19:: Rasanya gantung

14.7K 2K 342
                                    

"Assalamualaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum."

Cakra menggeram menahan amarah. Jarak semakin menipis kala seseorang dari luar sana mengucap salam. Ia sempat melihat kalau Wala sudah memejamkan matanya pertanda menyambut ciuman yang akan segera Cakra berikan. Namun semua harus buyar karena ulah orang yang datang di waktu yang tidak tepat.

"Di sini nggak ada orang. Pulang aja sana!" balas Cakra akhirnya. Sedikit pun tidak merubah posisi. Tanpa menunggu lagi, ia kembali memajukan wajahnya demi mengikis jarak.

Wala tak tahu harus bersikap bagaimana saat ini. Tatapan mata Cakra yang seakan haus dan terus menyorot bibirnya membuatnya tak mampu berkutik. Dirasanya deru napas Cakra menerpa di kulit pipinya, terasa hangat seolah menjadi penyebab kedua pipinya bersemu merah.

Tangan Cakra sudah merangkak naik dari lengan hingga singgah di pipi Wala. Ujung jari jempolnya mengusap lembut sudut bibir Wala yang tampak kaku.

"Cakra! Ini Opa," teriak Arsyad dari luar.

Lalu teriakan lainnya menyambung, "Wala! Ini Ayah Bro!"

Brugh! Begitu tahu kalau yang datang adalah kakek mereka, Wala lantas saja mendorong dada Cakra sekuat tenaga hingga laki-laki itu menggulung di sisi kasur.

Rasa-rasanya, Cakra ingin mengumpat untuk kesekian kalinya hari ini. Hampir saja! Dan itu adalah kesempatan yang langka.

Sebelah tangannya terulur untuk menahan pergerakan istrinya namun sayangnya hanya angin yang ia gapai. Gigi-giginya menggertak menahan untuk tidak berteriak sambil mengamati jari-jarinya yang gagal untuk mencoba rumus 3D yang dicetuskan oleh Axel.

"Arghh!" Cakra meremas rambutnya frustrasi lalu menyusul istrinya yang sudah lebih dulu turun untuk melihat tamunya. Di bawah sana sudah duduk manis Khalid dan Arsyad yang saling melayangkan tatapan sengit. Air mukanya langsung berubah saat melihat Wala dan Cakra sudah datang.

"Kalau nggak penting, pulang aja, ya. Ada urusan penting sama istri," sahut Cakra ketika baru duduk di sofa. Suaranya serak menahan gejolak aneh di dalam dirinya.

Wala sontak menoleh dan menghadiahi cubitan di perut Cakra. Bukannya merasa bersalah dengan ucapannya, Cakra justru semakin memperlihatkan kekesalannya.

"Katanya Cakra sakit, ya?" tanya Arsyad membuka suara.

"Iya. Tapi tiba-tiba udah baikan kayaknya," jawab Wala. Sedikit bermaksud menyindir laki-laki yang duduk di sebelahnya sambil membuang wajah dongkol.

"Kamu hamil?" serobot Khalid tidak sabaran menanyakan hal yang ingin ia ketahui.

"Hah? Kok bisa?" tanya Wala dan Cakra bersamaan.

"Iya. Denger-denger, gejala hamil itu nggak semuanya dialami sama ibunya doang. Bisa jadi sama bapaknya."

"Ta-tapi ... Denger dari siapa kalau aku ...." Wala menoleh pada Cakra meminta dibantu menjawab pertanyaan tiba-tiba tersebut.

Marriage Contract CakraWalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang