Breastfeeding Prince✓

By _sheyiu

1M 154K 35.3K

Park Jay, cowok bengis yang dijuluki Pangeran oleh seantero sekolah karena parasnya yang memukau. Sikapnya an... More

⁰⁰. prolog
BACA✔️
⁰¹. satu
⁰². dua
⁰³. tiga
⁰⁴. empat
⁰⁵. lima
⁰⁶. enam
⁰⁷. tujuh
⁰⁸. delapan
⁰⁹. sembilan
¹⁰. sepuluh
¹¹. sebelas
¹². duabelas
¹³. tigabelas
¹⁴. empatbelas
¹⁵. limabelas
¹⁶. enambelas
¹⁷. tujuhbelas
¹⁸. delapanbelas
¹⁹. sembilanbelas
²⁰. duapuluh
²¹. duapuluh satu
²². duapuluh dua
²³. duapuluh tiga
chat
²⁴. duapuluh empat
²⁵. duapuluh lima
iklan
²⁶. duapuluh enam
²⁷. duapuluh tujuh
²⁸. duapuluh delapan
²⁹. duapuluh sembilan
³⁰. tigapuluh
³¹. tigapuluh satu
³². tigapuluh dua
penting
³³. tigapuluh tiga
³⁴. tigapuluh empat
³⁵. tigapuluh lima
³⁶. tigapuluh enam
³⁷. tigapuluh tujuh
³⁸. tigapuluh delapan
³⁹. tigapuluh sembilan
⁴⁰. empatpuluh
QnA
⁴¹. empatpuluh satu
⁴². empatpuluh dua
⁴³. empatpuluh tiga
⁴⁴. empatpuluh empat
⁴⁵. empatpuluh lima
⁴⁶. empatpuluh enam
⁴⁷. empatpuluh tujuh
⁴⁸. empatpuluh delapan
⁵⁰. limapuluh (END)
OPEN PO H-2
OPEN PRE-ORDER
open po kedua

⁴⁹. empatpuluh sembilan

6.5K 1.2K 133
By _sheyiu

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~

Pesawat baru saja mendarat di bandara. Flight Operation Officer memberikan secercah kalimat yang menyatakan pesawat sudah mendarat dengan aman. Kemudian para Flight Attendant mempersilakan para penumpang turun dari pesawat. Suara koper yang digeret terdengar di sepenjuru bandara.

Salah satunya Hana, yang mengenakan pakaian kasual sehingga lebih dewasa dari sebelumnya.

Setelah mengecek paspornya tidak ketinggalan, dia segera mencari taksi untuk menuju rumah sakit yang menjadi tujuannya. Sudah dua tahun menempuh pendidikan di Kanada, sekarang dia kembali ke Korea karena perlu melengkapi skripsi. Selama dua tahun, dia tidak tinggal sendiri, Hannes dan Bitna ikut bersamanya. Ya, mereka sekeluarga tinggal di Kanada. Bahkan, Riki juga ikut. Namun, Riki baru pindah setahun lalu saat tamat sekolah. Sekarang dia belajar militer sesuai keinginan Papanya. Sedangkan Hana harus ke Korea selama seminggu, itu karena tugas dari kampusnya.

Selagi di taksi, dia memainkan ponsel, Rona dan Jeslyn terus menanyakan penerbangannya. Katanya mereka ingin bertemu. Namun, Hana tetaplah Hana, dia lebih mementingkan hal lain. Membuka jadwal kegiatan yang akan ia lakukan seminggu di Korea. Setelah semuanya selesai dia harus kembali ke Kanada lagi.

Kak Heeseung☃️ is calling

Hana sedikit kaget tiba-tiba ponselnya menerima panggilan. Dia menghela napas dan menggeser tombol hijau.

"Kenapa, Kak?"

"Hana, lo dimana? Udah gue bilang kan, tunggu di bandara!"

"Lo kelamaan, Kak. Ya udah gue naik taksi aja."

"Kenapa lo gak bilang-bilang mau ke Korea? Kita kan bisa barengan kemarin."

"Kemarin? Gue mulainya hari ini bukan seminggu lalu." Hana memperhatikan jalan raya Korea dari jendela mobil, tampak berbeda dari terakhir kali tinggal di sana.

Ngomong-ngomong, Hana dan Heeseung satu kampus di Kanada. Mereka menjadi lebih dekat seperti dulunya. Selalu bersama dan membantu satu sama lain. Kebetulan, seminggu lalu Heeseung punya urusan di Korea. Sekarang giliran Hana.

"Ya udah, nanti kita ketemuan di taman biasa, ya? Lo sekarang dimana?"

"Lagi di jalan."

"Inget, jam lima sore, gue udah nunggu di sana. Kalau belum dateng juga, gue samperin lo ke rumah sakit."

"Udah ya, Kak. Gue tutup dulu."

Tut.

Dia menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket, kembali memperhatikan jalanan yang benar-benar sudah berbeda dari terakhir kali. Apa karena Hana sudah terbiasa tinggal di Kanada? Orang-orangnya juga terasa berbeda.

Taksi berhenti di depan pusat rumah sakit yang besar dan ternama. Setelah membayar ongkos, Hana menarik kopernya dari bagasi dan memasuki rumah sakit.

Hana masih Hana yang sama. Tidak mau ribet dan susah. Dia tidak mau mampir ke suatu tempat untuk menitipkan kopernya dulu. Menurutnya lebih baik membawanya saja daripada dititip dan diambil lagi nanti. Membuang-buang waktu. Saat di lobi, baru akan dia titipkan pada salah satu perawat. Begitu lebih praktis menurutnya.

"Kamu yang namanya Park Hana?" Salah satu perawat bertanya saat Hana mengisi list kehadirannya.

"Ya, benar," jawabnya, ramah.

"Saya udah dibilang sama Dokter, setengah jam lagi mereka bakal dateng, terus praktik kamu segera dimulai." Dia memberikan berkas berisi jadwal yang akan Hana lakukan seminggu ke depan.

"Ah, baik. Terima kasih." Hana merunduk sekilas, perawat itu mengangguk lalu pergi merawat pasien yang terus berdatangan.

Masih ada waktu setengah jam lagi, Hana memanfaatkan waktu ke toilet. Untuk apa lagi selain memompa asinya? Dia mengeluarkan pompa asi dan botol. Sebenarnya kemarin sudah berhenti lagi. Tapi sebulan lalu asi itu keluar lagi. Sepertinya Hana memiliki gangguan hormon. Dia belum memastikannya. Dia pun menyumbangkan semuanya pada rumah sakit di Kanada, tentu tanpa memberitahu keluarganya. Dia merasa hal itu tidak perlu diketahui siapa pun.

Hampir dua puluh menit, dia keluar. Dadanya lumayan ringan dari sebelumnya. Di belokan koridor, kepalanya menubruk dada seseorang dan hampir saja terjatuh jika lengannya tidak ditarik.

Seperkian detik Hana tercekat. Apa lagi melihat orang yang baru dia tabrak. Seluruh tubuhnya menegang. Pupil mata matanya membesar dengan napas tertahan. Sorot wajahnya pucat pasi seperti tidak percaya melihat itu. Manik mereka bertemu, membuat sesak dalam dada Hana muncul.

Tapi-

"Sori." Setelah mengatakan satu kata itu, dia langsung pergi.

Tubuh Hana panas-dingin, matanya memanas, dia berbalik menghadap punggung itu yang perlahan menjauh kemudian menghilang dari balik tembok.

"Jay?" gumam Hana, tersadar dari lamunan. Dia segera berlari menyusul, kedua kakinya sampai lemas dan tidak sanggup berdiri tapi dia berusaha mengejar bersama sorot pucat. Tapi ... orang itu tidak terlihat lagi. Koridor hanya dipenuhi perawat dan pasien.

Hana menangis. Dia tidak salah lihat. Itu benar-benar Jay. Iris tajam dan rahang kokohnya masih sama seperti dulu. Hanya karena dia terlalu terkejut dan tidak menyangka apa yang terjadi, dia mematung di tempat.

Gadis itu mengelilingi rumah sakit, berusaha mencari keberadaan cowok itu. Berakhir sia-sia dan dia menangis, lagi.

"Hana?" Suara Heeseung terdengar. Dia baru datang untuk menemui Hana, tapi malah menemukannya di ujung taman sedang menangis. Dia duduk di sebelah Hana, menyentuh pundaknya. "Kenapa? Ada masalah?"

"K-Kak...," isak Hana, seluruh wajahnya sembab dan memerah. "Tadi gue liat ada Jay di sini. Tadi gue gak sengaja nabrak dia."

Mendengar pengakuan Hana, Heeseung mengerutkan dahi. "Na, lo tahu apa yang lo bilang itu? Jay gak mungkin ada di sini."

"T-tapi tadi-"

"Lupain yang itu. Terus, praktik lo gimana?"

Hana berangsur-angsur sadar. Sontak dia berdiri, mengusap wajahnya, dan berlari menuju lobi. Heeseung menggeleng, dia terdiam. Tak sengaja irisnya bertemu dengan iris cowok itu yang memperhatikan dari jauh.

°°°

Hana mencatat hal-hal praktikum yang dia lakukan tadi bersama para Dokter di buku catatannya. Dia sedang duduk di meja lobi dan mencatat itu semua, dikarenakan tidak ada kursi kosong di koridor yang dipenuhi pasien maupun pengunjung.

Perhatiannya teralih oleh seseorang yang berdiri menjulang di depan lobi, sedang menulis sesuatu yang sepertinya list pengunjung. Yang membuat Hana lagi-lagi tercekat....

Tanpa membuang waktu Hana menghampirinya. Matanya berkaca-kaca saat berjalan lebih dekat, melihat wajah itu lebih jelas setelah sekian lama.

"Jay?" panggilnya, serak.

Sosok itu menoleh. Seperti ada sesuatu yang menyambar jantung Hana. Hana mengembangkan senyumnya dengan mata berair, bahwa yang di depannya itu sungguh Jay! Iya, Jay yang dia tunggu selama ini!

"Lo Jay, kan? Park Jay?" Suaranya bergetar, air matanya siap terjun tatkala manik mereka bertemu lagi, tapi dia tahan sekuat mungkin.

Anehnya, cowok yang dia yakini Jay itu menaikkan satu alisnya, menatap Hana seolah tidak mengenalnya. Dan, ucapan yang meluncur dari bibirnya membuat Hana mematung.

"Dari mana tahu nama gue?"

Hana tidak mengerti. Tapi, melihat Jay sekarang adalah bukan dugaannya. Dia langsung menubruk Jay ke dalam pelukan. Tidak salah mengira, aroma yang sangat dia rindukan menguar dari tubuh cowok itu. Aroma Jay yang dulu berhasil meluluhkan pertahanannya. Dia menangis terisak, memeluk cowok itu erat sembari membenamkan wajahnya di sana.

Tidak terkatakan seberapa tersiksanya Hana selama ini. Dia melampiaskan perasaan yang selama ini dia pendam. Semuanya. Dengan menangis sekencang mungkin. Menarik perhatian perawat dan pasien, namun Hana tidak peduli. Dia menangis mengeluarkan semuanya, melampiaskan semua sesaknya. Sesekali menggeleng dan menyebut nama Jay berulang kali.

"Jay .... Lo kemana aja selama ini?" Dia terisak hebat. "Gue berharap lo pulang, gue selalu berharap lo dateng. Tiap detiknya, gue terus kepikiran lo. Kenapa lo tiba-tiba pergi? Kenapa tanpa pamit? Kenapa-"

Belum menyelesaikan ucapan, pundak Hana ditarik hingga pelukannya terurai. Alis cowok itu menukik, menghunus Hana dengan tajam.

"Lo siapa?"

Dua kata yang membuat Hana mengerjap beberapa kali, kelopak matanya membengkak kebanyakan menangis, hidungnya memerah dan berair. "Jay..." Tenggorokannya tercekat. "Lo tahu 'kan, ini bukan waktunya bercanda?"

Cowok itu menatap Hana seolah Hana adalah orang asing. "Gue gak kenal sama lo."

"Jay, gue gak akan maafin lo kalau ini cuma bercanda. Udah cukup lo hilang dan gak ada kabar. Jangan ngelakuin ini lagi!"

Raut Jay masih sama, dahinya berkerut seolah-olah tidak mengenal Hana. Hana menepis pemikiran buruk yang mulai menggerogoti hatinya, dia hendak menarik lengan Jay membawanya ke tempat lain, tapi Jay lebih dulu menghindar.

Hana tertegun. Bertepatan dengan munculnya sosok wanita yang empat tahun lalu bertemu dengannya di rumahnya sedang memohon padanya untuk membujuk Jay makan. Ya, Aera. Aera terkejut melihatnya. Tapi dibanding itu, Hana ingin menangis lebih kencang. Dia menatap Jay lagi. Itu artinya yang di depannya benar-benar Jay. Jay ... cowok yang paling dia tunggu. Cowok yang berhasil membuatnya jatuh sedalam mungkin hanya dalam beberapa bulan.

"Hana," gumam Aera di sebelah Jay.

"T-Tante." Hana hendak memeluk Aera, tiba-tiba pundaknya didorong ke belakang.

"Mama kenal dia?" Jay menaikkan alisnya, bertanya pada Aera sambil melirik Hana dengan tatapan asing.

Bagai dijatuhkan ke dasar jurang, Hana merasa sesak. Dia menatap Jay penuh kepedihan.

Sebelum Hana mengatakan sesuatu, Aera menyentuh pundak Jay. "J-Jay, Papa kamu udah nunggu di luar. Mama bicara dulu ke Dokter. Kamu duluan, ya."

Jay melirik Hana lagi, kemudian berjalan pergi dari lobi. Meninggalkan Hana yang mengepalkan tangannya melihat punggung itu. Dia tidak mengerti apa yang terjadi? Rasa pedihnya belum terobati, dan sekarang apa lagi?

"Hana." Aera menyerbunya dengan pelukan. Wanita paruh baya itu sampai menangis, mengucapkan maaf berulang kali. Sedangkan Hana menangis kecil, membalas pelukan Aera walau dadanya sangat menyesakkan.

Tidak ingin menarik pusat perhatian lagi, Aera menarik Hana menuju taman. Di sana mereka duduk bersisian. Ada jeda hingga Aera menangis lagi.

"Hana, kamu tahu? Jay ngejalani operasi Gastrectomy sejak tiga tahun lalu," ujarnya to the point.

Deg

Gastrectomy adalah operasi pengangkatan lambung. Prosedur yang mengangkat seluruh atau sebagian lambung.

"Itu mempengaruhi sebagian fungsi otaknya. Terkadang dia gak ingat apa-apa. Terkadang dia cuma ngelamun tanpa ngelakuin apa pun. Dia udah ngelewatin masa pemulihan selama dua tahun sekaligus belajar di sana, sekarang udah jauh lebih baik. Mungkin, dia juga bakal inget kamu."

Apa maksudnya 'bakal inget kamu'. Itu artinya Jay tidak mengingatnya? Tidak mengenalinya? Itu artinya, selama ini yang tersiksa menunggu hanya Hana sendirian?

Bahu Hana meluruh ke bawah, kecewa dengan apa yang dia dengar. Dia menutup wajahnya, menangis melampiaskan perasaannya. Aera ikut menangis, memeluknya dari samping sambil terus mengucapkan maaf.

"Maafin Tante, sayang. Ini alesannya. Ini alesan Tante dan keluarga kamu nyembunyiin ini. Kamu gak boleh tahu Jay gak kenal sama kamu. Jay baru pulang dari Amerika, konsultasi di sini, tapi malah ketemu kamu. Tante gak nyangka ini terjadi."

Bentar, keluarga? Jadi, keluarga Hana juga mengetahuinya? Jadi, selama ini mereka berpura-pura tidak tahu? Tapi, kenapa? Kenapa mereka menyembunyikannya? Ini sangat menyakitkan untuk Hana.

Di sisi lain Hana mengingat sesuatu, jadi ini maksud Oma dulu 'Jangan pernah tinggalkan dia'. Walau Hana tidak terlalu terikat dengan keluarga mereka, Hana merasa dia tidak bisa melepas ikatan itu, terbukti dari perasaannya yang sangat menanti Jay.

°°°

Jangan lupa vote dan dukungannya 🌻💛

Continue Reading

You'll Also Like

41K 5.9K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
436K 61K 43
🍁 TELAH DIBUKUKAN 🍁 🍁 TIDAK ADA PEMBARUAN DI WATTPAD, VERSI LENGKAP DAN LEBIH RAPIHNYA HANYA TERSEDIA DI VERSI CETAK 🍁 Katanya, daun maple adalah...
72.8K 9.9K 23
『𝙥𝙞𝙣𝙠 𝙩𝙖𝙥𝙚 𝙨𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨』 api bales api, gimana tuh nasibnya?
2.8K 481 53
[Follow akun ini biar kita saling kenal] [Don't copy my story! Asal lo tau, mikirin ide sama alur ini cerita lebih susah dari rumus percintaan] Jac...