06:: Ide dari Wala

15.7K 2.5K 238
                                    

Perempuan dengan rambut acak-acakan itu meremas kembali rambutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perempuan dengan rambut acak-acakan itu meremas kembali rambutnya. Gerutuan tak henti-hentinya keluar dari bilah bibirnya yang pasi. Ia mendesis, menatap tajam laki-laki yang sibuk menyetir dalam kondisi diam sejak tadi. 

"Turunin gue, Cak!" teriak Wala untuk kesekian kalinya. 

"Lo mau turun di mana? Ini di jalan tol, La," balas Cakra santai.

"Ngapain lo gendong-gendong gue segala? Masih peduli lo?" todong Wala memicing tajam.

"Masih untung gue gendong, tadinya mau gue seret aja."

"Lo mau bawa gue ke mana? Lo mau bawa gue ke hutan? Mutilasi gue?" Pikiran Wala terus dipenuhi prasangka buruk. Sementara itu, Cakra masih saja santai di tempatnya, enggan menjawab pertanyaan-pertanyaan Wala.

Wala mendengus sebal, memilih membuang muka ke arah jendela. Dia benar-benar sebal karena Cakra tidak mau mendengarkannya. Ia sudah meminta untuk diturunkan sejak tadi saat kesadarannya telah kembali seperti semula, tapi Cakra yang keras kepala itu mengabaikan semua permintaan Wala.

Dering ponsel Cakra membuat Wala refleks menoleh. Dilihatnya laki-laki dengan rambut hitam lurus itu mengarahkan ponselnya ke telinga. Belum sempat Cakra menyapa sang penelepon, samar-samar suara gaduh sudah menyapanya terlebih dahulu.

"Wala di mana? Gimana keadaan dia?!" teriak Dera panik dari seberang telepon.

Cakra menoleh sekilas ke arah Wala yang terlihat penasaran siapa yang menelepon. Terbukti ia membulatkan mata dan mulutnya menunggu Cakra berujar. "Dia nggak apa-apa kok, Ma. Udah sehat kembali karena udah bisa ngomel-ngomel," jawab Cakra tenang.

Wala mencebikkan bibirnya mendengar penuturan Cakra. Dirinya tidak merasa mengomel tanpa alasan, andai saja Cakra cepat-cepat menurutinya pasti ia tidak akan berakhir berlama-lama mengoceh di dalam mobil itu.

"Tante, tolongin Wala! Kayaknya Cakra bakal bunuh Wala deh," sambar Wala mendekatkan tubuhnya ke arah Cakra agar suaranya bisa terdengar jelas.

Tangan Wala bergerak untuk merebut ponsel Cakra namun ia masih kalah lincah dengan pergerakan Cakra yang seolah tahu niat Wala. Ponselnya ia jauhkan dari jangkauan tangan Wala membuat tubuh Wala semakin menghimpit dirinya di jendela mobil. Posisinya sekarang benar-benar dekat, wajahnya hanya berjarak kurang dari lima senti, terpaan napasnya terasa jelas di kulit satu sama lain.

Untuk sesaat, Cakra tersadar jika ia masih dalam kondisi mengemudikan mobil, segera ia dorong bahu Wala untuk menjauhinya dan berusaha fokus ke jalanan.

"Modus banget sih lo!" cibir Cakra.

"Enak aja! Jijik tau deket-deket sama buaya kayak elo!" balas Wala tak kalah sinis.

Cakra mendengus sejenak, lalu saat melirik sekilas wajah Wala yang seketika merah padam, sontak tawa kecilnya keluar begitu saja.

"Dulu aja, lo suka ngendus-ngendus ketek gue, sekarang ngaku-ngaku jijik deket sama gue," sindir Cakra melirik Wala dengan tatapan jahil.

Marriage Contract CakraWalaWhere stories live. Discover now