05:: Terkejut terheran-heran

16.8K 2.7K 427
                                    

Sudah dua puluh menit Wala duduk menunggu di sisi kafe sudut ruangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah dua puluh menit Wala duduk menunggu di sisi kafe sudut ruangan. Kafe itu adalah salah satu cabang milik ibunya sendiri. Wala tidak datang untuk keperluan yang berhubungan dengan kafe, ia diutus untuk menemui calon suaminya di sana.

Hari ini, dua belah pihak keluarga kembali berjanji untuk bertemu, sekalian mengenalkan anak masing-masing. Tetapi karena ada urusan singkat, Wala disuruh berangkat lebih dulu dan menunggu calon suaminya. Barangkali mereka bisa saling mengenal lebih dulu dan mengakrabkan diri.

Kopi latte yang ada di hadapannya sudah dingin, pun dirinya sudah teramat bosan menunggu. Helaan napasnya berkali-kali lolos begitu saja. Ada rasa gugup untuk bertemu dengan calon suaminya. Ponsel yang sedari tadi menjadi objek pelampiasannya mengusir rasa bosan juga sudah tak dapat menolongnya lagi. Daya baterainya sudah habis total dan Wala merutuki keadaanya sekarang. 

Semalam, setibanya Wala di rumah, Keenan langsung menceritakan permintaan dari calon besannya kalau pernikahan itu ingin mereka majukan Minggu depan nanti. Dan tepat saat Wala terpikir demikian, tak perlu menimang, Wala berseru setuju.

Hal itu tentu saja mengundang tanya. Tanpa alasan yang jelas, dan tanpa bertanya sebabnya, Wala setuju. Karena khawatir, maka Keenan merencanakan untuk membiarkan Wala untuk lebih dulu berangkat dan berkenalan dengan calon suaminya.

Kursi di belakang Wala berderit, membuatnya refleks menoleh. Seketika raut wajah kagetnya tak dapat ia sembunyikan.

"Lo nguntit gue yah?" todong Wala pada laki-laki yang baru saja duduk membelakanginya.

Laki-laki dengan kemeja biru tua itu berbalik karena seruan kaget dari arah belakangnya. Mata bulatnya melotot dengan bibir sedikit terbuka. Seolah reka ulang dengan kejadian kemarin, sepasang mantan kekasih itu terkejut sangat dramatis.

"Lo ngapain di sini?!" Cakra bertanya dengan oktaf yang meninggi.

"Lo yang ngapain di sini? Lo ngikutin gue yah?!" todong Wala berprasangka buruk.

Cakra mengangkat sebelah alisnya, diikuti suara tawa berasal dari hidungnya. "Ngapain juga gue ngikutin elo? Yang ada, lo yang ngikutin gue, ngaku lo!"

"Heh!" Wala bangkit dari duduknya, berdiri menjulang di depan Cakra. "Kenapa lo harus dateng pas ada gue di sini? Ini nggak mungkin nggak disengaja. Pasti ini sesuatu yang direncanakan!" tukas Wala menggebu-gebu.

Cakra mendecih diikuti tawa kecil. "Jangan kelewat pede lo! Ada urusan apa gue ketemu sama elo? Lo pikir lo penting, gitu?"

Wala menekuk alisnya geram, tangannya mengepal kuat, serta mulutnya tertutup rapat. Kata-kata Cakra terlalu tajam hingga membuatnya hampir naik pitam. Melangkah gusar, kembali duduk di tempat duduknya dengan kasar hingga membuat Cakra yang duduk di belakangnya terdorong karena ulahnya.

"Gue ke sini mau ketemu sama calon istri gue, jadi nggak usah curigaan!" lanjut Cakra memperbaiki posisi duduknya.

"Oh. Gue juga mau ketemu sama calon suami gue. Jadi, gue harap lo nggak bakal ganggu!" balas Wala sombong.

Marriage Contract CakraWalaWhere stories live. Discover now