Breastfeeding Prince✓

By _sheyiu

1M 153K 35.2K

Park Jay, cowok bengis yang dijuluki Pangeran oleh seantero sekolah karena parasnya yang memukau. Sikapnya an... More

⁰⁰. prolog
BACA✔️
⁰¹. satu
⁰². dua
⁰³. tiga
⁰⁴. empat
⁰⁵. lima
⁰⁶. enam
⁰⁷. tujuh
⁰⁸. delapan
⁰⁹. sembilan
¹⁰. sepuluh
¹¹. sebelas
¹². duabelas
¹³. tigabelas
¹⁴. empatbelas
¹⁵. limabelas
¹⁶. enambelas
¹⁷. tujuhbelas
¹⁹. sembilanbelas
²⁰. duapuluh
²¹. duapuluh satu
²². duapuluh dua
²³. duapuluh tiga
chat
²⁴. duapuluh empat
²⁵. duapuluh lima
iklan
²⁶. duapuluh enam
²⁷. duapuluh tujuh
²⁸. duapuluh delapan
²⁹. duapuluh sembilan
³⁰. tigapuluh
³¹. tigapuluh satu
³². tigapuluh dua
penting
³³. tigapuluh tiga
³⁴. tigapuluh empat
³⁵. tigapuluh lima
³⁶. tigapuluh enam
³⁷. tigapuluh tujuh
³⁸. tigapuluh delapan
³⁹. tigapuluh sembilan
⁴⁰. empatpuluh
QnA
⁴¹. empatpuluh satu
⁴². empatpuluh dua
⁴³. empatpuluh tiga
⁴⁴. empatpuluh empat
⁴⁵. empatpuluh lima
⁴⁶. empatpuluh enam
⁴⁷. empatpuluh tujuh
⁴⁸. empatpuluh delapan
⁴⁹. empatpuluh sembilan
⁵⁰. limapuluh (END)
OPEN PO H-2
OPEN PRE-ORDER
open po kedua

¹⁸. delapanbelas

20.5K 3.1K 611
By _sheyiu

Ada yang nunggu ceritanya nggak? Absen di sini ya. Ayo muncul, biar aku semangat.

Kalau komennya sampe 300, aku bakal update besok 🦅

Jangan lupa votes sebelum membaca♥

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




"Jay?" Bitna yang tadinya hendak menyiram tanaman menghentikan pergerakan saat tak sengaja menemukan seorang cowok bertubuh tinggi sedang berdiri di depan pagar rumahnya. Saat mengetahui itu benar-benar Jay, Bitna langsung meletakkan selang yang baru dia pegang, berjalan mendekati pagar. "Kamu kenapa berdiri di sana?"

Benar. Jay sedang berdiri di depan pagar rumahnya, namun tidak melakukan apapun, hanya berdiri memandang jendela kamar atas.

"Hana di rumah, Tan?" tanya cowok itu, berintonasi berat.

"Hana? Ada kok. Kalau kamu nyariin Hana, langsung masuk aja ke rumah. Nggak usah sungkan. Apalagi ini udah mau malem, jangan cuma berdiri di luar."

"Tadi cuma lewat, terus liat lampu kamarnya mati."

"Ah, iya. Hana suka gelap, lampu kamarnya sering dimatiin. Eh kita ngobrolnya di rumah aja, biar lebih enak."

"Nggak usah, Tan. Jay cuma lewat. Tolong sampein ke Hana, ponselnya jangan dimatiin terus."

"Jadi kamu nggak mampir dulu?"

"Nggak usah." Dia berlalu pergi begitu saja. Dengan cepat Bitna masuk ke rumah, menaiki tangga, lalu membuka pintu kamar putrinya asal. Hana yang baru selesai mandi terkejut melihat Mamanya tiba-tiba masuk.

"Mama ih, kebiasaan banget." Gadis itu mengusap dada gusar.

"Hana, jawab yang jujur, kamu cuekin Jay?"

"Cuekin gimana?" Dia mengeringkan rambut menggunakan hair dryer.

"Ya itu tadi, dia cuma berdiri di luar sambil liatin jendela kamar kamu. Pasti kamu ngejelekin dia lagi, kan? Makanya dia tersinggung dan nggak mau masuk ke rumah? Tante Aera cerita ke Mama, Jay itu mudah tersinggung."

"Hana nggak bilang apa-apa, Ma."

"Kamu jangan gitu ih, Na. Kalau Kak Ojun yang ada di posisi dia, gimana?"

"Nggak ada sangkut-pautnya sama Kak Ojun." Hana menghela napas.

Eh tapi apa tadi? Jay di luar rumahnya? Ngapain? Sudah tadi di sekolah mengganggunya habis-habisan. Ya kalian pikir saja, tiap jam dia mengirim pesan singkat pada Hana. Entah apa fungsinya. Jelas-jelas jam pelajaran sedang berlangsung. Menyebalkan sekali. Akibatnya juga, nama Hana semakin tenar di sepenjuru sekolah. Betapa tidak? Kejadian Rona itu menyebar begitu cepat layaknya virus menyerang, hanya dalam beberapa menit seisi sekolah membicarakan dirinya sebagai 'cewek yang paling dicintai most wanted sekolah'.

Hish, mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk Hana merinding.

"Emangnya kamu nggak suka sama dia? Ganteng, loh. Tajir melintir lagi."

"Ma, udah deh, jangan bicarain dia lagi. Enggak di sekolah, enggak di rumah, bahasannya dia terus. Udah ya, stop."

"Tapi dia—"

"Mending Mama turun ke bawah. Bentar lagi Hana nyusul." Dia menutup pintunya setelah mengeluarkan sang Mama.

"Sayang, tadi Jay juga bilang ponsel kamu jangan dimatiin."

Tanpa merespons, Hana kembali melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut. Suara Bitna tidak lagi terdengar. Hana jadi memikirkan perkataan Mamanya. Jay tadi di luar rumahnya? Padahal baru beberapa menit lalu mereka berpisah. Tapi dia datang lagi ke rumahnya? Untuk apa?Cowok itu benar-benar aneh. Sudah di sekolah membuatnya kebingungan, sekarang pun juga.

Hana mencharge ponselnya yang habis baterai, dia menyalakannya hingga muncul beberapa notifikasi yang masuk melalui timeline. Salah satunya berasal dari cowok itu. Dia mendengus membaca username yang cowok itu buat di ponselnya.

Jay♥

Ish, bikin geli tau nggak.

Dia memilih membaca pesannya.

Jay♥
| Lo uda nyampe rumah?
| Udah nyampe belum?
| Udah?

Hana mendengus lagi. Tadi sepulang sekolah Jay memang tidak mengantarnya pulang. Entah kenapa, tapi tentu menguntungkan untuk Hana. Bahkan dia berharap begitu selamanya.

Pesan yang baru dikirim beberapa menit lalu menarik perhatiannya.

Jay♥
| Gue ke rumah lo
| Keluar sekarang
| Kenapa hape lo gak aktif

Daripada pusing memikirkan maksud pesan-pesan tersebut, Hana menyimpan hair dryer nya. Usai menguncir rambut dia turun ke bawah bersiap menonton horor bersama Bitna.

°°°

Pagi-pagi sekali, Hana dikejutkan oleh kedatangan Jay yang sudah rapi duduk di dalam mobilnya.

Mobil?

Padahal Hana sengaja bangun cepat untuk kabur darinya, namun ternyata cowok itu lebih gesit dari yang ia kira.

"Aduh aduh, anak ganteng dari mana ini." Bitna langsung muncul dari dalam rumah usai mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya.

Ringisan keluar dari bibir Hana. Berusaha tetap tenang, Hana mengecup pipi Mamanya lalu menghampiri cowok itu. Sebelum Bitna semakin rempong ikut menghampiri, Hana segera masuk ke mobil. Lalu mengenakan seatbealtnya. Jay pun menjalankan mobil keluar dari kompleks perumahan.

Saat itu Hana langsung membuka resleting ranselnya, mengambil paperbag, dan meletakkannya di dashboard mobil. Daripada menahan malu karena diminta, lebih baik menahan malu seperti sekarang.

"Lo udah makan?" Jay bersuara selang dua menit.

"Udah."

Dusta. Sebenarnya Hana tidak suka sarapan di pagi hari, dia akan mengantuk ketika pelajaran dimulai.

Jay mengambil sesuatu dari dalam saku jaketnya, menyodorkan pada Hana. Sebungkus roti kacang seperti semalam.

Hana memang menyukai rasa kacang, tapi jika itu diberikan oleh Jay, dia jadi tidak suka lagi. Tapi karena tidak ingin mempersulit diri, dia menerima sodoran tersebut.

Baru beberapa menit, Jay terus melirik ke arahnya. Membuat Hana risih dan harus pura-pura tidak tahu.

"Nunggu apa lagi? Makan," tukasnya.

"Makan?"

"Rotinya."

"Ah." Dengan kaku dia membuka bungkus roti tersebut, melahap lambat.

Saat di lampu merah, Jay mengambil paperbag yang Hana letakkan di dashboard. Membuat Hana sedikit tersedak ludah sendiri. Masalahnya seharusnya cowok itu mengambil saat dia pergi, agar tidak harus menahan malu, tapi kalian tahu? Tanpa memikirkan rasa tidak nyaman Hana, dia mengambil salah satu botol, lalu meneguknya sampai habis.

Memang tidak punya malu Jay itu. Harusnya dia malu meminum asi di depan seorang gadis. Terlebih gadis itu pemilik asi tersebut.

Tidak ingin ambil pusing, Hana bertindak acuh, melahap rotinya sambil memandang jendela. Mobil kembali dilajukan, tanpa obrolan atau pembahasan akhirnya sampai di gerbang sekolah.

"Ponsel lo jangan dimatiin."

"Untuk apa lagi?" Refleks Hana bertanya. Dia mengatupkan bibir menyadari baru mengeluarkan suara.

Alis Jay berkerut. "Untuk apa apanya?"

"Untuk apa ponselnya jangan dimatiin? Gue udah ngasih permintaan lo, kan? Ada yang lo butuhin lagi?"

"Guna ponsel apa? Dipake, kan?"

"Tapi gue—"

"Gue bakal sering ngechat lo, dan lo juga harus bales chat gue."

"Tapi lo ngechat di jam pelajaran, gimana gue mau bales?" Akhirnya Hana mengeluarkan unek-uneknya sejak semalam.

"Seenggaknya ponsel lo jangan dimatiin."

Jika tidak dimatikan, itu mengganggu konsentrasi Hana belajar, ponselnya akan terus menyala meski disilent. Notifikasinya akan terus muncul.

"Kenapa sih lo ngechat-ngechat kayak gitu? Cuma nanya 'lagi apa' ya gue lagi belajar. Apa-apaan coba nanya yang gak penting. Ganggu banget jadi cowok." Pada akhirnya Hana memilih menumpahkan perasaannya. Ya bagaimana tidak emosi? Terkadang Jay menanyakan hal yang sama berulang kali. Seperti cowok bego yang kurang kerjaan. Hana cape kehilangan akal melihat tingkah cowok itu.

"Karena ini diri gue, mulai sekarang lo harus terima semua kekurangan gue!" tekannya sambil menatap tajam.

Hana menganga, apalagi saat cowok itu langsung pergi meninggalkan dirinya di dalam mobil. Hana sempat melihat raut Jay menjadi lebih tajam saat berjalan menjauh, seperti marah?

Mencoba sabar, Hana turun dari mobil, memasuki lobi sekolah dengan menahan malu mati-matian lantaran terus diperhatikan.

°°°

Setuju nggak kalau aku buat per chapter panjang?

Jangan lupa vote dan dukungannya 🌻


Continue Reading

You'll Also Like

10.1K 1.7K 25
Namra kecil melihat kejadian pembunuhan kedua orang tuanya di depan mata kepalanya sendiri. Orang itu tampak mengincarnya, tetapi kedua orang tuanyal...
286 50 6
◀Semarang, ubi vita humana idem sunt ac animantes▶ dulu ada lima remaja yang selalu ceria,tawa dan canda selalu menemani mereka dimana pun kapan pun...
146K 12.7K 20
❝Lo gila? gue sayang sama lo cuman sebatas adek ke abang.❞ best rank : #1 chittapon start - 5 mei 2018 finish - 3 oktober 2018
7.7K 433 24
Jadi, saya diterima di perusahaan ini? Terus siapa yang bakal jadi bos saya? - Keisya Kalau tidak bisa, saya akan membuat kamu jatuh ke pelukan saya...