33:: Terbongkarnya rahasia

11.9K 1.7K 178
                                    

Kepalanya terasa berat dan hidung sudah mampet lantaran terus menangis selama hampir 1 jam lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepalanya terasa berat dan hidung sudah mampet lantaran terus menangis selama hampir 1 jam lamanya. Untungnya Wala sudah membasuh wajahnya sehingga matanya tak terlalu memerah dan bengkak.

Sekarang, perempuan itu duduk bersandar di kursi meja makannya. Matanya berkeliling menatap sekitar. Mencoba mengalihkan fokusnya pada hal lain agar tak terlalu memikirkan perkataan dokter tadi. Tetapi, Wala adalah tipe yang selalu overthinking. Sekuat tenaga ia coba untuk mengenyahkan pikiran negatif, namun sekuat itu pula pikirannya menekan sisa-sisa semangatnya.

Apa yang harus ia katakan pada Cakra nantinya?

Apakah Cakra masih mau menerimanya dalam keadaan seperti ini?

Apa yang akan keluarganya katakan jika tahu dirinya dinyatakan mandul?

Lalu, bagaimana keluarga Cakra? Masihkah mau menerimanya?

Segelintir pertanyaan muncul dalam benaknya. Terus menerus dan berulang kali yang membuat kepercayaan dirinya semakin melemah.

Wala menjambak rambutnya frustrasi. Suaranya terdengar serak menahan tangis yang akan pecah lagi. Ia merasa nyalinya sudah ciut. Jatuh ke dasar bumi.

Meraih ponselnya, Wala mencari kontak dengan nama suaminya di sana. Terlihat Cakra tengah online di aplikasi pesan tersebut. Terselip niat untuk mengabari Cakra namun rasanya Wala tak punya muka lagi di depan suaminya itu.

Tepat saat Wala hendak mematikan ponselnya, dering panggilan masuk dari ibunya membuatnya menghentikan niat. Diusapnya layar ponsel tersebut guna menjawab panggilan telepon ibunya.

Wala menarik napas dalam terlebih dahulu. "Assalamu'alaikum, Ma," sapa Wala berusaha setenang mungkin.

"Waalaikumsalam. Bisa pulang ke rumah Ayah Bro nggak, sekarang? Ada yang mau Papa omongin," ucap Aulia dari seberang telepon.

"Ngomongin apa, Ma?"

"Pulang sekarang, ya. Papa nungguin  kamu di sini," balas Aulia tanpa menjawab pertanyaan anaknya.

Tanpa berpikir panjang, Wala mengangguk dan menjawab, "Iya, Ma. Wala ke sana sekarang," jawabnya lirih.

Sebelum beranjak, terlebih dahulu Wala memoleskan riasan tipis di wajahnya untuk menghilangkan jejak air mata meskipun ia tahu, jejak kesedihan yang tersorot dari matanya tak akan mudah hilang.

"Jangan sedih, La. Mereka nggak boleh tau kondisi kamu sekarang," monolog Wala menepuk dadanya yang masih terasa sesak.

*****

"Kaila! Sayangku!"

Perempuan yang merasa namanya terpanggil itu menoleh pada laki-laki yang berjalan ke arahnya.

Axel menambah tempo langkahnya. Buru-buru menghampiri Kaila sebelum perempuan itu melenggang masuk ke rumah. Tentu saja Axel tidak ingin 2 jam lamanya ia menunggu perempuan itu menjadi sia-sia.

Marriage Contract CakraWalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang