain dan tidak ada yang menyentuhnya lagi.
Aku menatap dinding dan banyak pikiran seandainya di kepalaku. Seharusnya tidak begini, kan. Seharusnya Evelyn masih bisa selamat, entah bagaimana caranya.
Menggigit bibir dalam kuat, aku merasa bersalah dan sangat marah pada Alarick. Apa yang dia mau sebenarnya?
Hanya mengincarku saja, rasanya sangat berlebihan membunuh pasukannya sebanyak ini. Ya, bukan hanya Evelyn korbannya. Aku baru menyadari jika sekitarku banyak gundukan yang sudah tertutup kain putih.
Dengan tekad yang kuat, api ku perlahan keluar begitu saja dari tangan hingga membakar sedikit bajuku. Dalam amarah, lebih mudah untukku mengeluarkan kekuatan ini.
Aku merasa bisa membunuh Alarick, dia tidak punya kekuatan apa-apa selain pasukannya, kan.
Tanganku yang panas membalas genggaman Samuel dan menekannya seakan tengah memberikannya keyakinan. Aku tahu ini sangat tiba-tiba, akan tetapi aku hanya butuh dukungannya.
Selama Samuel berada di sisiku, aku merasa aman.
"Sam, izinkan aku membunuh Alarick, aku benar-benar membencinya sekarang. Ini semua untuk pembalasan apa yang sudah terjadi pada Dariel, Evelyn, dan semua vampir yang dia bunuh tanpa ada salah apa-apa. Kau mau membantuku, kan?"
--------
DARIEL UDAH MATI BLOM SIH? GAADA KABAR YA WKWKWKWK
YU BISA YUUU UDH BEREMPAT TINGGAL LAWAN ALARICK AJA SUSAH BET
HERAN SAMA DIRI GUE SENDIRI
JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YAAA
KLO BISA SPAM CEPET WKWKWKW
LOVE YOUUU🤍