Sebenarnya belajar itu paling asik dilakukan sendiri, lebih konsentrasi dan tidak terganggu oleh hal lain. Sebenarnya juga, belajar bareng kekasih adalah sesuatu kegiatan yang terbilang sia-sia, bukannya belajar justru pacaran.
Namun Zahera memiliki pendapat lain mengenai belajar bersama kekasih. Baginya, belajar bersama kekasih ibarat main ponsel di dekat charger. Ketika batre ponsel sudah hampir habis, maka tidak perlu lagi mencari charger karena sudah tersedia di sampingnya.
Hari minggu yang cerah disinari sinar matahari secara merata dan mendatangkan kehangatan juga menambah energi untuk menjalani aktifitas. Dan di tengah kesibukan orang-orang yang sibuk mencari tempat tujuan liburan, Zahera memilih menghabiskan waktunya sejak pagi sampai siang di perpustakaan kota. Tidak datang sendiri, ia datang bersama Zyakiel.
Seperti biasanya, banyak pengunjung perpustakaan yang mencari tempat nyaman untuk membaca buku atau mengerjakan tugas, sama seperti Zahera. Saking banyaknya pengunjung perpustakaan, sampai-sampai semua bangku sudah terisi sekalipun yang paling ujung.
Zahera yang sedang berkutik dengan buku-buku soal memutar pulpen di jarinya. Keningnya yang mengernyit sebagai tanda dirinya sedang berpikir keras. Lalu ia menoleh ke samping, lantas senyumnya pun terbit ketika melihat kehadiran Zyakiel.
Selain menemani Zahera, Zyakiel juga ikut belajar bersama. Perpustakaan memang tempat yang membuat orang jadi ingin belajar karena ketenangan yang ada di perpustakaan membuat konsentrasi lebih tajam.
Zahera menopang dagu, masih menatap Zyakiel sembari tersenyum.
Menyadari dirinya sedang diperhatikan, Zyakiel pun menoleh seraya tersenyum. "Kak, kamu kenapa liatin aku terus?" Zyakiel langsung salah tingkah lantaran terus diperhatikan, menutup kedua mata Zahera dengan telapak tangannya.
"Aku cuma lagi cuci mata," jawab Zahera sembari tersenyum.
"Cuci mata kenapa liatin saya?"
"Kalau cuci mata kan emang liatin pemandangan yang indah. Salah satunya kamu."
Zyakiel menurunkan tangannya dari kedua mata Zahera. Lalu ia melipatkan kedua tangan di atas meja dan menidurkan kepalanya di atas kedua tangan terlipat itu. "Saya juga mau cuci mata," balasnya.
Zahera sampai melotot mendengar perkataan Zyakiel. Dia yang gemas langsung mengacak-acak rambut Zyakiel. Semakin lama brondongnya semakin pandai membuatnya salah tingkah.
Zyakiel tersenyum, menikmati sentuhan tangan Zahera di rambutnya. "Kak Nala kemaren Diana dan beberapa teman SMP saya ngeDM saya. Mereka minta maaf atas yang pernah mereka lakuin ke saya. Mereka juga bilang nggak akan mengusik saya lagi."
Zahera mengangkat tangannya dari atas kepala Zyakiel. "Bagus dong?"
"Kak Nala, ya? Kak Nala yang buat mereka minta maaf? Emangnya apa yang Kak Nala lakuin ke mereka?"
"Rahasia." Zahera tersenyum licik.
"Mereka nggak nyakitin Kak Nala, kan? Sebenarnya saya sempat ragu ngajak Kak Nala reunian waktu itu. Saya takut Kak Nala dipermalukan dan disakitin sama mereka."
"Terus sekarang masih nyesel?"
"Nggak. Saya malah berterimakasih sama Kak Nala karena udah mau dateng ke reunian nemenin saya."
"Kamu harus ajak aku ke tempat mana pun yang mau kamu datengi, terutama ke tempat yang buat kamu takut biar aku bisa lindungi kamu."
"Bukan Kak Nala yang melindungi saya. Tapi saya yang akan melindungi Kak Nala mulai sekarang."
"Kiel makin lama makin tumbuh dewasa, ya," ujar Zahera terharu.
Zyakiel kembali duduk dengan benar dan tegak. "Kenapa omongan Kak Nala kayak aku anak Kakak?"
"Tapi kamu emang banyak berubahnya. Dulu padahal kamu itu pemalu, gampang salting. Kalau sekarang malah selalu bikin salah tingkah."
"Ajaran kamu, Kak." Zyakiel terkekeh.
Zahera meraup kedua pipi Zyakiel. "Aku kok jadi nyesel, ya? Soalnya bahaya buat kesehatan jantung."
~to my first love~
"Ada ikan paus." Zahera menunjuk kaca aquarium.
Selama ini Zahera belum pernah berkunjung ke aquarium. Baru sekarang ia pergi ke aquarium. Itu pun Zyakiel yang mengajaknya setelah selesai belajar di perpustakaan. Kata Zyakiel, supaya Zahera refreshing sehabis mumet belajar.
"Kak, kamu yang norak tuh lucu banget." Zyakiel yang sedang merekam Zahera dengan kameranya tertawa gemas melihat tingkah Zahera yang seperti anak kecil penasaran menoleh kiri kanan.
"Ke tempat kayak gini harusnya ajak Kia. Kia pasti suka."
"Kia udah sering ke sini sama saya, Kak. Saya juga sempet mikir Kak Nala udah pernah ke sini. Kak Nala itu kan suka jalan-jalan."
"Ya emang aku suka jalan-jalan, tapi biasanya bukan ke tempat kayak gini."
"Terus Kak Nala suka nggak saya ajak ke sini?"
Zahera berjalan mendekati Zyakiel yang masih mengarahkan kamera ke arahnya. Kemudian ia merebut kamera tersebut, balik merekam Zyakiel.
"Aku suka kamu ajak ke sini, malahan aku suka kemanapun kamu ajak pergi. Makasih, Kiel," ujar Zahera selagi merekam Zyakiel.
Zyakiel tersenyum. "Saya punya tempat yang mau saya datengin bareng Kak Nala, udah saya tulis di daftar list. Kak Nala mau bantu saya mencoret list satu persatu?"
Zahera menganggukkan kepala. "Iya, aku mau."
"Ayok kita pergi ke tempat yang saya list."
Seolah-olah lonceng berbunyi oleh hembuskan angin yang kuat. Rerumputan bergerak menari-menari. Kenyamanan dan ketenangan berada di sebuah perdesaan adalah sebuah perasaan yang kini sedang mereka berdua rasakan. Perasaan yang menyenangkan, tetapi juga terselip kerinduan yang aneh seperti sebuah pertanda akan adanya perpisahan setelah ini.
Bagaimanapun waktu mereka menghabiskan kebersamaan tinggal sebentar lagi. Mereka sudah menyadari bahwa mungkin dengan waktu yang singkat ini, mereka tidak bisa langsung mencoret semua daftar tempat yang ada di list. Mungkin coretan akan berhenti di tengah-tengah.
"Kiel, kamu tau? Aku mau melanjutkan kuliah di jurusan designer. Kayaknya bakal cocok kalau kamu juga kuliah yang berhubungan sama fotografer. Atau kamu ada jurusan yang udah kamu pikirkan?"
"Saya berniat ambil jurusan DKV, Kak," jawab Zyakiel.
Zahera merekam kegiatan ikan-ikan di dalam aquarium besar. "Kamu keren ya udah bisa nentuin jurusan padahal masih kelas 10. Aku aja baru bisa nentuin pas kelas 11 akhir semester, itu pun masih ragu-ragu."
Zyakiel terkekeh mendengar pengakuan Zahera. "Tapi yang penting sekarang Kak Nala udah yakin sama jurusan yang mau Kak Nala tuju."
"Ya.... yakin...." Meskipun berkata yakin, tetapi suaranya terputus dan melemah.
Zyakiel menatap lekat Zahera dengan senyuman kecil. Menyadari bahwa keraguan yang masih tersisa di hati Zahera karena dirinya yang belum memberikan jawaban atas pembahasan waktu itu. Zyakiel hanya merasa belum menemukan waktu yang pas. Bahkan sekarang pun bukan yang pas untuk memberikan jawaban. Untuk saat ini Zyakiel hanya ingin berkencan dengan Zahera dan mengobrol hal-hal random yang ringan.
"Kiel, liat deh masa ikannya aneh banget bentuknya!" Zahera yang sedang merekam menunjuk kaca aquarium dengan pandangan ke arah Zyakiel.
Zyakiel tersenyum melihat ekspresi antusias dan bingung Zahera. Ini pertama kalinya Zyakiel melihat ekspresi Zahera yang seperti itu. Padahal biasanya Zahera selalu bersikap dewasa.
Zyakiel pun berdiri di samping Zahera. Melihat ikan yang ditunjuk oleh Zahera. Namun sayangnya ikan tersebut sudah keburu berenang entah kemana. Akhirnya mereka pun membicarakan ikan yang lainnya.
Dengan waktu tersisa sedikit ini, Zyakiel dan Zahera ingin bersenang-senang. Ingin bersikap seolah perpisahan tidak pernah ada.
~to my first love~
Jika tidak salah mengingat, sudah hampir dua tahun Alara tidak menginjakkan kakinya di Indonesia. Semenjak menjadi idol Korea, kehidupannya pindah ke negara yang dijuluki negri ginseng tersebut. Hanya ketika menggelar konser saja ia kembali ke Indonesia. Selama itu pula banyak hal yang ia tinggalkan di Jakarta. Teman-teman masa kecilnya, kerabatnya yang masih di Indonesia karena hanya keluarga intinya saja yang ikut pindah ke Korea, lalu hal terakhir yang ia tinggalkan adalah Orion.
Setiap kali kembali ke Indonesia, Alara selalu menemui dan kembali kepada orang-orang yang ia tinggal pergi. Begitupun kepada Orion yang akan selalu menjadi tempatnya menetap selama ada di Indonesia. Biasanya Alara banyak menghabiskan waktu bersama Orion. Seperti saat ini contohnya.
Karena Alara idol yang terkenal, maka malam hari menjadi waktu yang tepat untuknya dan Orion jalan bersama. Berjalan kaki menikmati kota Jakarta sembari membeli jajanan khas Jakarta.
"Udah lama banget aku nggak makan telur gelung." Alara bernapas lega setelah menggigit telur gulung.
Melihat tingkah Alara, Orion pun tersenyum.
Alara menunjuk ke salah satu kursi kayu di pinggir jalan. "Kita duduk yuk. Sekalian aku mau coba jajanan yang lainnya!" Diangkat plastik berisi jajanan yang sudah dibeli.
"Iya."
Orion membuka jaketnya dan memberikannya kepada Alara untuk menutupi paha Alara karena gadis itu mengenakan rok pendek. Baru setelah itu Orion duduk di samping Alara.
"Besok kita kemana lagi ya enaknya?" tanya Alara sembari makan dan menatap langit gelap berbintang di atas sana.
"Mau main sepatu roda?"
"Wah, kayaknya asik. Mumpung besok hari biasa pasti nggak ramai tempatnya."
"Kita bisa pergi sore setelah aku pulang sekolah."
"Ah, benar juga. Kamu sekarang udah kelas 12, ya? Sebentar lagi lulus dan kuliah."
Orion tersenyum. "Iya."
Alara mengatur posisinya hingga menghadap Orion. "Aris, kamu masih mau kuliah di Korea seperti yang pernah kamu bilang dulu buat menyusul aku? Kamu akan menepati perkataan kamu? Karena sejujurnya aku berharap kamu beneran menyusul aku ke Korea. Kalau kamu ada di Korea, aku akan merasa lengkap." Kepalanya tertunduk, timbul senyum malu-malu dan rona merah di pipi.
"Kak, kamu berharap aku tinggal di Korea?" tanya Orion ragu.
Alara mengangkat kepalanya, menatap Orion dengan tatapan yang walupun Orion tidak mempertanyakannya, sudah ia dapati jawabannya. "Iya, aku harap kamu ada di kota di mana aku berada. Supaya kita bisa lebih sering bertemu dan bersama."
Orion merasa sedikit menggigil ketika tiba-tiba saja hembusan angin menari di sekitarnya. Suara bising kendaraan yang berlalu lalang mendadak menjadi bisu. Dan lampu-lampu yang menerangi kota Jakarta seperti padam hingga tidak ada apapun yang terlihat. Kecuali sosok Alara yang duduk di sampingnya dan sedang menatapnya menunggu jawaban.
Pergi ke Korea, kah? Yang artinya ia harus meninggalkan banyak hal yang ada di Indonesia dan memilih Alara.
🎈TO MY FIRST LOVE🎈
Gimana chapter ini?
Pendapat kalian tentang kiel?
Pendapat kalian tentang nala?
Pendapat kalian tentang aris?
Pendapat kalian tentang nira?
Pendapat kalian tentang tama?
Pendapat kalian tentang rena?
Pendapat kalian tentang malpi?
Pendapat kalian tentang cale?
Jangan lupa vote dan spam komen
Jangan lupa follow :
@palupiii07
@kieliel_d
@callmezaheraa
Makasih🍭🍭