Setiap masakan yang dimasak oleh Zyakiel tidak pernah gagal. Selalu cocok di lidah Zahera dan akan selalu menjadi makanan favorit Zahera setelahnya. Hingga sering sekali Zahera membayangkan akan betapa menyenangkannya jika bisa memakan masakan Zyakiel setiap hari. Dan satu-satunya cara supaya hal tersebut adalah menikah dengan Zyakiel.
Menikah, ya?
Zahera menurunkan sendok ke piring. Dia melirik Zyakiel yang sedang makan dengan tenang di depannya, fokus dengan makanannya. Di samping Zahera duduk Syakia yang juga sedang makan dengan tenang.
Makan bersama seperti ini memang sudah menjadi rutinitas mereka. Tidak setiap hari. Tetapi mereka selalu menyempatkan makan malam bersama di rumah Zyakiel.
"Kiel, kamu bakal nikahin aku kan nanti?" tanya Zahera tiba-tiba.
Zyakiel meluruskan pandangan ke Zahera dengan wajah melongo. Di detik berikutnya Zyakiel tersedak hingga batuk berulang kali. Buru-buru ia menegak habis air putih di dekatnya.
"K-kak Nala baru aja ngelamar Mas Kiel? U-uwaah...." Syakia terkejut, saking terkejutnya sampai tidak tahu harus bersikap bagaimana selain menatap melongo Zyakiel.
"Aku nggak bermaksud ngelamar, tapi cuma nanya doang," jawab Zahera dengan tenang. "Walaupun kita pacaran belum ada setahun, tapi wajar kalau mikirin hubungan kita ke depannya, kan?" Zahera kembali menatap Zyakiel dari sebelumnya menoleh menatap Syakia.
Zyakiel mengelap bibirnya dengan tissue yang tersedia di tengah meja. Tiba-tiba saja rasa laparnya menghilang dan berganti dengan kebingungan. Oleh karenanya ia terdiam dengan kepala tertunduk, memikirkan perkataan Zahera.
Walaupun mereka baru pacaran belum ada satu tahun, tetap tidak bisa menghindari obrolan perihal masa depan bersama.
"Kiel, aku nanya kayak gitu bukan berarti maksa kamu cepat-cepat nikahin aku. Tentu aja aku mau kuliah dan kerja dulu, mau jadi rich aunty buat keponakan aku nanti. Kamu juga harus kuliah dan kerja. Aku nggak mau menikah sama laki-laki yang nggak punya masa depan. Cuma aku mau tau aja, setelah kamu bisa menggapai masa depan kamu terkait cita-cita kamu, apakah setelahnya aku yang jadi tujuan kamu?" tanya Zahera lagi.
"Tiba-tiba aja Kak Nala bahas soal pernikahan saya jadi merasa bingung dan aneh," ujar Zyakiel gugup.
Zahera sedikit merasa bersalah dengan pertanyaannya yang telah membebani Zyakiel. Pertanyaan itu setengahnya hanya iseng, dan setengah lagi karena ada alasannya tersendiri.
"Maaf aku bikin suasana makan malem jadi aneh. Lupain aja pertanyaan random aku," ujar Zahera, berusaha untuk tidak bersikap egois.
"Nggak, aku nggak keberatan buat ngebahasnya. Ayo kita bahas," tegas Zyakiel.
Zahera tersenyum. "Makanan kamu belum habis. Meja makan juga nggak cocok buat bahas hal-hal kayak gini, kan? Mending kita makan lagi aja. Ada Kia juga di sini, aku nggak mau buat Kia nggak nyaman."
Zyakiel menatap Syakia. "Kia, kamu keberatan nggak kalau Mas sama Kak Nala bahas sesuatu soal pernikahan?" tanyanya lembut.
Syakia menggeleng sembari tersenyum. "Nggak. Malahan aku penasaran. Aku juga mau tau rencana hubungan kalian ke depannya. Semoga aja happy ending!"
"Makasih Kia," ujar Zyakiel, tersenyum. Lalu dia menatap Zahera lagi. "Kia nggak keberatan, Kak."
Zahera menghela napas. Ada kalanya Zyakiel keras kepala dan sulit ditangani seperti saat ini. "Oke."
"Kamu lagi ada sesuatu yang dipikirin sampai tiba-tiba kepikiran soal pernikahan?" tanya Zyakiel hati-hati supaya tidak menyinggung Zahera.
"Nggak. Aku cuma tiba-tiba kepikiran aja. Aku merasa kalau aku mau kayak gini sampai seterusnya sama kamu. Bareng-bareng, menghabiskan banyak momen bersama, terus ketemu, dan lainnya bareng kamu. Dan tiba-tiba kepikiran pengen nikah sama kamu. Seolah-olah aku yakin aku bersedia menikah kalau laki-lakinya kamu. Kalau kamu gimana?"
Zyakiel tertunduk, kedua tangannya yang ada di atas paha saling menekan seperti berusaha menjaga kehangatan. "Saya.... sejujurnya masih nggak tau soal pernikahan. Bukan karena nggak mau menikah. Cuma karena saat ini saya terlalu muda buat mikirin nikah. Lulus sekolah aja masih beberapa tahun lagi. Fokus saya cuma belajar dan sekolah, ngincer universitas yang bagus." Kemudian Zyakiel mengangkat kepalanya, menatap lurus ke arah Zahera. "Saya emang belum kepikiran soal pernikahan. Tapi saat saya merencanakan kehidupan masa depan saya, saat saya membayangkan masa depan saya, saya menempatkan Kak Nala di sana. Ada Kak Nala di dalam bayangan dan rencana masa depan saya."
"Di bayangan dan rencana masa depan lo itu, apa hubungan kita sama kayak sekarang atau gue cuma ada di sana sebagai orang asing dari masa lalu?"
"Sama kayak sekarang, tapi versi kita yang sudah dewasa."
Zahera tersenyum, hatinya lega mendengar jawaban Zyakiel. Dia menopang dagu, menatap lekat Zyakiel. "Aku jadi penasaran gimana hubungan kita versi dewasa? Kalau hubungan kita versi remaja sweet, berarti hubungan kita versi dewasa spicy, ya?"
Zyakiel langsung berdehem dan batuk beberapa kali dengan sesekali melirik Syakia yang tidak acuh pura-pura tidak mendengar apapun. "Kita harus segera menghabiskan makanannya. Keburu dingin," ujarnya mengalihkan topik.
Zahera tertawa pelan oleh reaksi Zyakiel. "Mungkin di masa depan aku bakal kangen sama Kiel yang imut karena udah berubah jadi hot," godanya.
~to my first love~
Zyakiel tiduran dengan posisi terlentang di sofa ruang tamu. TV menyala memperlihatkan sinetron indonesia. Sedangkan Zyakiel sendiri sibuk bermain game di ponselnya. Seolah-olah TV hanya sebagai musik pendamping supaya tidak terjadi keheningan.
Sedangkan Zahera ada di kamar Syakia. Katanya, tadi mereka akan menonton film bersama. Dan sekarang sudah lewat dari tiga jam. Film yang mereka tonton pasti sudah selesai. Namun mereka sepertinya masih memiliki kegiatan lainnya.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Zyakiel tidak merasa khawatir untuk Zahera yang tetap berada di rumahnya. Sebab gadis itu memang akan menginap di rumahnya malam ini, tidur bersama Syakia. Zahera sering sekali nginep di rumah jika sedang libur.
Dan sejujurnya. Saat ini Zyakiel merasa Zahera tidak adil karena terlalu lama menghabiskan waktu bersama Syakia dan melupakannya, membiarkannya seorang diri di ruang keluarga. Zyakiel juga ingin bersama Zahera, lebih lama. Zyakiel ingin Zahera ada di dekatnya dan ingin menyentuh atau mengobrol dengan Zahera.
"Bosen." Zyakiel yang dilanda oleh rasa bosan pun mengakhiri permainan game, menaruh ponsel di meja. Lengannya menutupi matanya dan ia pun terpejam.
Hingga kemudian, tiba-tiba saja Zyakiel bisa merasakan tubuh lain mengenai tubuhnya, sebuah tangan memeluknya dan helai rambut yang lembut serta harum mengenai lehernya.
"Kak Nala?" Zyakiel yang menjauhkan tangan dari matanya dan membuka kelopak mata terkejut melihat Zahera merebahkan diri di sampingnya sembari memeluknya. Membuat sofa terasa sempit ditempati dua orang.
"Aku kira kamu tidur." Zahera mengangkat kepalanya, menopang dagu dengan tatapan lekat ke Zyakiel.
"Nggak. Saya cuma bosen main game terus ya merem-merem aja."
Zahera tertawa kecil. "Apa coba merem-merem?"
Zyakiel tersenyum. Dia menyentuh pipi Zahera, mengelus mata Zahera, dan menyelipkan helai rambut Zahera di belakang telinga. "Kia udah tidur? Kamu nggak tidur, Kak?"
"Kia udah tidur. Kayaknya ngantuk banget. Aku masih belum mau tidur, masih mau sama kamu."
Zyakiel terkekeh senang mendengar pernyataan Zahera.
"Kiel, ada yang mau aku omongin sama kamu."
"Hm? Apa?" Zyakiel memainkan rambut panjang Zahera yang tergerai, melilitkan jarinya ke helai rambut.
"Sebenarnya aku ada rencana mau kuliah di luar negri. Di Inggris. Itu rencana aku sejak SMP." Zahera mengelus wajah Zyakiel, lalu mengusap rambut Zyakiel juga. "Tapi sekarang aku ragu. Kalau aku pergi, artinya aku ninggalin kamu. Dan mungkin juga mengubah bayangan serta rencana masa depan kamu tentang aku," ujarnya, tersenyum getir.
~to my first love~
Nirail menepati perkataannya untuk menonton konser Fiend--girlband Alara--bersama Orion. Orion pun tidak keberatan atau protes soal keputusan Nirail tersebut. Bahkan Orion yang membelikan tiket untuk Nirail.
Dan ini pertama kalinya mereka menonton konser Alara bersama.
Sejujurnya hal tersebut membuat Orion khawatir jika tanpa sadar ia membuat Nirail terluka. Oleh karenanya, Orion selalu menyempatkan diri menoleh ke samping. Memastikan bahwa Nirail baik-baik saja.
"Alara ternyata aslinya secantik ini, ya? Pantes aja dia bisa debut jadi anggota girlband Korea. Benar-benar seorang idol. Pantes lo sejatuh cinta itu sama Alara." Nirail menoleh, mengumbar senyuman yang sulit untuk Orion artikan.
"Nggak."
"Hm? Nggak apa?" tanya Nirail bingung, tiba-tiba saja Orion mengatakan sesuatu yang di luar perkiraannya. Bahkan ekspresi Orion saat ini adalah yang pertama kali Nirail lihat.
Kenapa Orion menatapnya dengan sorot sedih seperti itu?
🎈TO MY FIRST LOVE🎈
Gimana chapter ini?
Pendapat kalian tentang kiel?
Pendapat kalian tentang nala?
Pendapat kalian tentang aris?
Pendapat kalian tentang nira?
Pendapat kalian tentang tama?
Pendapat kalian tentang rena?
Pendapat kalian tentang malpi?
Pendapat kalian tentang cale?
Jangan lupa vote dan spam komen
Jangan lupa follow :
@palupiii07
@kieliel_d
@callmezaheraa
Makasih🍭🍭